ROMA, MINGGU — Pemerintah Italia menegaskan tidak akan meninggalkan mata uang euro dan akan fokus pada pemulihan ekonomi, termasuk mengurangi utang dan meningkatkan investasi.
Menteri Ekonomi Italia yang baru dilantik, Giovanni Tria, mengatakan kepada koran Corriere della Sera bahwa dirinya akan berkonsentrasi untuk memenuhi target pengurangan utang Italia yang saat ini mencapai 250 miliar euro. ”Posisi pemerintah jelas bahwa Italia tidak akan meninggalkan zona euro,” kata Tria.
Pernyataan Tria ini diharapkan bisa menimbulkan kelegaan pada pasar ekonomi Italia yang sejak pemerintahan baru terbentuk mengalami guncangan.
Pemerintahan baru Italia merupakan koalisi dari partai populis 5 Bintang dan partai ekstrem kanan Liga. Sejak awal, koalisi ini skeptis terhadap Brussels, antara lain dengan menyuarakan sikap anti-euro, anti-imigran, dan anti-aturan fiskal.
Awalnya koalisi ini mengajukan menteri ekonomi yang dikenal anti-euro, yaitu Paolo Savona. Savona pernah menyatakan agar Italia kembali ke mata uang lira. Namun, pencalonan Savona dihadang oleh Presiden Italia sehingga koalisi ini memberikan nama baru, yaitu Tria.
”Target kami adalah meningkatkan pertumbuhan dan lapangan kerja. Tetapi, kami tidak ingin peningkatan pertumbuhan melalui defisit anggaran,” kata Tria.
Namun, sampai Jumat, penjualan obligasi pemerintah terus berlanjut karena para investor masih merasa tidak yakin dengan masa depan ekonomi Italia yang dipastikan akan menimbulkan defisit anggaran semakin dalam.
Salah satu yang menyebabkan investor ragu adalah program untuk memberi para penganggur pemasukan rutin setiap bulan sebesar 780 euro. Sementara pemerintah tidak bisa menjelaskan dari mana mereka akan mendapatkan dana untuk menjalankan program tersebut.
”Kebijakan-kebijakan seperti ini akan semakin memperbesar utang Italia dan menimbulkan reaksi negatif pasar keuangan,” kata ekonom Carlo Cottarelli yang sebelumnya ditunjuk Presiden Italia menyiapkan pemerintahan sementara jika pemerintahan baru tak terbentuk.
Masih sejalan
Dalam pertemuan G-7 (AS, Italia, Inggris, Perancis, Jerman, Jepang, dan Kanada) di Quebec, Kanada, Minggu (10/6/2016), para pemimpin Eropa menunggu respons PM Italia Giuseppe Conte dalam menyikapi perkembangan global terakhir.
Kejutan datang katika Conte mendukung usulan Presiden AS Donald Trump yang ingin mengundang kembali Rusia menjadi anggota G-8. ”Saya setuju dengan Presiden Trump. Rusia harus dimasukkan kembali dalam G-8. Ini merupakan kepentingan semua pihak,” kata Conte melalui Twitter-nya.
Trump sebelumnya menyatakan bahwa Rusia akan menjadi aset bagi blok jika kembali menjadi anggota.
Rusia dikeluarkan dari G-8 setelah menganeksasi Crimea dari Ukraina pada 2014. Dalam pernyataan bersama G-7, kemarin, para pemimpin G-7 mendesak Rusia untuk menghentikan kebijakan yang menghantam sistem demokrasi, menghentikan perilaku yang mendestabilisasi, dan mendukung rezim Suriah.
Terlepas dari soal Rusia, Presiden Dewan Eropa Donald Tusk menilai penampilan Conte memberi semangat dan sejalan dengan negara-negara Eropa lainnya. (AP/REUTERS)