Presiden Aoun Tuding Saudi Menahan Hariri, Tindakan Agresi pada Lebanon
Oleh
KRIS RAZIANTO MADA
·3 menit baca
BEIRUT, RABU -- Presiden Lebanon, Michel Aoun, Rabu (15/11), menyatakan, Arab Saudi telah menahan Perdana Menteri Saad al-Hariri, dan menyebut tindakan itu sebagai agresi terhadap Lebanon. Ini pernyataan terbuka Aoun yang pertama kali mengenai keterlibatan langsung Arab Saudi dalam krisis politik di Lebanon, akhir-akhir ini.
"Tak ada yang bisa membenarkan ketidakmampuan Hariri pulang dalam 12 hari. Karena itu, kami menganggap dia ditahan. Ini melanggar kesepakatan Vienna dan hukum hak asasi manusia," kata Aoun saat bertemu para jurnalis dan pimpinan media Lebanon, Rabu.
"Kami tak bisa menunggu lebih lama lagi dan kehilangan waktu. Urusan negara tidak bisa dihentikan," tambah Aoun melalui cuitan di Twitter.
Hariri mengundurkan diri sebagai perdana menteri, 4 November lalu, melalui pernyataan televisi yang disiarkan dari Arab Saudi. Sejak itu, ia belum pulang ke Lebanon. Aoun pernah menyatakan, ia tak akan menerima pengunduran diri Hariri—yang memiliki status kewarganegaraan ganda, Lebanon dan Arab Saudi—sebelum ia kembali ke Lebanon dan menyerahkan sendiri surat pengunduran dirinya.
Arab Saudi telah membantah menahan Hariri atau memaksa dia mengundurkan diri sebagai PM Lebanon. Melalui Twitter, beberapa jam kemudian, Hariri tampak merespons pernyataan Aoun. "Saya ingin mengulangi dan mengkonfirmasi: saya benar-benar baik-baik saja dan akan kembali, insya Allah, ke Lebanon tercinta seperti yang saya janjikan pada kalian. Lihat saja," tulis Hariri.
Selasa malam, juga lewat Twitter, Hariri berjanji akan segera meninggalkan Arab Saudi dan pulang ke Lebanon. Ia meminta semua pihak menenangkan diri. Pengumuman itu dibuat setelah ia menemui Patriakh Bessara al- Rai, pemimpin gereja Kristen Maronit Lebanon, di Riyadh.
Pertemuan itu tidak boleh direkam video. Hanya foto pertemuan Al-Rai dan Hariri disebarkan ke publik. "Saudara-saudara, saya baik-baik saja. Mudah-mudahan Tuhan mengizinkan saya kembali dalam beberapa hari. Mari menenangkan diri," tulis Hariri.
Ia tidak menegaskan kapan pastinya akan kembali ke Lebanon. Ia sudah berada di Riyadh sejak Jumat (3/11). Dari kota itu, ia juga mengumumkan pengunduran diri sebagai PM Lebanon.
Hariri juga menyatakan akan mempertimbangkan kembali pengunduran dirinya jika Hezbollah setuju tidak ikut campur dalam hubungan Lebanon dengan negara-negara lain di Timur Tengah. Hezbollah merupakan kekuatan politik, yang mempunyai pasukan bersenjata baik di Lebanon. Sejak lama, Arab Saudi ingin menghilangkan Hezbolah dari Lebanon.
Hariri sendiri memegang kewarganegaraan ganda, Lebanon dan Arab Saudi. Sebelum menjadi politisi, ia adalah pengusaha konstruksi di Arab Saudi.
Sementara Menteri Luar Negeri Lebanon Gibran Bassil menyatakan, Hariri terbukti ditahan jika tidak kunjung kembali ke Beirut, ibu kota Lebanon. Lebanon menduga Hariri menjadi tahanan rumah di Riyadh. Dugaan penahanan itu dipicu pengumuman pengunduran diri secara mendadak dari Riyadh. Hariri jarang berkomunikasi sejak pengumuman itu.
"Kami berharap, tidak harus menggunakan hukum internasional untuk memastikan kondisi Hariri. Kami berharap Saad Hariri bisa pulang ke Lebanon seperti diumumkannya," ujarnya.
Terkait krisis politik di Lebanon, Perancis--negara yang pernah menjajah Lebanon--berusaha memediasi konflik tersebut. Setelah Presiden Perancis Emanuel Macron pekan lalu, giliran Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian ke Riyadh, Rabu kemarin.
Bassil juga mengatakan, Arab Saudi menimbulkan kekhawatiran saat meminta warganya meninggalkan Lebanon. Serangan pada Lebanon juga bisa memengaruhi situasi di kawasan. Pihak yang paling rentan akibat konflik di Lebanon adalah pengungsi Suriah. (AFP/REUTERS/AP/SAM)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.