Perang Dagang Bikin Cemas
SINGAPURA, KOMPAS - Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengingatkan, konflik perdagangan antara Amerika Serikat dan China merupakan salah satu kecemasan utama negara-negara di Asia Tenggara. Proteksionisme dan antiglobalisasi juga menimbulkan keprihatinan mendalam bagi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
Keprihatinan terhadap ancaman perang dagang antara China dan AS itu dikatakan Lee sewaktu membuka Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Singapura, Sabtu (28/4/2018). Bagi ASEAN, China dan AS adalah dua mitra perdagangan teratas.
”Ketegangan perdagangan baru-baru ini antara AS dan China sungguh mengkhawatirkan,” ujar Lee. Keketuaan ASEAN yang diterapkan bergilir kini dipegang oleh Singapura.
Pemerintahan Presiden AS Donald Trump belum lama ini mengancam menerapkan tarif impor hingga 150 miliar dollar AS atas berbagai produk dari China. Sebaliknya, China juga mengancam untuk menerapkan balasan atas langkah AS tersebut.
Menurut Lee, sistem perdagangan multilateral yang berbasis pada aturan dan bersifat terbuka, yang selama ini menyokong pertumbuhan ASEAN, berada dalam tekanan. Penyebabnya, angin politik di banyak negara bergerak ke arah sikap yang menentang perdagangan bebas.
Di pengujung KTT ASEAN di Singapura, kemarin, disampaikan pula deklarasi yang menyebutkan keprihatinan terhadap kecenderungan proteksionisme belakangan ini.
”Kami prihatin dengan peningkatan sentimen proteksionisme serta antiglobalisasi,” kata pernyataan yang dikeluarkan atas nama ASEAN di pengujung pertemuan para pemimpin negara Asia Tenggara itu.
Dalam isu kekerasan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar, ASEAN mendorong Myanmar dan Bangladesh untuk mewujudkan komitmen di antara mereka dengan melaksanakan pemulangan kembali secara sukarela sekitar 700.000 pengungsi ke Myanmar.
Sebanyak 700.000 warga etnis Rohingya meninggalkan Rakhine untuk menghindari kekerasan. Mereka kini berada di kamp pengungsian di Bangladesh. Upaya pemulangan kembali tengah diupayakan oleh Myanmar serta Bangladesh.
Indo-Pasifik
Dalam sesi retret KTT ASEAN di Singapura, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo mengajak ASEAN berperan lebih besar dalam kerja sama kawasan Indo-Pasifik. Untuk itu, pengembangan kerangka kerja sama wilayah Samudra Hindia dan Samudra Pasifik harus berdasarkan prinsip keterbukaan, transparansi, serta mengedepankan dialog, kerja sama, dan persahabatan.
”ASEAN harus terus memainkan peran, termasuk dalam pengembangan konsep kerja sama Indo-Pasifik. Konsep Indo-Pasifik ASEAN penting sekali artinya agar ASEAN tetap relevan, tetap dapat memainkan sentralitasnya, dan menunjukkan kemampuan dalam mengelola perubahan lingkungan strategis,” kata Presiden Joko Widodo.
Indo-Pasifik saat ini menghadapi tantangan besar. Perebutan pengaruh dan rivalitas kekuatan-kekuatan besar, seperti ancaman perang dagang dan ancaman keamanan lintas batas, terutama di laut, menjadi beberapa tantangan di wilayah itu.
Apabila hal-hal ini tidak diatasi dengan persiapan baik, kondisi yang telah dicapai ASEAN, seperti kondisi wilayah yang damai, stabil, dengan pertumbuhan ekonomi yang baik, akan rusak. Upaya untuk mengatasi tantangan dan berkontribusi pada kawasan Indo-Pasifik tetap harus mengedepankan sentralitas ASEAN. Hal ini ditekankan Presiden Joko Widodo beberapa kali dalam pidatonya.
Kepada forum pertemuan para pemimpin ASEAN tersebut, Presiden juga mengusulkan tiga hal. Pertama, ASEAN menjadi motor untuk menciptakan situasi yang mendorong perdamaian, membangun kebiasaan berdialog dan penyelesaian sengketa secara damai, menghormati hukum-hukum internasional, serta menghindari kekerasan dan mengutamakan persahabatan.
Kedua, ASEAN menjadi motor untuk mengelola isu tantangan keamanan, baik kejahatan transnasional terorganisasi maupun kejahatan nontradisional.
Ketiga, ASEAN menjadi motor kerja sama ekonomi serta menciptakan pusat pertumbuhan ekonomi baru, khususnya di kawasan Samudra Hindia. ASEAN juga harus terus menjaga sistem ekonomi yang terbuka dan adil.
Kesenjangan pertumbuhan
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, yang mendampingi Presiden di KTT ASEAN, kemarin, menambahkan, terdapat kesenjangan pertumbuhan ekonomi. Di wilayah tengah, seperti ASEAN, terdapat pertumbuhan ekonomi yang sangat baik, tetapi di wilayah Samudra Hindia masih kurang. Konsep kerja sama Indo-Pasifik sekaligus bertujuan mendorong pertumbuhan ekonomi bersama.
Lewat kerja sama Indo-Pasifik diharapkan terjadi peningkatan interaksi bisnis. Kerja sama yang diutamakan bisa di bidang maritim, konektivitas, dan pencapaian SDGs.
Konsep kerja sama Indo-Pasifik ini, menurut Retno, sudah disampaikan dalam sesi retret pertemuan menteri-menteri luar negeri awal tahun ini. Selain itu, Presiden Joko Widodo juga sudah memperkenalkannya pada pertemuan kemitraan ASEAN-India, beberapa waktu lalu.
Sejauh ini, menurut Retno, konsep kerja sama Indo-Pasifik ditanggapi positif oleh para pemimpin ASEAN ataupun negara-negara mitra, seperti AS, India, Australia, dan Jepang. Masukan dari sejumlah negara juga sekaligus menyempurnakan konsep kerja sama ini. Dalam KTT Asia Timur, November 2018 di Singapura, konsep ini akan kembali dibahas.
Terkait kerja sama ekonomi, para pemimpin negara-negara ASEAN sepakat pula untuk segera menyelesaikan perundingan Kemitraan Ekonomi Regional Komprehensif (RCEP) akhir tahun 2018. Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang hadir dalam KTT ASEAN itu menyampaikan, finalisasi diupayakan secepatnya. Perundingan kini juga terus dilakukan.
(AP/REUTERS/ATO)