MANILA, SENIN — Pemerintah Filipina memburu seorang warga Malaysia bernama Amin Baco yang diduga memimpin kelompok Maute setelah petinggi-petinggi lain tewas. Perburuan dilakukan setelah Isnilon Hapilon dan Umar Maute yang memimpin kelompok itu tewas.
Warga Malaysia lain yang diduga menjadi orang kepercayaan Hapilon, yakni Mahmud Abbas, diduga juga sudah tewas. ”Kami masih mencari Amin Baco,” ujar Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, Senin (6/11), di Manila.
Filipina memerangi kelompok Hapilon-Maute sejak Mei 2017. Pertempuran berakhir setelah Umar Maute dan Isnilon Hapilon dipastikan tewas pada Senin (16/10) dini hari.
Kepala Kepolisian Filipina Ronald Dela Rosa menyebutkan, informasi soal Amin didapat dari seorang WNI yang ditangkap pekan lalu. Sebelum ditangkap, WNI itu bergabung dengan kelompok Maute.
Amin diduga paling mungkin menjadi pemimpin kelompok yang sudah mendeklarasikan kesetiaan kepada kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) itu. Alasannya, ia sudah mengenal banyak kelompok ekstrem di Filipina selatan sejak lama.
Bahkan, ia pernah menyelundupkan milisi Malaysia dan Indonesia ke Filipina pada 2011. Kala itu, ia juga memasukkan senjata dan membantu pendanaan. Hubungannya dengan NIIS tidak jelas. Amin justru diduga punya hubungan lama dengan Jamaah Islamiyah.
Amin dinyatakan sebagai hasil didikan teroris Malaysia, Zulkifli bin Hir alias Marwan. Zulkifli tewas pada 2015 kala adu tembak dengan aparat Filipina.
Sebelum pergi ke Marawi di Filipina, Amin bergabung dengan Darul Islam di Sabah, Malaysia. Kelompok itu muncul pada 1993 setelah Jamaah Islamiyah terpecah. Kelompok Darul Islam punya jaringan penyelundupan militan dan senjata di antara Malaysia, Indonesia, dan Filipina.
Amin diduga pernah berlatih di Indonesia. Bahkan, ia disebut pernah dipersiapkan untuk terjun dalam konflik Ambon.
Pria itu meninggalkan Malaysia setelah masuk daftar buronan pada 2010. Dari Malaysia, ia pergi ke Filipina untuk bergabung dengan teroris Abu Sayyaf. Salah satu petinggi Abu Sayyaf, Radullin Sahiron, menikahkan putrinya dengan Amin.
Warga negara Indonesia
Sementara itu, Kepala Kepolisian Lanao Del Sur John Guyguyon menyebut seorang WNI ditangkap warga Marawi pada pekan lalu. Pria bernama Mohammad Ilham Syahputra itu mengaku berasal dari Medan, Sumatera Utara.
Saat ditangkap, dari tas Ilham disita ponsel, pistol kaliber 45, dan pecahan granat. Dari tasnya juga ditemukan uang rupiah, peso, dan riyal. ”Kami sedang menyelidikinya dengan tuduhan pemberontakan dan terorisme,” ucap Guyguyon.
Kepada penyidik, Ilham menyebutkan masih banyak militan bersembunyi di Marawi.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengatakan, KBRI Manila telah menerima pemberitahuan resmi soal Ilham. Pejabat KBRI sudah mewawancarai Ilham di penjara.
Saat ini, KBRI Manila masih terus memverifikasi pengakuan Ilham. Pria itu mengaku berangkat ke Filipina sejak 2016 karena mendengar anjuran dari Hapilon. Belakangan, kelompok Hapilon kocar-kacir digempur tentara Filipina. (REUTERS)