Kayhan Ozer/Presidential Press Service, Pool Photo via AP
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
ANKARA, SELASA — Turki mempersiapkan perluasan invasi di Suriah. Pasukan Turki dan militan Suriah pendukung Turki mulai membidik wilayah di luar Provinsi Afrin yang kini sedang diduduki Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan pasukan Turki sudah merebut Afrin dari Kurdi. ”Dengan mengendalikan pusat kota Afrin kemarin, kami sudah melewati tahap terpenting dalam operasi Ranting Zaitun,” katanya, Selasa (20/3), di Ankara, Turki.
Operasi Ranting Zaitun dilancarkan sejak Januari 2018. Turki beralasan mengejar militan dan kelompok teroris di Afrin, provinsi di Suriah yang berbatasan dengan Turki. Kelompok yang dimaksud adalah Unit Perlindungan Rakyat (YPG) Kurdi.
”Setelah ini (pendudukan Afrin), kami akan melanjutkan ke Manbij, Ayn al-Arab, Tel Abyad, Ras al-Ain, dan Qamishli sampai semua koridor itu disingkirkan sepenuhnya,” kata Erdogan.
Kota-kota itu terletak di bagian Suriah yang berbatasan dengan Turki. Bahkan, Turki mempertimbangkan penyerbuan ke Irak utara. Sebab, di sana ada Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang pernah memberontak di Turki.
Wilayah yang dibidik Turki membentang sejauh 400 kilometer. Ujung dari daerah target itu adalah kota Qamishli.
Rencana itu semakin memperluas konfrontasi terbuka dengan AS. Sekutu Turki di Pakta Pertahanan Atlantik Utara
(NATO) itu menyokong YPG selama bertahun-tahun. Bahkan, AS menempatkan sejumlah tentaranya di Manbij.
FSA menjarah
Pasca-pendudukan Turki di Afrin, banyak penduduk kota itu melarikan diri. Mereka antara lain menghindari penjarahan oleh anggota Tentara Pembebasan Suriah (FSA), kelompok bersenjata Suriah yang membantu Turki menginvasi Afrin.
Penduduk yang masih tinggal di Afrin mengatakan militan FSA menjarah toko dan rumah. ”FSA datang ke Afrin dan kami berharap tetap selamat. Ternyata, yang terjadi malah sebaliknya,” ujar salah seorang penduduk yang menolak namanya ditulis.
Lebih dari 200.000 warga kota itu melarikan diri. Mereka kini tanpa tempat berlindung dan akses pada air bersih ataupun makanan. ”Orang tidur di mobil. Orang yang tidak punya mobil tidur di bawah pohon bersama keluarganya,” kata seorang pejabat senior di otoritas Afrin, Hevi Mustafa.
Perkembangan di Afrin mencemaskan AS. ”Sepertinya mayoritas penduduk, yang didominasi Kurdi, melarikan diri dalam ancaman serangan dari militer Turki dan militan dukungan Turki. Kami juga prihatin dengan laporan tentang penjarahan di kota Afrin. Kami telah berulang kali mengungkapkan keprihatinan soal Afrin kepada pejabat Turki,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS, Kolonel Rob Manning, menyatakan, pihaknya sangat prihatin dengan laporan pengungsi Afrin tidak bisa mengakses air bersih. ”Kami mendorong semua pihak mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan,” ujarnya.