KAIRO, KOMPAS - Setelah operasi militer “Ranting Zaitun” di Afrin berlangsung hampir dua bulan, pasukan Turki dan milisi oposisi Suriah pro-Ankara, Minggu (18/3), berhasil masuk pusat kota di Suriah utara itu. Milisi Kurdi dari Unit Pelindung Rakyat (YPG) mundur setelah gagal membendung serangan masif kubu Turki yang dibantu tank, pesawat tempur, serta artileri.
Stasiun televisi Aljazeera melaporkan, YPG meninggalkan Afrin untuk menuju Tel Rifaat di Provinsi Aleppo utara yang dikontrol pasukan Demokratik Suriah (SDF). SDF merupakan pasukan gabungan Arab dan Kurdi dengan tulang punggung YPG yang dibentuk Amerika Serikat. Tujuan unit milisi ini ialah memerangi kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Afrin sebelum ini diperkirakan dihuni 40.000-50.000 jiwa. Mayoritas di antaranya beretnis Kurdi dengan dikawal sekitar 5.000 anggota YPG.
Pasukan Turki telah mengontrol Afrin sepenuhnya dan mengibarkan bendera Turki di kota itu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan, pasukan Turki telah mengontrol Afrin sepenuhnya dan mengibarkan bendera Turki di kota itu. Militer Turki melalui Twitter mengungkapkan, pasukannya mulai membersihkan pusat kota dari ranjau dan bahan peledak yang ditanam YPG sebelum mundur.
Turki melancarkan operasi “Ranting Zaitun” di Afrin sejak 20 Januari lalu untuk mengusir YPG. Ankara menetapkan YPG sebagai organisasi teroris karena dianggap sebagai perpanjangan tangan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang juga dinyatakan sebagai kelompok teroris.
Pasukan Turki dan koalisinya sejak Sabtu malam lalu bergerak maju menuju pusat kota Afrin dari tiga arah, barat, timur, dan utara. Kubu Turki sebelum ini membiarkan area selebar 3,5 kilometer di selatan Afrin tetap terbuka untuk memberi pintu kepada YPG mundur ke arah selatan menuju luar kota. Hal itu dilakukan Turki untuk mencegah terjadinya perang kota yang bisa membawa korban dalam jumlah besar dari kedua belah pihak.
Usulan
Pada Jumat silam, pasukan Turki menjatuhkan selebaran dari udara. Isinya ialah meminta YPG menyerah untuk mencegah pertumpahan darah. Turki juga menawarkan usulan kepada YPG, yakni penghentian operasi militer di Afrin dengan imbalan YPG mundur dari kota dan menyerahkannya ke Ankara.
YPG menolak keras usulan Turki itu. Juru bicara YPG Nouri Mahmoud menegaskan, YPG menolak usulan mundur dari Afrin. Mereka bertekad mempertahankan kota untuk mencegah Afrin jatuh ke tangan NIIS atau Al-Qaeda.
Juru bicara pasukan oposisi Suriah pro-Turki Mohammed Al-Hamadeen menyatakan, anggotanya tidak menghadapi perlawanan berarti dari YPG ketika masuk kota Afrin.
Al-Hamadeen mengklaim, sedikitnya 70 anggota YPG tewas dalam pertempuran di kota Afrin sejak Minggu dini hari lalu.
Sebelumnya, pada Kamis lalu, juru bicara Kepresidenan Turki, Ibrahim Kalin, dalam wawancara dengan stasiun televisi Turki TRT menegaskan, tidak akan menyerahkan kota Afrin kepada pemerintah Suriah, setelah Ankara menguasai kota itu.
Direktur Lembaga Pemantau HAM Suriah (SOHR) yang berbasis di London, Rami Abdurrahman, mengungkapkan, kontak senjata antara pasukan Turki dan YPG masih terjadi di sejumlah titik di kota Afrin. Sebelumnya, SOHR melaporkan, lebih dari 200.000 warga sipil sejak Rabu lalu mengungsi dari Afrin, menyusul semakin dekatnya pertempuran ke kota itu.