Eskalasi Iran vs Israel Meninggi, Suriah Siaga Hadapi Upaya Agresi Israel
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN (DARI KAIRO, MESIR)
·3 menit baca
KAIRO, KOMPAS -- Konflik militer secara langsung antara Iran dan Israel di wilayah Suriah semakin tak terkendali. Israel, Kamis dini hari (10/5/2018), melancarkan serangan militer terbesar ke wilayah Suriah sejak perang Arab-Israel 1973.
Israel menyebutkan, mereka mengerahkan 28 pesawat tempur F-16 dan F-15 yang menembakkan sedikitnya 60 rudal ke sekitar 50 sasaran instalasi militer Iran di Suriah. Israel juga menembakkan 10 rudal balistik dari darat ke darat ke berbagai sasaran militer Iran itu.
Di antara instalasi militer Iran yang digempur Israel adalah pusat konsentrasi intelijen Iran, pusat logistik militer Iran, gudang senjata milik militer Iran di dekat Bandar Udara Internasional Damaskus, dan sistem anti serangan udara.
Konflik di Suriah, dipicu peristiwa regional dan global, mengeskalasi konflik langsung antara Iran dan Israel. Damaskus menyatakan kesiapan menangani agresi Israel.
Kantor berita Suriah, SANA, mengklaim, sistem anti serangan udara Suriah berhasil menembak jatuh puluhan rudal Israel, tetapi beberapa rudal Israel mencapai sasaran. Para aktivis Suriah melalui media sosial mengakui mendengar rentetan suara ledakan besar di atas langit kota Damaskus pada Kamis dini hari, dan kemudian lampu padam di beberapa distrik di ibu kota Suriah itu.
Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan dari Iran. Terkait peristiwa itu, kantor berita Iran, IRNA, Kamis, melansir pernyataan Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad yang menegaskan kesiapan Damaskus menangani upaya agresi Israel.
Juru bicara militer Israel, Avichay Adraee melalui akun Twitternya berdalih, serangan Israel itu sebagai balasan serangan rudal Iran atas sasaran militer Israel di Dataran Tinggi Golan. Dataran Tinggi Golan adalah wilayah Suriah yang diduduki Israel pada perang Arab-Israel tahun 1967.
Adraee menuduh, satuan Al Quds dari Garda Revolusi Iran telah menembakkan sedikitnya 20 rudal ke arah sasaran militer Israel di Dataran Tinggi Golan. Sebelum itu, Selasa malam, Israel menggempur sasaran militer Iran di Distrik Kiswah dekat Damaskus. Dilaporkan, sedikitnya 15 orang tewas akibat gempuran itu, termasuk 8 anggota militer Iran.
Saling serang
Diduga kuat, serangan rudal Iran ke sasaran militer Israel di Dataran Tinggi Golan itu sebagai balasan atas serangan Israel di Distrik Kiswah.
Eskalasi militer dengan aksi saling serang Iran-Israel terjadi beberapa hari setelah loyalis Iran di Lebanon memenangi pemilu parlemen, hari Minggu (6/5/2018), dan sesudah Presiden AS Donald Trump mengumumkan mundur dari kesepakatan nuklir Iran, Selasa.
Eskalasi militer Iran-Israel itu juga terjadi hanya beberapa jam setelah pertemuan Presiden Rusia, Vladimir Putin dan PM Israel Benjamin Netanyahu di Moskwa, Rabu. Harian Asharq Al Awsat mengutip sumber diplomat Barat mengungkapkan, Netanyahu dalam pertemuan itu meminta izin Putin agar Rusia memberi kebebasan kepada Israel menyerang sasaran Iran dan Hezbollah di Suriah dan Lebanon.
Sejumlah pengamat mengatakan, kunjungan mendadak Netanyahu ke Moskwa untuk menemui Putin itu setelah Israel menganggap pentas politik Lebanon telah dikontrol loyalis Iran pasca pemilu parlemen, serta antisipasi reaksi Teheran pasca AS mundur dari kesepakatan nuklir Iran.
Deputi Menlu Rusia, Sergei Ryabkov mengungkapkan kecemasannya atas eskalasi militer Iran-Israel di Suriah. Ia mengungkapkan, Rusia kini berusaha melakukan deeskalasi dan mencari solusi politik. Dijadwalkan, forum Astana akan digelar lagi pada 14 dan 15 Mei mendatang guna mencari solusi politik di Suriah. Forum Astana disponsori tiga negara, yaitu Rusia, Iran dan Turki.