Rouhani, khususnya, semakin melihat unjuk rasa itu sudah tidak murni lagi bermotif ekonomi, tetapi bagian dari pertarungan politik dengan melibatkan banyak pemain, mulai dari lawan politik di dalam negeri (kubu konservatif) hingga kubu oposisi di pengasingan yang menolak sistem politik Velayat e-Fakih.
Rouhani pun mulai melaksanakan ancamannya yang disampaikan Senin lalu untuk mengerahkan massa tandingan yang mendukung rezimnya dan sistem politik Velayat e-Fakih dengan peran sentral para ulama yang diusung revolusi Iran tahun 1979.
Itulah pemandangan baru kota-kota di Iran, khususnya Teheran dan Qom, yang mulai menyaksikan unjuk rasa pro-pemerintah dan revolusi Iran mulai Rabu lalu. Mereka meneriakkan yel-yel menuntut para perusuh segera diseret ke pengadilan dan mendapat sanksi hukum seberat-beratnya.
Gerakan unjuk rasa pro-pemerintah dan revolusi Iran, yang mulai melanda kota-kota Iran saat ini, merupakan aksi unjuk otot Rouhani dan Ali Khamenei terhadap lawan-lawan politiknya.
Aktor luar
Rouhani dan Ali Khamenei ternyata tidak cukup hanya unjuk kekuatan di dalam negeri, tetapi juga mulai membidik kubu oposisi di pengasingan yang dianggap terlibat dalam unjuk rasa itu.
Pada Selasa lalu, Rouhani menelepon Presiden Perancis Emmanuel Macron meminta agar Perancis menindak kelompok oposisi Iran di negara itu yang ikut terlibat menggerakkan unjuk rasa di Iran saat ini.
Di Paris terdapat kelompok oposisi Iran terkuat saat ini, yaitu Dewan Nasional Perlawanan Iran (NCRI). Dalam tubuh NCRI terdapat faksi oposisi kuat, yaitu kelompok Mujahadeen-e-Khalq (MEK) yang beraliran kiri.
Paris selama ini dikenal menjadi tradisi basis kelompok oposisi Iran dari masa ke masa sejak era Pemimpin Revolusi Iran Ayatollah Imam Khomeini pada tahun 1970-an hingga MEK saat ini. Abolhassan Bani Sadr, presiden pertama Iran pascarevolusi 1979, kini juga bermukim di Paris setelah memilih jalan oposisi terhadap rezim Iran saat ini. Keberadaan kubu oposisi Iran cukup kuat di Paris berandil atas terjadinya pasang surut hubungan Iran-Perancis.
Terdapat pula tokoh-tokoh oposisi Iran di Amerika Serikat dan Kanada, tetapi tidak sekuat kelompok oposisi Iran di Perancis. Keluarga besar Shah Iran Reza Pehlevi yang digulingkan dalam revolusi Iran tahun 1979 memilih berdomisili di Amerika Serikat.
Tindakan Rouhani dan Khamenei yang cenderung lebih menuding kubu oposisi di pengasingan dalam dua hari terakhir ini bisa jadi dalam upaya menyatukan atau meminimalkan perpecahan antara kubu reformis dan konservatif yang sempat kentara pada hari-hari awal meletupnya unjuk rasa.
Loyalis Rouhani pada saat awal meletusnya unjuk rasa sempat menuduh tokoh konservatif asal kota Mashhad, Ebrahim Raisi, menggerakkan unjuk rasa tersebut. Unjuk rasa itu bermula dari kota Mashhad pada 28 Desember lalu.
Raisi adalah saingan Rouhani dalam pemilu presiden pada Mei 2017. Diduga kuat Raisi melakukan aksi balas dendam atas kekalahannya dari Rouhani dalam pemilu presiden itu.
Namun, secara mengejutkan dalam dua hari terakhir ini kubu Rouhani berpaling dari Mashhad ke Paris, yakni dari Ebrahim Raisi ke NCRI. Bisa jadi terjadinya pengalihan dari Mashhad ke Paris merupakan buah kesepahaman Rouhani-Ali Khamenei untuk meredam dahulu pertarungan dalam negeri guna menghadapi musuh bersama di Paris yang lebih bahaya dan merupakan musuh revolusi Iran.
Rouhani-Ali Khamenei memandang lawan politik di pengasingan lebih mudah disusupi musuh-musuh Iran di luar negeri, seperti Amerika Serikat, Israel, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi.
Itulah yang mendorong semua elite politik dan keamanan Iran dalam dua hari terakhir ini seperti kompak mengeluarkan pernyataan menuduh musuhmusuh Iran di luar negeri terlibat dalam unjuk rasa. Ali Khamenei, Selasa lalu, secara terang-terangan menuduh musuh-musuh Iran menggerakkan unjuk rasa di negara itu.
Bahkan, unjuk rasa Iran itu mulai berdampak pada regional.
Menlu Turki Mevlut Cavusoglu, seperti dikutip stasiun televisi CNN Turk, Rabu, ikut menuduh Presiden AS Donald Trump dan PM Israel Benjamin Netanyahu mendukung unjuk rasa melawan rezim Iran. Ia mengatakan, Turki menolak campur tangan asing di Iran.
Turki terakhir ini dikenal lebih banyak memiliki persamaan sikap dengan Iran dalam isu-isu regional.