Abbas Mendekat ke Rusia
Setelah tak lagi percaya pada AS, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mencari dukungan ke Moskwa. Namun, seperti AS, Rusia juga dekat dengan Israel.
MOSKWA, SENIN - Presiden Palestina Mahmoud Abbas berusaha mendekati Rusia demi menggalang dukungan bagi Palestina. Abbas berharap Rusia bisa menjadi juru penengah baru untuk proses perdamaian Palestina-Israel.
Abbas tiba di Moskwa, Rusia, Senin (12/2). Ada dua misi utama Abbas dalam kunjungan itu, yakni mencari dukungan untuk menolak pengakuan AS terhadap Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Pada 20 Februari, Abbas dijadwalkan berpidato dalam sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia diperkirakan akan membahas soal pengakuan AS tersebut.
Abbas dan para politisi Palestina menyatakan AS tidak bisa lagi menjadi juru damai setelah pengakuan itu. Sebab, AS dinilai sudah memihak pada Israel.
Karena itu, selain untuk menggalang dukungan, kunjungan ke Moskwa juga untuk mencari juru damai baru bagi Palestina-Israel. Selama ini AS berperan sebagai juru damai konflik Palestina-Israel yang tidak kunjung menunjukkan tanda akan selesai.
Palestina menolak berhubungan dengan AS sejak pengakuan AS terhadap Jerusalem sebagai ibu kota Israel. Palestina bergeming meski diancam pemotongan bantuan bernilai ratusan juta dollar AS oleh Washington.
Dasar permintaan Abbas kepada Rusia, antara lain, karena Rusia pernah mengajukan diri sebagai tuan rumah pertemuan Palestina-Israel. Pada 2016, Rusia pernah mengusulkan kepada Abbas untuk bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Rusia dan membahas perdamaian. Namun, tawaran itu tidak pernah diwujudkan.
Pada Januari 2018, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan, dialog itu hampir mustahil terjadi. Meskipun demikian, ia menyatakan, Rusia memahami perasaan Palestina terhadap Presiden AS Donald Trump. ”Kami terus mendengar dalam beberapa bulan terakhir bahwa AS akan mengumumkan ’kesepakatan besar’ yang akan memuaskan semua," ujarnya.
Namun, Rusia sama sekali tidak pernah melihat atau mendengar ada dokumen, bahkan juga pernyataan soal itu.
Kunjungan penting
Duta Besar Palestina untuk Rusia Abdel Hafiz Nofal mengatakan, kunjungan Abbas ke Rusia amat penting. Abbas mencari juru damai yang tidak memihak dalam proses perdamaian Palestina-Israel. ”Kami tetap berkomitmen pada proses perdamaian dan berharap segera memulai lagi (perundingan) dan mewujudkan solusi dua negara,” ujarnya kepada kantor berita WAFA.
Ia berharap Rusia memainkan peran lebih besar dalam proses itu. AS dapat tetap terlibat, tetapi tidak lagi memimpin proses itu.
Abbas selalu berjanji kepada warga Palestina bahwa negara mereka akan mendapat pengakuan penuh sebagai anggota PBB. Sejak 2012, Palestina berstatus sebagai peninjau di PBB.
Meskipun demikian, dengan status itu dan pengakuan dari 120 negara, Palestina bisa bergabung dengan sejumlah organisasi internasional. Salah satunya, Mahkamah Kriminal Internasional (ICC). Dengan bekal keanggotaan itu, Palestina berulang kali meminta penyelidikan terhadap Israel atas dugaan kejahatan perang. Kampanye di mahkamah itu membuat AS dan Israel berang.
Peneliti Timur Tengah pada Institut Kajian AS dan Kanada, Alexander Shumilin, menyebut kunjungan Abbas ke Moskwa untuk mengganggu hubungan Rusia dengan Israel yang saat ini semakin erat. Pada akhir Januari lalu, Netanyahu bertandang ke Rusia. Bersama Putin, ia menyambangi sebuah museum Yahudi di Moskwa.
Shumilin menyebut Abbas memanfaatkan hubungan Rusia-AS yang dalam titik terendah sejak Perang Dingin berakhir. Abbas disebut berharap hubungan itu semakin memburuk dan Rusia melakukan sesuatu untuk melecehkan AS. Meski demikian, Shumilin menyebut kunjungan Abbas sebenarnya tidak akan menghasilkan apa-apa.
Bantuan
Secara terpisah, Presiden Joko Widodo memuji para diplomat Indonesia. Kerja mereka membuat Indonesia diakui sejumlah negara. ”Presiden Abbas menyebut Indonesia sebagai sahabat sejati Palestina,” ujarnya di Jakarta.
Dalam kunjungan ke China, pekan lalu, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi juga mengajak China terus meningkatkan bantuan pada Palestina.
(AFP/RAZ)