WASHINGTON, SENIN - Perseteruan soal memo rahasia terkait penyelidikan skandal dugaan kolusi tim kampanye Presiden Donald Trump dan Rusia berlanjut. Komite Intelijen DPR AS, Senin (5/2), secara bulat sepakat merilis memo rahasia yang ditulis kubu Demokrat sebagai balasan atas memo yang dirilis Republiken.
Anggota Komite Intelijen dari Demokrat, Adam Schiff, mengatakan, pihaknya setuju mengirimkan memo tersebut kepada Biro Investigasi Federal AS (FBI) dan Departemen Kehakiman untuk diperiksa. Pada Senin malam, memo 10 halaman itu akan dibawa kurir ke Gedung Putih. Trump memiliki waktu lima hari untuk memutuskan apakah ia setuju untuk membuka memo rahasia versi Demokrat itu kepada publik atau tidak.
Rilis memo rahasia oleh Demokrat ini merupakan kelanjutan dari publikasi memo rahasia yang dilakukan kubu Republik, Jumat lalu. Dimotori oleh Ketua Komite Intelijen DPR Devin Nunes, Republiken membuat manuver yang membuat Demokrat di lembaga itu gusar.
Demokrat menuduh memo dari Republik tak akurat setelah diedit sana-sini. Inti memo itu adalah FBI dan Departemen Kehakiman telah menyalahgunakan kekuasaan karena mematai-matai tim kampanye Trump untuk membuktikan adanya kolusi dengan Rusia. Pengintaian digelar tanpa izin pengadilan.
Demokrat khawatir memo dari Republik yang sudah disetujui Trump untuk dipublikasikan akan dijadikan alasan pemecatan Robert Mueller yang sedang memimpin penyelidikan kasus kolusi Trump dengan Rusia.
Menyesatkan
Terjadi silang pendapat menyangkut isi memo. Setiap kubu menyampaikan argumentasi yang berseberangan.
Demokrat meyakini, memo kubu Republik membuat kesimpulan yang menyesatkan. Karena itu, Demokrat membuat memo dengan merinci setiap poin untuk melawan memo pertama.
”(Republiken) menyadari dalam posisi yang tidak dapat didukung saat mereka merilis memo yang menyesatkan dan saat mereka menolak untuk merilis respons Demokrat. Jadi, saya kira, mereka terpaksa mengambil langkah yang dilakukan hari ini,” kata Schiff.
Mike Conaway, anggota senior Republiken di komite itu, mengatakan, ia ingin memo Demokrat itu dirilis. Namun, ia tidak tahu bagaimana menanggapi jika Trump berusaha menghalangi rilis memo kubu Demokrat.
Setelah menyetujui rilis memo kubu Republik, pada Sabtu, Trump menulis kicauan di Twitter yang menyebutkan bahwa memo Republiken membenarkan dirinya yang tak pernah bersekongkol. Dalam kicauan berikutnya, Senin, ia menuduh Schiff membocorkan materi rahasia.
Ketegangan antara Trump dan Demokrat menjadi-jadi sebelum voting berlangsung. Trump dan Schiff saling serang dengan kalimat-kalimat yang menghina satu sama lain. Trump berkicau di akun Twitter-nya dengan menyebut Schiff sebagai pembohong dan pembocor paling besar di Washington.
Schiff tak kalah tajam mengatakan, ”Daripada berkicau bohong menjelek-jelekkan, rakyat Amerika akan menghargai jika Anda mematikan televisi dan membantu memecahkan masalah kiris pendanaan, melindungi para pemimpi atau lainnya.” Para pemimpi merupakan julukan bagi para imigran muda dari Amerika Latin yang nasib mereka kini menjadi bahan perdebatan.
Juru bicara Gedung Putih, Raj Shah, mengatakan, pertimbangan apakah Gedung Putih akan menyetujui rilis memo Demokrat semata didasarkan pada tinjauan keamanan nasional dari kantor penasihat Gedung Putih.
Saat perdebatan soal memo berlangsung, penyelidikan kasus kolusi Rusia terus berlanjut. Penyelidik khusus yang dipimpin Mueller dikabarkan bersiap meminta keterangan mantan Kepala Strategi Gedung Putih Steve Bannon. (AFP/AP/REUTERS/RET)