Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengungkapkan, Presiden Iran Hassan Rouhani telah menangani unjuk rasa dengan cara yang patut. Dalam pernyataan yang dikeluarkan Kantor Kepresiden Turki, Rabu (3/1), Erdogan juga menyebut kedamaian dan kestabilan Iran sudah terjaga.
Ia setuju bahwa hak berunjuk rasa tidak boleh melanggar hukum. ”Presiden Rouhani telah berterima kasih kepada Presiden Erdogan yang mengharapkan unjuk rasa akan berakhir dalam beberapa hari,” demikian tertulis di pernyataan itu.
”Stabilitas Iran sangat penting bagi kami. Kami menentang intervensi asing di Iran. Jika kepemimpinan Iran harus berganti, warga Iran akan melakukannya,” ujar Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu.
Ia juga ikut menuding Israel dan AS terlibat dalam unjuk rasa Iran. Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Suriah menuding hal yang sama.
Merespons demonstrasi menentang pemerintah, puluhan ribu orang, kemarin, di Iran, turun ke jalan untuk menyatakan dukungan pada pemerintah. Demonstrasi ini digelar, antara lain, di Qom, Ahvaz, Kermanshah, dan sejumlah kota lain.
Mereka meneriakkan kesiapan mendukung kepemimpinan Iran. Mereka juga meneriakkan siap mati demi membela pemimpin Iran.
Pengunjuk rasa membawa bendera Iran dan gambar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Mereka membawa pula berbagai poster yang mengecam para penghujat pemimpin Iran.
Unjuk rasa mendukung pemerintah terjadi setelah demonstrasi menentang pemerintah berlangsung tanpa henti sejak Kamis (28/12). Para pendukung pemerintah menuding pengunjuk rasa anti-pemerintah ditunggangi pihak asing.
Kecaman juga datang dari pihak yang terlibat unjuk rasa besar pada 2009. Unjuk rasa pasca-pemilihan presiden pada 2009 itu adalah aksi terbesar di Iran sebelum unjuk rasa sekarang. Kecaman kelompok 2009 ini terutama ditujukan pada dukungan AS terhadap unjuk rasa 2018 dan kerusuhan yang mengiringinya.
Meski demikian, mereka mendukung penyelesaian masalah ekonomi yang memicu unjuk rasa 2018. ”Pemerintah harus mengakui situasi negara yang buruk sebagai langkah pertama untuk mendengar pengunjuk rasa,” tulis Mohammad Tagri Karoubi lewat Twitter. Ia adalah ayah Mehdi Karroubi, pria yang dikenai tahanan rumah sejak tujuh tahun terakhir karena dituduh terlibat menggerakkan unjuk rasa 2009.
Warga lain juga setuju masalah ekonomi harus diselesaikan. Kondisi perekonomian Iran paling menekan kelompok masyarakat miskin. Namun, mereka tidak sepakat bahwa ada dorongan asing pada unjuk rasa sekarang. ”Masyarakat sudah tidak tahan dengan tekanan,” ujar Soraya Saadaat (54).
Analis politik di Teheran, Mojtaba Mousavi, menyebut tidak semua warga Iran mendukung kekerasan. ”Mereka memang tidak senang. Akan tetapi, tidak pernah ada sejarah mereka mendukung kekerasan,” ujarnya. (AFP/AP/RAZ)