Perdana Menteri China Li Keqiang berjalan cepat selepas turun dari mobil. Ia ingin segera masuk ke ruangan dan bersiap menyambut Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, saat suhu Beijing, China, 2 derajat celsius, Jumat (9/2) pagi.
”Biasanya menjelang libur Imlek, kami tidak menerima tamu. Namun, Indonesia adalah tamu istimewa,” ujar Li kepada Retno yang melaksanakan kunjungan kehormatan di sela-sela lawatan ke Beijing, pekan lalu.
Lazimnya, pejabat China menghabiskan hari menjelang libur Imlek dengan kegiatan internal. Seperti di Indonesia menjelang hari raya, ada pula kegiatan berbagi bingkisan oleh pejabat di China. Li melakukan itu sebelum menemui Retno.
Li menyebut Indonesia dan China sebagai negara besar yang sejak lama erat bekerja sama. Ia berharap hubungan Indonesia-China semakin meningkat.
Menurut Retno, China merupakan mitra dagang penting. Nilai transaksi kedua negara mencapai 63 miliar dollar AS pada 2017. Tahun lalu juga tercatat 2 juta pelancong dan investasi 3,7 miliar dollar AS dari China ke Indonesia.
Dengan jumlah pelancong itu, China merupakan negara asal turis asing paling banyak bagi Indonesia. China mengalahkan Australia dan Singapura, dua negara yang sangat dekat secara geografis dan rutin menjadi sumber pelancong asing terbanyak.
Selain membahas ekonomi, Retno juga mengundang Li ke Indonesia. Sejak menjadi PM, Li belum pernah datang ke Indonesia.
Terlepas dari percakapan hangat pada suhu mendekati nol derajat itu, sejumlah data menunjukkan, Indonesia belum benar-benar istimewa bagi China. Perekonomian Indonesia memang terbesar di Asia Tenggara, tetapi investasi Beijing ke Jakarta masih lebih kecil dibandingkan dengan ke negara lain di kawasan itu.
Singapura mencatat total investasi China mencapai 24 miliar dollar AS pada 2016, sementara Thailand mencatat total 4,5 miliar dollar AS pada 2017. Thailand juga menarik hampir 9 juta pelancong China sepanjang 2017. Jumlah pelancong China ke Thailand hampir sama dengan keseluruhan pelancong asing ke Indonesia pada 2017.
China malah mengundang Thailand ke pertemuan Brasil, Rusia, India, China, Afrika Selatan (BRICS) pada September 2017 di Xiamen, China. BRICS disebut sebagai blok negara-negara dengan ekonomi berkembang pesat dan diperkirakan menjadi kelompok baru pemimpin ekonomi dunia.
Seperti ke Indonesia, China juga telah memberikan proyek dalam kerangka One Belt One Road (OBOR) ke negara Asia Tenggara lainnya. Di sejumlah negara itu, investasi terkait OBOR dikabarkan sudah berjalan dengan lancar.