logo Kompas.id
InternasionalPengungsi dan Pembela HAM...
Iklan

Pengungsi dan Pembela HAM Kecewa

Oleh
· 2 menit baca

NAYPYIDAW, SELASA — Pengungsi Rohingya dan penggiat hak asasi manusia kecewa terhadap Paus Fransiskus. Saat berada di Myanmar, Paus tidak menggunakan kata Rohingya dalam pernyataan resmi. Padahal, selama ini Paus secara terbuka menunjukkan simpati kepada Rohingya."Kami kira Paus akan memperhatikan penderitaan Rohingya. Namun, sekarang beliau bahkan tidak menggunakan kata Rohingya dan itu tidak bisa diterima. Kami sangat sedih, identitas kami tidak bisa diungkap," kata Kyaw Naing (53), Selasa (28/11), di kamp penampungan pengungsi di Sittwe, Rakhine. Deputi Direktur Human Rights Watch Divisi Asia Phil Robertson mengatakan, Paus menghilangkan kesempatan untuk memperkuat pesannya tentang hak warga Rohingya atas identitas dan nama etnis yang mereka pilih. "Banyak hal dilucuti dari Rohingya, tetapi nama seharusnya tak termasuk yang boleh dirampas," katanya.Robertson berharap Paus menggunakan istilah Rohingya dalam pernyataan resmi selama kunjungannya di Myanmar. Namun, harapan itu sulit dipenuhi. Keuskupan Yangon meminta secara resmi agar Paus tidak menggunakan istilah Rohingya.Paus tiba di Myanmar Senin lalu. Paus bertemu Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing pada Senin sore. Pada Selasa, Paus menemui Penasihat Negara sekaligus Menteri Luar Negeri Myanmar, Aung San Suu Kyi. Dukung rekonsiliasiSaat berada di atas panggung bersama Suu Kyi-meskipun tak menyebut kata Rohingya dalam pidatonya-Paus menyampaikan pesan tersirat agar Rohingya dibela. Dengan tegas, Paus menyerukan penghormatan terhadap hak dan keadilan. Perdamaian, menurut Paus, hanya dapat dicapai melalui penghormatan terhadap hak asasi manusia, penghormatan terhadap setiap kelompok etnis dan identitas mereka, serta keadilan. Paus mengatakan, ia sedih karena warga Myanmar menjadi korban permusuhan dan konflik antarwarga. Paus menekankan, setiap orang yang menyebut Myanmar sebagai rumah berhak mendapat jaminan atas pemenuhan hak asasi manusia dan martabatnya. Paus menekankan, perbedaan tidak boleh menjadi sumber perpecahan, dan mendukung upaya pemerintah, Aung San Suu Kyi menggelar rekonsiliasi antarkelompok warga. "Masa depan perdamaian di Myanmar harus berdasarkan penghormatan pada martabat dan hak asasi manusia setiap orang, suku, dan identitasnya, pada hukum, serta demokrasi yang memungkinkan setiap orang dan kelompok memberi sumbangsih untuk kebaikan bersama," kata Paus Fransiskus. Menanggapi itu, Suu Kyi berterima kasih kepada semua pihak yang mendukung pemerintah memetakan masalah di Rakhine. Suu Kyi mengatakan, pemerintah berupaya membawa perdamaian dan memperkuat keragaman Myanmar dengan menumbuhkan toleransi, melindungi hak asasi, serta memastikan keamanan untuk semua. (AP/AFP/RAZ)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000