Rakyat Palestina dengan sumber daya manusia dan kemampuan finansial sangat terbatas tak pernah berhenti berinovasi menemukan alat dan simbol perlawanan yang sering membuat Israel
panik. Saat ini, Israel, terutama militernya, dibuat panik oleh inovasi alat perlawanan Palestina, berupa layang-layang yang membawa beberapa helai kain pembakar dan bom molotov.
Layang-layang itu langsung membakar saat mendarat atau jatuh di lahan-lahan pertanian warga Yahudi di sekitar wilayah Jalur Gaza. Layang-layang itu sengaja diterbangkan dari area di Jalur Gaza yang dekat dengan perbatasan Israel menuju lahan-lahan pertanian warga Yahudi di seberangnya.
Senjata layang-layang itu muncul secara mengejutkan dalam gerakan ”Perjalanan Pulang” yang digalang rakyat Palestina sejak Hari Bumi Palestina, 30 Maret lalu, hingga peringatan hari kekalahan bangsa Arab dalam Perang Arab-Israel 1967, Selasa (5/6/2018).
Gerakan ”Perjalanan Pulang” hingga awal Juni lalu telah membawa korban 127 warga Palestina tewas dan lebih dari 13.000 orang luka-luka. Rakyat Palestina hanya bisa membalas dengan menerbangkan layang-layang itu ke wilayah Israel.
Menurut laporan televisi Israel, Saluran 2, sejak akhir Maret hingga akhir Mei lalu, Palestina telah menerbangkan 600 layang-layang ke wilayah Israel, 400 di antaranya ditembak jatuh, sedangkan sisanya membakar lahan-lahan pertanian Israel. Situs Walla Israel menyebut, layang-layang Palestina itu telah menyebabkan kebakaran di 198 titik dan menghanguskan 2.500 hektar tanah pertanian dan hutan dengan kerugian materi hingga 3 juta dollar AS.
Kreasi pemuda
PM Israel Benjamin Netanyahu sempat mengancam akan memotong pendapatan pajak untuk otoritas Palestina sebagai ganti rugi yang dialami Israel akibat serangan layang-layang Palestina dari Jalur Gaza itu.
Inovasi itu bermula dari kreasi tujuh pemuda Palestina di dekat kota Khan Yunis, Jalur Gaza bagian tengah, awal April lalu. Mereka menerbangkan layang-layang ke arah lahan pertanian di Israel selatan.
Pembuatan layang-layang itu ternyata hanya butuh dana sekitar 3 dollar AS. Layang-layang itu memiliki beberapa ukuran sesuai dengan sasaran serangan. Jika sasaran serangan berupa lahan pertanian luas, ukuran layang-layang yang digunakan bisa cukup besar.
Layang-layang itu terbuat dari tiga sampai lima batang kayu tipis berbentuk memanjang; kayu-kayu tipis itu diikat kuat dengan benang atau tali dan dibentuk bundar. Bagian atas kayu tipis berbentuk bundar itu ditutup kertas sehingga berbentuk atau menjadi layang-layang. Setelah itu, sehelai kain yang dibasahi dengan bensin atau minyak diikatkan ke layang-layang itu dalam kondisi terbakar. Sering juga bom molotov yang dibungkus dengan kain ikut diikatkan ke layang-layang.
Layang-layang dengan kain yang dibakar dan bom molotov itu diterbangkan ke wilayah Israel. Saat jatuh di lahan pertanian Israel, layang-layang itu langsung membakar dan bom molotovnya meledak.
Penggunaan layang-layang yang amat sederhana itu mengingatkan kepada bebatuan yang digunakan rakyat Palestina pada era gerakan Intifada pertama tahun 1987-1988. Rakyat Palestina menggunakan batu untuk dilemparkan ke arah pasukan Israel sebagai alat perlawanan sehingga memaksa Israel menerima Kesepakatan Oslo dengan Palestina pada 1993.