Berbeda dengan lokasi-lokasi publik lainnya, penonton bioskop di negeri yang konservatif itu tak akan dipisahkan antara laki-laki dan perempuan. Seperti bioskop pada umumnya, penonton akan dicampur. Direncanakan, film pertama yang akan ditayangkan adalah film superhero dari Marvel berjudul Black Panther.
Pada 1970-an, Arab Saudi pernah memiliki sejumlah bioskop, tetapi ditutup oleh jajaran tokoh ulama. Namun, tahun lalu, pemerintah mencabut larangan usaha bioskop itu sebagai bagian dari reformasi ekonomi dan sosial Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
Menteri Informasi dan Kebudayaan Arab Saudi Awwad Alawwad mengatakan, ini kesempatan bagi industri dan investor usaha bioskop serta industri perfilman.
Pemilik perusahaan AMC Entertainment Holdings, yang merupakan konglomerat asal China, Wanda Group, tak akan menjadi pemain tunggal di industri perbioskopan. Direncanakan, ada jaringan bioskop lain yang tengah bersiap membuka bioskop juga di Arab Saudi, yakni VOX Cinemas dari Dubai. ”Ini kesempatan besar bagi AMC karena pasar di sini sangat besar,” kata Direktur Eksekutif AMC Adam Aron.
Jaringan bioskop internasional sejak lama mengincar Arab Saudi sebagai pasar yang menjanjikan. Lebih dari 30 juta penduduk Arab Saudi yang mayoritas berusia 25 tahun ke bawah menjadi faktor penarik. Tak heran jika ambisi modernisasi Pangeran Salman disambut antusias pebisnis bioskop.
Selain membuka bioskop, Pangeran Salman juga mengaktifkan kembali berbagai kegiatan hiburan dan olahraga. Bahkan, perempuan kini boleh mengemudi kendaraan. Untuk bidang hiburan, pada Februari lalu, General Entertainment Authority (GEA) mengumumkan akan mengadakan lebih dari 5.000 festival dan konser pada tahun ini. Jumlah ini naik dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu dan keuntungan bisa diraup hingga 64 miliar dollar AS untuk 10 tahun ke depan.
Dengan keuntungan dari sektor hiburan, diharapkan akan bisa menutupi kerugian turunnya harga minyak mentah. Selama ini, masyarakat Arab Saudi dikenal sangat royal menghabiskan uang miliaran dollar setiap tahun hanya untuk menonton film dan berlibur ke tempat hiburan dan taman bermain di Dubai. Rakyat Arab Saudi juga dikenal menggemari budaya dan media Barat. Meski dahulu tidak ada bioskop, bukan berarti warga Arab Saudi tidak menonton film dari Barat. Biasanya, mereka menonton film Hollywood di rumah.
Pemilihan film
Setelah bioskop beroperasi lagi, kini yang menjadi pertanyaan adalah jenis film yang akan atau boleh ditayangkan. ”Ini pasar besar. Saya yakin penonton akan membanjiri begitu bioskop dibuka,” kata Presiden dan Direktur Eksekutif Asosiasi Nasional Pemilik Bioskop John Fithian.
Fithian mengaku sudah berdiskusi dengan para pejabat pemerintah kerajaan mengenai materi film apa saja yang boleh dan tidak boleh ditayangkan. Ia yakin film-film Hollywood akan diperbolehkan dinikmati rakyat Arab Saudi setelah melalui proses pemeriksaan terlebih dahulu.
Aron berharap film-film yang ditayangkan di Dubai dan Kuwait juga akan cocok untuk Arab Saudi. ”Sudah lama Hollywood berhasil menangani isu-isu sensitif dan bisa menyesuaikan produksi filmnya. Toh, selama ini, pemain besar studio Hollywood juga telah memutar film-filmnya di sejumlah wilayah di Timur Tengah,” kata Aron.
Bioskop AMC yang pertama akan dibangun di dalam bangunan yang dahulu direncanakan menjadi gedung konser di distrik keuangan King Abdullah. Kapasitas kursi penonton sekitar 500 kursi kulit. Pada pertengahan tahun ini akan ditambah tiga layar lagi. Pada 2030 diharapkan akan ada 2.500 layar yang akan bisa memberi pemasukan sedikitnya 1 miliar dollar AS per tahun dari hasil penjualan tiket.
”Restorasi bioskop akan membantu meningkatkan perekonomian dalam negeri dan membuka lapangan pekerjaan,” sebut Menteri Informasi dan Kebudayaan Alawwad dalam pernyataan tertulisnya.
Namun, modernisasi dan reformasi Pangeran Salman ditentang keras oleh kelompok konservatif. (REUTERS/AFP/AP/LUK)