Nyanyian Kiani pada HUT Kemerdekaan
Bagaimana warga Pakistan di Jakarta memperingati kemerdekaan negerinya? Rabu (29/11) lalu, mereka mendapat suguhan lantunan lagu-lagu dari negeri eksotis mereka. Tiupan seruling, petikan gitar kecapi, tepukan kendang tabla, instrumen akordion mengiringi suara merdu seorang perempuan biduan berwajah cantik berbusana putih di atas panggung.
Seniman cantik itu bukan penyanyi sembarangan. Dia Hadiqa Kiani (44), seorang penyanyi top, penulis lagu, dan filantrop dari Pakistan yang namanya melambung karena menerima berbagai penghargaan lokal Pakistan dan internasional.
Malam itu, Kiani tampil di atas panggung gedungPusat Perfilman H Usmar Ismail di Kuningan, Jakarta Selatan, untuk menyemarakkan Hari Kemerdekaan Ke-70 Pakistan. Penampilan Kiani seolah memuaskan dahaga warga Pakistan yang tengah merantau di Indonesia dan merindukan lagu-lagu asal negerinya.
Kemerdekaan Pakistan diraih pada 14 Agustus 1947 dari cengkeraman Inggris Raya. Bapak pendiri Pakistan, Mohammad Ali Jinnah, memutuskan bahwa Pakistan melepaskan diri dari India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu. Sebagai negara merdeka dan mayoritas Muslim, mereka memilih nama Republik Islam Pakistan.
Lagu-lagu yang dibawakan Kiani dalam bahasa Urdu kadang terdengar begitu menggebu-gebu dengan tepukan tangan dua seniman yang duduk di sisi kiri panggung dan suara tabla di sisi kanan panggung. Terkadang suara Kiani terdengar pelan seolah meresapi lirik dan lagu yang ia nyanyikan.
”Lagu itu untuk dirasakan. Saya pun menyanyi dari hati, saya menyanyi untuk Anda,” kata Kiani di atas panggung sebelum melantunkan sebuah lagu mengenai ibundanya.
Makanan khas
Dalam acara itu, warga Pakistan dan para tamu yang diundang oleh Duta Besar Pakistan untuk Indonesia Mohammad Aqil Nadeem juga disuguhi makanan khas Pakistan. Sajian malam itu bukan makanan berat. Ada samosa Pakistani, makanan kecil dengan bahan baku kentang mirip kue pastel. Dengan dicocol saus sambal, makanan ini cukup mengenyangkan.
Ada juga beberapa menu dari daging. Penganan khas Pakistan umumnya didominasi daging kambing, sapi, atau ayam. Untuk minuman, malam itu para tamu bisa mencicipi jus mangga yang dicampur dengan yogurt.
Melalui musik dan makanan, Pemerintah Pakistan ingin menjalin hubungan erat antarwarga (people-to-people) dengan Indonesia. Mereka ingin warga Indonesia kenal makanan khas, musik, dan lagu-lagu Pakistan.
Sejak dulu Pakistan memiliki hubungan baik dengan Indonesia. Hubungan itu sudah terjalin sejak puluhan tahun silam. Presiden pertama Indonesia, Soekarno, adalah sahabat dekat presiden pertama Pakistan, Mohammad Ali Jinnah.
Semangat persahabatan itu pun diteruskan hingga kini. Awal November lalu, Duta Besar Aqil Nadeem melalui Atase Pertahanan Kedutaan Besar Pakistan untuk Indonesia, Kolonel Khurram Shabbir, mengundang enam wartawan Indonesia untuk berkunjung ke Pakistan.
Mereka ingin menunjukkan kepada Indonesia dan juga kepada dunia bahwa Pakistan bukanlah negeri konservatif. Bukan negeri penuh teror, seperti isi berita-berita dunia. Di Pakistan, juga ada keindahan, terutama di wilayah utara Pakistan.
Di wilayah ini terdapat jajaran pegunungan salju, danau biru, dan padang rumput hijau, beraneka masakan khas, tarian dan musik yang indah, masyarakat terbuka, moderat, dan toleran terhadap perbedaan. Selain itu, juga banyak generasi muda yang modern dan penuh kreasi. Itulah citra yang ingin ditampilkan Pakistan saat ini.
(ELOK DYAH MESSWATI)