Para Tentara Bayaran asal Rusia Ikut Mewarnai Konflik di Suriah
Oleh
·3 menit baca
Tewasnya sejumlah warga Rusia akibat gempuran udara pasukan koalisi pimpinan AS di Deir al-Zor, Suriah timur, 7 Februari lalu, menyingkap tabir keterlibatan tentara-tentara bayaran Rusia dalam konflik di Suriah. Mengutip tiga sumber yang mengetahui insiden itu, keesokan harinya, kantor berita Reuters melaporkan bahwa sekitar 300 pria yang bekerja pada perusahaan swasta militer yang terkait Kremlin tewas atau luka-luka dalam serangan itu.
Seorang dokter militer Rusia yang tidak disebutkan namanya mengatakan, sekitar 100 orang tewas. Sumber lain menyebutkan, lebih dari 80 pria tewas.
Pada Kamis (8/2), Rusia akhirnya mengakui, lima warganya—tidak secara resmi terafiliasi dengan militer Rusia—diperkirakan tewas dalam serangan udara di Suriah timur. Ini merupakan pengakuan pertama Moskwa mengenai jatuhnya korban nonmiliter tempur di Suriah.
Terkait pertempuran 7 Februari itu, AS menyatakan, koalisi hanya mempertahankan diri saat sebuah unit musuh berkekuatan 300-500 orang melancarkan serangan pada posisi milisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dukungan AS di sebelah timur Sungai Eufrat, Provinsi Deir al-Zor.
Pasukan koalisi AS lalu memperingatkan militer Rusia dan membentuk formasi serangan, menewaskan hingga 100 orang. Namun, militer Rusia menegaskan, mereka tidak menempatkan tentara di area yang dimaksud.
Pejabat AS menolak mengungkap identitas kewarganegaraan para penyerang. Berbagai laporan mengindikasikan jumlah korban tewas akibat serangan AS itu mencapai ratusan warga Rusia.
Jubir Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyatakan, laporan soal puluhan atau ratusan warga Rusia itu merupakan disinformasi yang dilontarkan musuh-musuh Rusia. Sesuai informasi awal, korban berjumlah lima warga Rusia yang bukan anggota tentara negeri itu.
Dari mulut ke mulut
Sesuai UU yang berlaku saat ini, Rusia bisa menghukum para tentara bayaran. Pada 2014, dua pria Rusia, Vadim Gusev dan Yevgeny Sidorov, dihukum penjara hingga tiga tahun karena merekrut lebih dari 200 eks tentara militer ke dalam Korps Slavonic untuk bertempur di Deir al-Zor.
Menurut laman Fontanka, yang memantau keterlibatan para kontraktor militer swasta di Suriah, Korps Slavonic menjadi kelompok utama tentara bayaran yang direkrut mantan anggotanya, Dmitry Utkin. Ia memiliki nama panggilan Wagner.
Kelompok ini tak mempunyai laman atau halaman jejaring sosial. Mereka merekrut anggota dari mulut ke mulut. Kelompok Utkin dan Wagner masuk dalam daftar hitam Pemerintah AS.
Mereka diketahui memiliki pangkalan militer di Desa Molkino di luar Krasnodar, Rusia selatan. Fontanka menyebutkan, kelompok Wagner telah bertempur di Rusia sejak akhir 2015.
Tidak seperti Gusev dan Sidorov, Wagner tidak dihukum. Ia diberi penghargaan di Kremlin, Desember 2016. Menurut jubir Kremlin, Dmitry Peskov, saat itu Utkin diundang sebagai veteran militer berpengalaman.
Fontanka melansir, Wagner diasosiasikan dengan perusahaan Rusia, Yevro Polis, yang menandatangani kesepakatan dengan Pemerintah Suriah. Sesuai kesepakatan, perusahaan itu diminta mengamankan infrastruktur minyak dan gas di Suriah. Imbalannya, mereka akan mendapat 25 persen bagian produksi sumber daya alam Suriah pada masa depan. (AP/AFP/REUTERS/SAM)