Penghargaan Pulitzer di Tengah Ancaman bagi Pers Bebas
Oleh
MYRNA RATNA
·2 menit baca
Di tengah tekanan yang dialami media-media arus utama di Amerika Serikat semasa pemerintahan Presiden Donald Trump, The New York Times, The Washington Post, dan The New Yorker meraih penghargaan jurnalistik tertinggi di AS, Pulitzer. Liputan mereka terkait skandal pelecehan seksual yang melibatkan sosok-sosok berkuasa di dunia hiburan dan politik, serta laporan investigasi terkait hubungan Trump dengan Rusia dalam Pemilu AS, dinilai telah mengukuhkan independensi jurnalisme.
"Para pemenang telah menegakkan tujuan tertinggi pers yang independen dan bebas, bahkan di saat yang sulit," kata Dana Canedy, dari panitia penghargaan, seperti dikutip The New York Times, Selasa (17/4/2018). Ia merujuk pada sikap Trump yang selalu menyerang wartawan maupun media atas liputan-liputan yang tidak disukainya. Trump bahkan menyebut media-media arus utama ini sebagai "fake news".
Isu pelecehan seksual masuk dalam kategori pelayanan publik, kategori paling bergengsi dalam penghargaan Pulitzer. The New York Times (NYT) berbagi penghargaan dengan majalah The New Yorker terkait gerakan masif di berbagai negara yang bertagar #MeToo sebagai perlawanan terhadap pelecehan seksual yang dilakukan oleh para lelaki yang berkuasa.
Salah satunya adalah skandal pelecehan oleh Bill O\'Reilly, pembawa acara berpengaruh di televisi Fox News. Upaya "damai" yang dilakukan O\'Reilly untuk menutup kasusnya, membuat kariernya di Fox tak terpengaruh. Namun, setelah NYT mengeluarkan serangkaian artikel tentang skandal itu, O\'Reilly tahun lalu didepak dari Fox.
Skandal Weinstein
Kasus pelecehan lain yang mengguncang dunia adalah pelecehan yang dilakukan sosok paling berkuasa di Hollywood, Harvey Weinstein. Kasus ini memicu gelombang besar perlawanan para perempuan yang pernah atau terancam pelecehan seksual. Ada 85 perempuan—mayoritas aktris di Hollywood—yang mengadukan Weinstein, di antaranya adalah Angelina Jolie, Gwyneth Paltrow, Rosanna Arquette, Kate Beckinsale, Cara Delevingne, Heather Graham, Eva Green, Daryl Hannah, dan Salma Hayek.
"Dengan mengungkapkan adanya kesepakatan damai rahasia, (itu) meyakinkan para korban untuk membuat para pria berkuasa bertanggung jawab atas perbuatannya, kami berhasil mengungkapkan penyalahgunaan seksual yang (korbannya) terus membesar," kata Dean Baquet, editor eksekutif NYT.
The Washington Post juga meraih penghargaan untuk laporan investigatif terkait skandal pelecehan oleh kandidat senator Republik, Roy S Moore. Moore pernah melakukan pelecehan pada sejumlah perempuan, salah satunya berumur 14 tahun. The Post juga berhasil menggagalkan upaya tokoh sayap kanan James O\'Keefe yang mengatur pengakuan palsu dari seorang perempuan yang mengaku sebagai korban pelecehan.
"Ini studi kasus mengapa kita membutuhkan pers yang bebas dan independen di negeri ini, di tengah upaya penghancuran, tipu daya, dan ancaman oleh para politisi dan sekutunya," kata editor eksekutif The Post, Martin Baron. (AFP/REUTERS)