Menghidupkan Lagi Mutiara Punjab
Memasuki pusat kota tua Lahore, Pakistan, di sore hari, wisatawan akan langsung merasakan hiruk pikuk kota. Kemacetan lalu lintas, toko-toko yang ramai pengunjung, pedagang kaki lima yang semrawut di pinggir jalan, adalah hal yang biasa di Lahore.
Kota tua yang merupakan kota metropolis dan menjadi ibu kota Kerajaan Mughal ini pada masa lalu merupakan ”mutiara” wilayah Punjab.
Di kota Lahore, wisatawan bisa mendatangi area kota tua Walled City, benteng Lahore, kampus-kampus tua, dan menyaksikan upacara penurunan bendera setiap sore di perbatasan Wagah. Beberapa area tersebut dikunjungi Kompas, November tahun lalu.
Namun, kota yang penuh dengan gedung-gedung tua nan cantik peninggalan kolonial Inggris itu dirasakan selama ini kurang diurus dengan baik. Karena itu, Lahore sekarang berbenah, berusaha menghidupkan kembali ”mutiara” Punjab agar dapat menjawab tantangan dunia pariwisata. Berbagai pihak yang peduli pada situasi Lahore ambil bagian dalam pembenahannya.
Saat ini upaya pembenahan dilakukan di Benteng Lahore. Dengan bergelantungan di atas perancah, para ahli restorasi menyapu bersih debu dan memperbaiki mosaik yang rusak di dinding benteng. Hal ini merupakan bagian dari upaya menyelamatkan mural kolosal yang menggambarkan pertempuran bersejarah dan upacara agung di dinding Benteng Lahore.
Terkenal
Lahore begitu terkenal selama berabad-abad. Masa lalu yang kaya terlihat pada arsitektur di area Walled City, mulai dari kuil Hindu, benteng Mughal, sampai kuil Sikh, serta kantor administrasi.
Kamran Lashari, Direktur Jenderal Otoritas Walled City Lahore (WCLA), mengatakan, di Lahore, wisatawan bisa menemukan jejak sejarah dari masa ratusan tahun lalu. Yang paling utama dari peninggalan-peninggalan itu adalah Benteng Lahore. Dengan catatan pertama mengenainya berasal dari abad ke-11, Benteng Lahore merupakan bangunan pertama yang dibuat dari lumpur, kemudian diperkuat dengan batu dan bertahan selama berabad-abad. Namun, akibat konflik yang panjang di Pakistan, disertai deraan alam, serta bertahun-tahun diabaikan, kondisi tempat itu kini mengenaskan.
Meskipun kondisi Lahore kini memprihatinkan, para ahli mengatakan bahwa warisan arsitektur Islam yang begitu luas di Lahore ini akan mampu bersaing dengan kota-kota tujuan wisata di jalur sutra lainnya yang lebih mapan.
Lebih dari 40 pekerja konservasi bersama WCLA, termasuk insinyur, arsitek, dan pakar keramik dari seluruh dunia, membersihkan mural mosaik di bagian luar Benteng Lahore. ”Ini adalah salah satu mural terbesar di dunia, berisi lebih dari 600 panel mosaik ubin dan lukisan dinding,” kata Emaan Sheikh dari Agha Khan Trust for Culture.
Sophie Makariou, Presiden Museum Nasional Seni Asia yang berpusat di Paris, Perancis, mengatakan, Lahore bisa bersaing dengan kota Samarkand di Uzbekistan dan Isfahan di Iran. Ia menambahkan, kegagalan Lahore untuk ”bersinar” berkaitan dengan masalah keamanan. Namun, karena keamanan di Pakistan terus membaik, para pejabat kini berharap bisa menghidupkan lagi kejayaan Lahore yang hilang. (AFP/LOK)