SEOUL, SELASA-Komitmen perlucutan senjata nuklir di kawasan Semenanjung Korea membutuhkan langkah konkret. Sesuai hasil kesepakatan pertemuan bilateral Korea Selatan dan Korea Utara, 27 April lalu, kedua pihak berjanji melucuti nuklir dan mengakhiri Perang Korea dengan perjanjian perdamaian. Untuk membicarakan persoalan itu, pejabat tinggi dari Korsel dan Korut akan bertemu, Rabu.
Kementerian Unifikasi Korsel, Selasa (15/5/2018), menyebutkan, pihak Korsel akan dipimpin Menteri Unifikasi di Korsel Cho Myoung-gyon. Adapun Korut dipimpin Ketua Komisi Reunifikasi Damai Korut Ri Son Gwon. Dalam rombongan Korut juga akan hadir Wakil Menteri Perkeretaapian Korut Kim Yun Hyok serta Wakil Menteri Budaya dan Olahraga Korut Won Kil-U.
Sebagai langkah konkret awal perlucutan nuklir, Korut pernah mengumumkan akan membongkar lokasi uji nuklir di Punggye-ri sekitar 23 atau 25 Mei. Ini untuk membuktikan komitmennya menghentikan uji nuklir seperti yang menjadi tuntutan komunitas internasional. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, Minggu, berjanji AS akan mencabut sanksi apabila Korut mau melucuti seluruh senjata nuklirnya.
Menanggapi pembongkaran situs uji nuklir Korut, banyak ahli perlucutan nuklir mempertanyakan verifikasi dan keamanannya. Untuk meyakinkan publik, rezim Korut mengundang sejumlah media lokal dan asing ke lokasi itu. Namun, tidak ada satu pun pengawas teknis yang diajak ke lokasi uji nuklir Punggye-ri.
Lagi pula menutup atau menghentikan operasional tempat uji nuklir tidak segampang yang dikira. Kalau ada satu terowongan saja yang runtuh, puing radioaktif akan menyebar. Meskipun sudah dibongkar, tetap saja terowongan itu bisa digali lagi dan digunakan untuk membuat persenjataan lagi. Jika semua terowongan dihancurkan, teknisi ahli Korut masih bisa dengan mudah menggali terowongan yang baru kalau mereka mau menguji nuklir lagi.
Keamanan rawan
Berbagai pakar perlucutan justru mempertanyakan keamanan penghancuran lokasi. Apalagi, setelah mereka mengetahui Korut akan menghancurkannya dengan memakai peledak. Kekhawatiran ini muncul karena laporan yang mengindikasikan sejumlah titik di sekitar Punggye-ri yang semakin labil setelah uji nuklir Korut terakhir, September tahun lalu.
Jika, misalnya, terjadi ledakan lagi sebenarnya tidak terlalu berisiko. Ada langkah-langkah yang bisa dilakukan Korut untuk memastikan penghancuran lokasi itu benar-benar aman. ”Menghancurkan dengan menggunakan peledak bukan cara ideal. Bisa juga dengan cara yang lain, tetapi kurang dramatis, yakni dengan menutup terowongan memakai pasir, semen, atau kerikil,” kata Guru Besar Teknik Sistem Energi Nuklir di Seoul National University Suh Kune-yull.
Upaya Korut menghancurkan lokasi uji nuklir itu bisa jadi hanya meniru negara-negara berkekuatan nuklir lain. Mereka juga menyatakan sudah menghentikan uji nuklir, tetapi tetap menyimpan senjata nuklir. Seluruh lokasi Punggye-ri itu, kata Suh, harus diamankan dan dijaga supaya mencegah Korut atau siapa saja tidak menggali lagi materi nuklir yang tertimbun lalu dijual ke pasar gelap.
Penutupan atau penghancuran lokasi uji nuklir bukan baru kali ini dilakukan. Berbagai cara telah dilakukan negara yang memiliki nuklir untuk menghancurkan lokasi uji nuklir dan banyak kasus prosesnya dilakukan dengan biaya mahal. AS tercatat meledakkan 828 bom nuklir di lokasi uji bawah tanah Nevada. Lokasi itu masih dibuka meski AS tidak menguji nuklir lagi sejak 1992. Pada 1999, AS mengalokasikan 800.000 dollar AS untuk membeli 100 ton dinamit untuk meledakkan terowongan bekas uji nuklir Soviet di Kazakhstan.
Lokasi uji Semipalatinsk milik Uni Soviet yang pernah digunakan untuk 456 uji nuklir pada masa Perang Dingin membutuhkan dana hingga 150 juta dollar AS untuk biaya pembersihan. Prosesnya pun memakan waktu hingga 17 tahun.