Aksi Saling Balas AS-China
Sebagaimana dirilis Gedung Putih, Trump memerintahkan perwakilan perdagangan AS memastikan apakah tarif tambahan 100 miliar dollar AS dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aturan yang ada. Ia juga meminta timnya untuk mengidentifikasi produk-produk China yang dapat dikenai tarif.
Tidak lama, reaksi langsung muncul dari Beijing. Otoritas China diberitakan sedang menyiapkan strategi untuk menerapkan tarif baru terhadap AS. Berlanjut dari rencana-rencana sebelumnya, Beijing kali ini siap menyasar sektor energi AS. Penerapan tarif atas produk energi AS bisa dikenakan sewaktu-waktu. Beijing mengincarnya karena melihat sektor energi adalah salah satu sektor yang cukup sensitif, terutama dapat berdampak pada besaran biaya produksi sektor-sektor lainnya.
Trump tampaknya bergeming sekalipun berbagai pihak, termasuk sejumlah anggota timnya, memintanya untuk tidak bertindak emosional. Janji kampanyenya untuk membuat AS berjaya diterjemahkannya, salah satunya, dengan langkah penerapan tarif.
Data yang dirilis otoritas perdagangan AS pada tengah pekan ini menunjukkan tingkat defisit perdagangan negeri itu pada Februari lalu bertambah. Nilai ini merupakan kondisi defisit untuk kedelapan kalinya secara berturut. Nilainya mencapai rekor tertinggi dalam sembilan tahun terakhir, sekalipun nilai ekspornya adalah yang tertinggi dalam sejarah.
Defisit perdagangan melebar seiring dengan langkah Presiden Trump untuk melawan apa yang menurut Washington sebagai ”perampokan” hak intelektual oleh China. Cara yang ditempuh AS adalah menerapkan tarif atas sejumlah barang, yang kini memicu kekhawatiran terjadinya perang dagang secara terbuka.
Merujuk data perdagangan AS, impor barang-barang suplai industri dan barang-barang modal membuat defisit perdagangan AS naik sekitar 1,6 persen menjadi 57,6 miliar dollar AS pada Februari lalu. Nilai itu merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2008. Naiknya defisit perdagangan ini juga bakal turut membebani pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan I-2018 mengingat tingkat defisit tersebut memengaruhi penghitungan produk domestik bruto (PDB).
Berdasarkan data angka perdagangan AS pada Februari 2018, defisit perdagangan AS atas China turun sekitar 19 persen menjadi senilai 29,3 miliar dollar AS. Secara keseluruhan ekspor barang-barang dan jasa AS naik sekitar 1,7 persen menjadi 204,4 miliar dollar AS, yang merupakan angka tertinggi ekspor AS sepanjang sejarah. Namun, impor AS juga naik sekitar 1,7 persen mencapai senilai 262 miliar dollar AS. Angka tersebut juga merupakan sebuah capaian rekor.
Rekor baru lainnya adalah ekspor otomotif AS, peralatan dan permesinan, senilai 14,8 miliar dollar AS. Namun, capaian itu belum mampu mengubah posisi defisit barang-barang AS.
Posisi defisit masih berada di level tertinggi sejak Juli 2008 dengan nilai mencapai 76 miliar dollar AS, sementara impor barang modal mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah, yakni 57,8 miliar dollar AS. Rilis data perdagangan tersebut dilakukan di tengah negosiasi alot AS dengan mitra-mitra dagangnya, khususnya dengan China.
Aksi saling ancam antara Washington dan Beijing pada pekan ini menambah kekhawatiran di antara pelaku pasar. Bursa-bursa saham utama global bergerak variatif dalam rentang yang relatif besar dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Washington dan Beijing pada awal pekan ini saling ancam untuk menerapkan tarif impor sejumlah barang senilai masing-masing 50 miliar dollar AS dari masing-masing negara. China menyasar barang produksi AS yang secara politik sensitif, seperti kedelai. Di sisi lain, AS memilih barang-barang berteknologi tinggi di bidang kedirgantaraan, otomotif, dan obat-obatan.
Sasar basis pemilih Trump
Sejumlah analis menilai Beijing tengah menyasar basis pemilih-pemilih Trump pada pemilu presiden lalu lewat penerapan tarif atas kedelai. Ekspor kedelai AS ke China sepanjang 2017 mencapai sekitar 12,4 miliar dollar AS, dari total ekspor produk AS ke China yang masuk dalam rekomendasi pengenaan tarif oleh Beijing sebesar 130 miliar dollar AS.
Kedelai adalah produk ekspor kedua tertinggi AS ke China setelah pesawat terbang yang mencapai 16,3 miliar dollar AS. Di bawah kedelai, ada produk otomotif AS yang mencapai 10,6 miliar dollar AS.
Merujuk pada data lembaga Peterson Institute for International Economics, impor AS dari China yang siap dikenai tarif oleh Washington sepanjang tahun lalu mencapai 506 miliar dollar AS. Produk elektronika menjadi barang impor dengan nilai terbesar, yakni mencapai 26,9 miliar dollar AS.
Petani-petani di kawasan pedesaan AS langsung dilanda kekhawatiran atas langkah Beijing yang menyasar kedelai. Kekhawatiran serupa akan dirasakan pula oleh politisi Partai Republik yang tergantung pada pemilih-pemilih di kota kecil.
Posisi mayoritas kubu Republik di Kongres dapat hilang begitu saja jika para pemilih itu berpaling dari Republik. Padahal, saat ini adalah tujuh bulan menjelang pemilu sela (midterm election). Berhadap-hadapan dengan China secara frontal terbukti membawa konsekuensi kerentanan politik, mulai dari lembah California, ke timur di Washington, hingga Minnesota, dan membentang hingga Missouri, Indiana, dan Ohio. Di wilayah-wilayah itu, sinyal-sinyal ketakutan dan rasa frustrasi warga dapat dengan mudah ditemui.
Di Minnesota selatan, misalnya, Bill Gordon, salah satu petani, menilai volatilitas di pasar membuat petani seperti dirinya semakin kesulitan meraih keuntungan maksimal dalam menjual produk hasil pertaniannya. Minnesota adalah negara bagian terbesar keempat dari sisi ekspor. Khusus di bidang pertanian, Minnesota termasuk negara bagian dengan tingkat ekspor paling tinggi ke China.
Produksi kedelai terkonsentrasi di wilayah barat AS. Illinois, Iowa, Minnesota, Nebraska, Indiana, dan Missouri menghasilkan lebih dari separuh kedelai AS. Selama beberapa tahun terakhir, lebih dari 60 persen dari total ekspor kedelai AS terserap di pasar China. Data Associated Press juga menunjukkan, Trump memenangi hingga 89 persen suara di wilayah- wilayah penghasil kedelai. Di wilayah-wilayah itu, Trump meraup dua dari tiga suara pemilih pada pemilu 2016.
Kondisi ini membawa situasi pelik bagi para politisi Republik, khususnya mereka yang mewakili daerah-daerah pertanian dan dimenangi Trump pada 2016. Mereka dipaksa memilih antara kebijakan perdagangan Trump atau kepentingan warga yang berasal dari kalangan petani.
Di timur Washington, misalnya, posisi Cathy McMorris Rodgers dari Republik tidak aman. Ia secara terang-terangan mendesak Gedung Putih mengubah arah kebijakan tarif atas China.
Kesiapan China
Pemerintah China tampaknya sudah siap menghadapi langkah dan keinginan Trump. Beijing memberlakukan kenaikan tarif hingga 25 persen atas 128 produk asal AS per Senin (2/4). Nilai produk-produk pertanian dan perkebunan tersebut di antaranya daging babi, anggur, dan apel, mencapai 3 miliar dollar AS setahun, sebagai balasan Beijing terhadap keputusan Washington yang menerapkan tarif atas produk baja dan aluminium China sebelumnya.
Langkah Beijing tersebut diambil oleh komisi tarif kepabeanan China yang diurusi oleh Dewan Negara. Kementerian Perdagangan China menyatakan, penerapan tarif atas produk pertanian dan perkebunan AS dilakukan karena Washington telah ”melanggar” petunjuk WTO.
”Langkah-langkah AS itu hanya diterapkan terhadap sejumlah kecil negara sehingga secara serius melanggar prinsip non-diskriminatif sebagai landasan sistem perdagangan multilateral, yang melanggar kepentingan-kepentingan dari sisi China”, demikian pernyataan Kementerian Perdagangan China di situs kementerian itu.
Setelah pada Selasa lalu Washington mengumumkan rencana penerapan tarif 25 persen atas sekitar 1.300 produk ekspor China, Beijing juga langsung membalasnya. Kementerian Perdagangan China menyatakan akan menerapkan tarif 25 persen atas 106 produk AS dengan nilai 50 miliar dollar AS. Selain kedelai, tarif juga diterapkan atas impor otomotif dan pesawat AS.
Beijing merasa perlu untuk mengambil langkah lanjutan demi melindungi kepentingan mereka. Tarif 25 persen itu akan diberlakukan segera dan diumumkan lebih lanjut tanggal kepastiannya. Hal itu disiapkan sambil menunggu perkembangan lebih lanjut, khususnya kebijakan AS terhadap barang-barang impor dari China.
(AP)