BEIJING, SENIN — Otoritas China menangkap Ken Higuchi, warga negara Jepang yang diduga bertugas memata-matai China, di Dalian, Provinsi Liaoning, sebuah kota pelabuhan yang berbatasan dengan Korea Utara. Laporan ini dipublikasikan media online Dalian Daily, Senin (18/9). Higuchi kini tengah diinterogasi Biro Keamanan Nasional Kota Dalian.
Insiden ini bukan pertama kalinya. Pada Maret lalu, China juga menangkap enam warga Jepang atas dugaan kegiatan ilegal.
Empat dari enam orang itu dipulangkan ke Jepang, Juli. Tiga orang dari mereka disebutkan menjalankan penelitian geologi di sebuah wilayah yang memiliki sumber air panas.
Dua tahun lalu atau 2015, China juga menahan dua warga Jepang atas dugaan mata-mata. Sebelumnya, pada 2010, empat warga Jepang ditangkap China karena masuk ke zona militer dan dicurigai mengambil foto-foto tanpa izin.
Hubungan kedua negara yang selama ini tegang ikut memperparah situasi di Semenanjung Korea akibat krisis nuklir Korut.
Latihan bersama
Sementara itu, terkait dengan perkembangan di Semenanjung Korea, AS telah mengirim empat pesawat tempur jenis F-35B Stealth dan dua pesawat pengebom B-1B ke wilayah itu. Hal ini dilakukan AS untuk menunjukkan kekuatan aliansi antara negara itu dan Korea Selatan.
Pesawat-pesawat AS didampingi empat pesawat tempur F-15K milik Korsel. Menurut Kementerian Luar Negeri Korsel, aksi tersebut merupakan bagian dari latihan militer bersama rutin. Kedua negara melakukan latihan militer serupa, 31 Agustus.
Bukan hanya AS dan Korsel yang rutin menggelar latihan bersama. China dan Rusia menurut rencana akan memulai latihan bersama di Semenanjung Korea.
Latihan dilakukan di perairan antara Vladivostok, Rusia, dan Laut Okhotsk (sebelah timur Jepang). Wilayah ini tidak jauh dari perbatasan Rusia-Korut. Pengamat militer China, Wei Dongxu, menduga latihan bersama tersebut sekadar latihan melacak kapal selam dan tak terkait langsung dengan situasi di Semenanjung Korea.
Editorial harian China Daily menyebutkan, peluang negosiasi dengan Korut tetap harus dibuka sambil menunggu dampak sanksi dari Dewan Keamanan PBB terhadap Korut. Rudal Korut yang meluncur di atas wilayah Jepang menjadi bukti bahwa Korut ingin menunjukkan sanksi DK PBB itu tidak berpengaruh.
Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengatakan, DK PBB kehabisan akal untuk menangani krisis Korut, dan AS akan terpaksa menyerahkan masalah ini ke Kementerian Pertahanan AS. China berkali-kali meminta AS untuk menahan diri dan tidak mengancam Korut.
Menanggapi hal ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang, menilai, hal yang paling susah adalah memastikan pelaksanaan resolusi PBB yang terbaru terkait sanksi Korut karena lebih banyak pihak yang justru sengaja memperkeruh masalah. Ancaman tindakan militer dari berbagai pihak tidak membantu penyelesaian krisis ini.