Diaz-Canel Gantikan Raul sebagai Presiden, Mengakhiri Era Dinasti Castro
Oleh
RETNO BINTARTI
·3 menit baca
HAVANA, RABU -- Kepemimpinan keluarga Castro di Kuba selama 60 tahun akan berakhir, Kamis (19/4/2018) waktu setempat, dengan naiknya Miguel Mario Diaz-Canel Bermudez. Ia menjadi satu-satunya kandidat yang diajukan para anggota Majelis Nasional dalam sidang, Rabu, untuk menggantikan Raul Castro sebagai presiden Kuba.
Raul Castro (86)—yang menggantikan kakaknya, Fidel Castro, sejak 2006—pensiun sebagai presiden. Ia hingga tahun 2021 tetap memimpin Partai Komunis, yang menurut Konstitusi Kuba, merupakan "kekuatan pemandu tertinggi bagi masyarakat dan negara". Hal ini berarti, hingga saat ini ia masih tetap menjadi sosok paling berkuasa di Kuba.
Meski demikian, pensiunnya Raul Castro secara simbolis menandai momen penting di salah satu negara komunis terakhir di dunia yang sejak revolusi tahun 1959 selalu berada di bawah kepemimpinan satu keluarga. Diaz-Canel (57), kandidat tunggal pengganti Raul Castro, lahir satu tahun setelah Fidel dan Raul bersaudara memimpin revolusi kiri.
Estafet kepemimpinan di Kuba saat ini di satu sisi dipandang sebagai penyegaran. Namun, sistem sosialis Kuba yang ditinggalkan oleh Fidel Castro tampaknya akan berlanjut. Media pemerintah, Rabu, menyampaikan pesan, sistem di Kuba tetap berlanjut meski terjadi perubahan kepemimpinan di pemerintah.
Miguel Mario Diaz-Canel Bermudez sudah mendampingi Raul Castro sebagai wakil presiden sejak tahun 2013. Ketika ia menjadi wapres, rakyat Kuba mengenalnya sebagai sosok yang kurang karismatik.
Kesan ini baru berubah tahun lalu ketika media pemerintah mulai menyoroti penampilannya di publik. Bulan lalu, misalnya, media mengutip janjinya untuk membuat pemerintah Kuba lebih responsif terhadap rakyat.
Teknokrat pekerja keras
"Kita membangun hubungan antara pemerintah dan rakyat di sini," kata Diaz-Canel setelah memberikan suara untuk anggota majelis nasional. "Kehidupan mereka yang akan terpilih harus fokus pada hubungan kepada rakyat, mendengar rakyat, menyelidiki masalah mereka, dan mendorong debat."
Sebelum menjadi wapres, dia pernah menjadi menteri pendidikan tinggi (2009). Diaz-Canel dikenal sebagai sosok pekerja keras, teknokrat yang hidup sederhana dan berdedikasi melayani rakyat. Ia terlihat kurang bersahabat dengan media independen. Hal itu pernah ia nyatakan dalam pertemuan partai. Dalam video yang bocor ke publik, Diaz-Canel juga menyatakan kedutaan-kedutaan asing sebagai sarang subversi.
Namun, di sisi lain dia membela akademisi dan para penulis blog yang menjadi target kelompok garis keras di Kuba. Untuk hal ini, banyak kalangan berharap Diaz-Canel mau mendorong keterbukaan di negerinya.
Banyak pekerjaan berat yang harus dipikul Diaz-Canel di tengah ekonomi Kuba yang sulit dan hubungan dengan AS khususnya yang tak bersahabat. Banyak yang berpendapat peralihan kepemimpinan hanya simbolis. "Kami selalu berharap hal simbolis ini akan diterjemahkan dalam kenyataan dan tindakan konkret untuk kehidupan kita," kata seorang editor berita alternatif. (AFP/AP/REUTERS)