BAKU, JUMAT — Dua puluh lima orang tewas akibat kebakaran di sebuah klinik rehabilitasi narkotika dan obat-obat berbahaya di Baku, ibu kota Azerbaijan, Jumat (2/3) pagi waktu setempat.
Otoritas terkait di Azerbaijan dalam pernyataan bersama pada Jumat siang waktu setempat menyebutkan, kebakaran terjadi di klinik Republican Narcological Center di Baku pada pukul 06.10 waktu setempat.
Pihak berwenang yang memberikan keterangan bersama itu adalah kantor kejaksaan agung, kementerian kesehatan, kementerian dalam negeri, dan kementerian keadaan darurat.
”Menurut data terakhir, 25 orang tewas dalam kebakaran tersebut,” kata pernyataan bersama untuk merevisi penjelasan yang sebelumnya menyebutkan ada 24 orang tewas.
Empat orang lagi dirawat di rumah sakit akibat luka bakar serius. Kebakaran disebabkan jaringan listrik yang buruk, yang dibangun sejak era Uni Soviet.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev bergegas ke lokasi kebakaran tak lama setelah mendengar kabar buruk tersebut untuk menyaksikan langsung keadaan dan penanganan setelah kebakaran oleh pihak terkait. Presiden Rusia Vladimir Putin pun turut menyampaikan belasungkawa.
Rekaman video yang disiarkan di televisi lokal menunjukkan, api merambat dengan cepat melalui jendela bangsal rumah kayu bertingkat satu itu.
Kantor berita resmi Azerbaijan, APA, sebelumnya melaporkan, 30 orang tewas dalam kebakaran besar di pusat rehabilitasi bagi pengguna narkoba tersebut.
Butuh sekitar 3 jam bagi 10 regu pemadam kebakaran dan penyelamat dari dinas layanan darurat untuk memadamkan api yang berkobar di klinik rehabilitasi narkoba nasional itu.
Kebakaran buruk sering melanda negara yang terletak di kawasan Kaukasus, bekas Soviet itu. Pada Mei 2015, 15 orang, termasuk 5 anak di bawah umur, tewas akibat kebakaran di sebuah gedung bertingkat di Baku, ibu kota negara yang terletak di tepi Laut Kaspia itu.
Pada Oktober 1995, tercatat 289 orang tewas dalam kebakaran metro di Baku, bencana kereta bawah tanah paling mematikan di dunia yang disebabkan oleh peralatan Soviet yang kuno pada kereta tersebut. (AFP/REUTERS)