”Jika kerja sama ASEAN-China selama 15 tahun ini adalah versi 1.0, kita berharap versi 2.0 dalam 15 tahun mendatang menjadi lebih substantif, berkemajuan, membawa pengaruh positif secara signifikan, baik di tingkat regional maupun internasional,” kata Huang, yang menjadi salah satu pembicara kunci dalam seminar memperingati 15 tahun Kemitraan Strategis ASEAN- China, yang digelar Senin (9/4/2018) di Jakarta.
Seminar itu diprakarsai Pemerintah China melalui Misi China untuk ASEAN bekerja sama dengan China Foreign Affairs University dan Universitas Indonesia. Pembicara kunci lainnya adalah Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN, Kementerian Luar Negeri RI, Jose Tavares; Wakil Sekretaris Jenderal ASEAN Hoang Anh Tuan; dan Dubes Singapura untuk ASEAN Tan Hung Seng.
Huang mengatakan, ASEAN menjadi contoh penting dan bagus bagi dialog dan kerja sama negara-negara, baik di dalam maupun luar kawasan Asia Tenggara. China pada sisi lain berbagi visi ASEAN bagi kerja sama di tingkat regional. Beijing secara aktif berpartisipasi dalam sejumlah tata kelola yang dipimpin ASEAN. Aneka upaya kemajuan pun terus diupayakan dalam proses kerja sama regional bersama ASEAN.
”China dan ASEAN adalah pendukung perdagangan bebas dan globalisasi ekonomi, serta bekerja bersama untuk menegakkan perdamaian yang direngkuh dengan keras, stabilitas, dan pembangunan di kawasan,” kata Huang.
Tata perilaku
Jose Tavares menyatakan, Indonesia berharap pembahasan lebih lanjut dari Kerangka Tata Perilaku (COC) tentang Laut China Selatan dapat berjalan konstruktif, menambah nilai dan kegunaan Deklarasi tentang Perilaku Para Pihak di Laut China Selatan (DOC) yang ditandatangani di Phnom Penh, Kamboja, pada 4 November 2002.
”Hal itu efektif untuk mencegah insiden di Laut China Selatan. Jangan sampai terjadi konflik terbuka. COC dan prosesnya menjadi kunci dalam hubungan ASEAN-China,” kata Tavares.
Tavares juga menekankan pentingnya hubungan ekonomi yang saling menguntungkan bagi masyarakat di ASEAN dan China. Disebutkan bahwa blok perdagangan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) adalah faktor penting di kawasan Indo-Pasifik. Cara-cara konstruktif ASEAN dinilai Tavares penting mencapai solusi saling menguntungkan dengan basis yang telah dihidupi dan dipercaya dapat mengikuti zaman.
”Untuk mendiskusikan rencana-rencana ASEAN-China, menurut saya, East Asia Forum adalah forum yang tepat. Forum inklusif yang dapat membawa perbedaan dan debat, sekaligus difungsikan secara optimal,” kata Tavares.
Tan Hung Seng menyatakan, hubungan ASEAN-China dinamis dan telah berkembang sedemikian rupa sebagai bagian dari respons atas dinamika yang terjadi. Singapura yang tahun ini bertindak sebagai pemimpin ASEAN, kata Tan, akan memastikan hubungan ASEAN-China saling menguntungkan dalam proses mendiskusikan rencana- rencana mendatang. Investasi China di ASEAN dan sebaliknya diharapkan terus tumbuh.
Huan menegaskan, untuk merespons dinamika global, China bersama ASEAN bakal memastikan aturan dan arsitektur bagi kerja sama yang aman dan sesuai dengan karakteristik kawasan. Beijing pun memastikan negosiasi atas RCEP terus berlanjut. Lebih jauh, China akan menawarkan buku biru visi Komunitas Ekonomi Asia Timur kepada ASEAN. (BEN)