BEIRUT, SENIN Operasi militer besar-besaran digelar pasukan dan milisi pendukung pemerintah dengan bantuan serangan udara oleh Rusia atas Provinsi Idlib dan sebuah kawasan di dekat Damaskus, Senin (8/1). Wilayah-wilayah itu merupakan area terbesar yang berada di bawah kekuasaan kelompok oposisi.
Wilayah Idlib menjadi salah satu target utama serangan. Selama sepekan terakhir, operasi gabungan berupaya membombardir sejumlah titik-titik sasaran di kawasan itu.
Masih dalam rangkaian serangan tersebut, menurut laporan organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), sedikitnya 21 orang tewas, termasuk 8 anak dan 11 orang dalam satu keluarga. Peristiwa itu terjadi pada Minggu dalam serangan yang berfokus di Sinjar, wilayah di bagian tenggara Idlib.
Sejumlah wilayah perdesaan dilaporkan berhasil direbut oleh pasukan Suriah. Perebutan kembali desa-desa dari tangan oposisi terjadi secara perlahan sejak akhir tahun lalu.
Ambil alih kembali
Seiring dengan pudarnya kekuatan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), baik di Suriah maupun di Irak, rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad terus berupaya mengembalikan pengaruhnya di wilayah-wilayah yang sempat lepas dari tangannya. Pemerintah telah dapat mengambil alih kembali lebih dari separuh wilayah di seluruh Suriah.
Provinsi Idlib yang berbatasan dengan Turki selama ini hampir seluruh wilayahnya dikuasai kekuatan-kekuatan oposisi. Mayoritas kekuatan yang berkuasa di wilayah itu adalah kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang terdiri atas bekas anggota milisi kelompok Al Qaeda. Selain itu, terdapat pula ribuan anggota milisi yang berasal dari sejumlah negara di Asia, termasuk yang berasal dari China.
Kelompok-kelompok itu tidak tinggal diam menghadapi serangan kubu pemerintah. Pada Minggu, misalnya, ledakan keras yang diduga dilakukan salah satu kelompok milisi anti-pemerintah terjadi di basis kelompok Ajnad al-Qawqaz. Akibatnya, 34 orang tewas.
Menurut catatan SOHR, sebanyak 19 korban tewas di antaranya adalah warga sipil. Sehari kemudian, didapati jumlah korban tewas bertambah menjadi 57 orang. Hal ini diketahui setelah ditemukan korban tewas lainnya di bawah reruntuhan akibat ledakan.
Bahkan, menurut Ketua SOHR Rami Abdel Rahman, kemungkinan ada lebih banyak korban tewas akibat peristiwa itu.
Mereka adalah korban yang tertimbun reruntuhan dan penderita luka kritis yang kemudian meninggal di tengah perawatan.
Mengingat Idlib ditempati 2,6 juta pengungsi, dikhawatirkan jumlah korban dalam aksi-aksi peledakan dan serangan oleh pemerintah untuk merebut wilayah itu dari tangan oposisi terus bertambah.
Pertempuran Ghouta
Wilayah lain yang masih dikuasai oleh kelompok oposisi dan tengah diupayakan direbut oleh pasukan pemerintah adalah Ghouta timur. Di wilayah itu tinggal sedikitnya 400.000 penduduk.
Pemberontak mengklaim telah mengepung sebuah wilayah yang dijadikan basis militer pemerintah di Harasta, Ghouta timur. Namun, sebagaimana diwartakan kantor berita SANA, hal itu mendapat perlawanan dari kubu pemerintah.
”Unit-unit dari Pasukan Arab Suriah telah mengakhiri upaya perlawanan yang dilakukan kelompok bersenjata di Harasta,” demikian tulis SANA seraya menambahkan operasi-operasi serupa terus dilakukan oleh pemerintah.
Merujuk pada data SOHR, pertempuran di Harasta, yang menjadi basis militer pemerintah, terjadi sejak pertengahan Desember tahun lalu. Sejak itu pula tercatat 72 anggota militer Suriah dan 87 anggota pemberontak tewas.
Ironisnya, warga sipil diduga turut dijadikan tameng hidup. Selain itu, mereka juga
terancam terkena imbas pertempuran kedua belah pihak sewaktu-waktu.