Desakan agar digelar penyelidikan independen dalam kasus itu dikemukan PBB, Uni Eropa, lembaga HAM internasional seperti Amnesty International, dan pemimpin oposisi sayap kiri Israel, Tamar Zandberg, dari partai Meretz. Pemerintah Indonesia, melalui pernyataan di laman Kementerian Luar Negeri, juga mendesak penyelidikan serupa.
”Indonesia mengecam keras serangan tentara Israel kepada warga Palestina yang sedang berdemo di perbatasan Gaza dan Israel sehingga mengakibatkan puluhan warga Palestina meninggal dan ratusan luka-luka,” demikian pernyataan Kemlu RI.
Indonesia menegaskan, dampak kekerasan dan kekejaman oleh tentara Israel terus menjadi ancaman terhadap upaya perdamaian di Palestina dan kawasan Timur Tengah.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan sebutan ”teroris”. Pernyataan itu sebagai tanggapan atas Netanyahu yang menolak komentar Antara terkait insiden berdarah, Jumat lalu.
”Hei Netanyahu! Kamu seorang penjajah. Dan sebagai penjajah, kamu berada di tanah-tanah itu. Saat bersamaan, kamu juga teroris,” kata Erdogan dalam pidato di Adana, Turki selatan, yang disiarkan televisi, Minggu.
Seperti dilansir televisi Al Jazeera, Minggu, Israel mulai memasang sistem anti-serangan rudal balistik, Arrow, di kota-kota besar, seperti Jerusalem, Tel Aviv, dan Haifa, untuk mengantisipasi serangan balasan rudal balistik Hamas. Hamas memiliki ratusan rudal balistik yang telah digunakan masif pada perang melawan Israel tahun 2012 dan 2014. Israel mengumumkan, pasukan mereka siaga penuh di sepanjang perbatasan Israel-Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan, 17 warga Palestina tewas dan 1.400 lainnya luka-luka akibat tembakan membabi buta tentara Israel terhadap unjuk rasa damai warga Palestina di perbatasan Jalur Gaza-Israel pada Hari Bumi, Jumat.
Sejumlah media Arab menyebut, lebih dari 30.000 warga Palestina ikut unjuk rasa pada hari Jumat berdarah tersebut. Ribuan warga Palestina bergerak dari Gaza City dan kota lain di Jalur Gaza ke perbatasan dengan Israel untuk memperingati Hari Bumi.
Warga Palestina di Jalur Gaza dan Tepi Barat memiliki tradisi memperingati Hari Bumi setiap tanggal 30 Maret dengan menggelar unjuk rasa damai. Hari Bumi itu untuk memperingati tewasnya enam warga Palestina pada 30 Maret 1976 di tangan tentara Israel. Keenam warga Palestina tersebut protes setelah tanah mereka dirampas Israel.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman kepada radio Israel, Minggu, menegaskan, Israel tidak akan bekerja sama dengan komite internasional yang akan melakukan penyelidikan atas peristiwa Jumat lalu di perbatasan Jalur Gaza.
Dilindungi AS
Palestina menyebut dukungan AS terhadap Israel terkait peristiwa berdarah pada Hari Bumi, Jumat lalu, adalah payung bagi Israel untuk terus melakukan aksi kekerasan terhadap Palestina dan mengabaikan resolusi PBB.
Seperti diketahui, AS telah menggagalkan draf resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang diajukan Kuwait. Draf resolusi tersebut meminta Israel menahan diri dan dibentuk komite penyidik independen atas peristiwa berdarah pada Jumat itu.
Petinggi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Saeb Erekat, kepada radio Palestina mengatakan, AS telah dua kali menggagalkan upaya PBB mengeluarkan resolusi terkait peristiwa berdarah hari Jumat lalu.
Erekat menuduh AS telah membabi buta mendukung Israel. Ia menyebut, Dubes AS untuk PBB Nikki Haley adalah pelindung tindak kejahatan Israel pada rakyat Palestina di Gaza.
Jubir Kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeinah, juga mengatakan, tindakan AS terus melindungi Israel dan menggagalkan upaya PBB mengeluarkan resolusi penghentian tindakan brutal Israel hanya akan memperteguh sikap rakyat Palestina dan melindungi tanah mereka. (AFP/SAM)