Asia sedang bersinar sebagai kawasan yang tumbuh tinggi dan membuat iri kawasan lain. Hal ini merupakan hasil program pembangunan yang dijalankan oleh pemerintahan di Asia. Hanya, Indonesia khususnya, harus bisa memanfaatkan zaman keemasan Asia untuk kebanggaan diri sebagai bangsa. Rakyat agar terciprat rezeki di abad Asia.
Seperti ditulis ulang di harian Inggris, The Guardian, Minggu (17/9), pada tahun 2012 para analis dari McKinsey meluncurkan peta global yang mencengangkan. Pusat gravitas ekonomi dunia berubah dari Barat ke Asia.
McKinsey menyimpulkan hal itu berdasarkan data dari University of Groningen (Belanda). Sejumlah jajak pendapat terbaru juga menunjukkan optimisme warga Asia mengenai kehidupan yang jauh lebih tinggi ketimbang di Eropa.
Dalam berita terbaru oleh media Bloomberg, disebutkan, India juga sedang mematrikan diri sebagai pembawa bendera Asia dalam kemakmuran. Mengutip informasi dari Deloitte LLP, ditambahkan bahwa India akan menjadi negara adidaya ekonomi. India memiliki penduduk jauh lebih muda ketimbang negara di Asia lainnya sebagai salah satu kekuatan ekonomi ke depan.
Deloitte menambahkan, India bukan satu-satunya yang akan bersinar. ”Indonesia dan Filipina juga memiliki penduduk muda, mengindikasikan dua negara juga akan terus tumbuh tinggi di depan,” demikian Deloitte. Akan tetapi, diingatkan, kebangkitan India ini tidak otomatis langgeng jika kerangka yang baik tak tersedia untuk meraih pertumbuhan berkesinambungan. Bahkan, keberadaan penduduk berjumlah besar akan berakhir dengan status pengangguran dan bisa memicu keresahan sosial.
Hal serupa berlaku bagi Indonesia dan negara Asia lainnya, bahwa kerangka yang baik diperlukan untuk kesinambungan pertumbuhan. Tidak diragukan bahwa Asia akan terus melanjutkan dan memelihara momentum pembangunan ekonomi. Kawasan ini termasuk yang paling gencar melakukan kolaborasi demi terwujudnya kemakmuran Asia. ”Penyemangatan dari dalam untuk kesinambungan pembangunan bahkan semakin intensif di Asia,” kata ekonom Mari Pangestu.
Hanya Indonesia perlu lebih cerdik memanfaatkan momentum Asia ini. Pemodal China dan pemodal lain dari kawasan serta dari AS dan Eropa siap berbisnis di Indonesia. Analis global tidak ragu dengan potensi besar Indonesia. Namun, semua itu kembali berpulang pada Indonesia.
Bagaimana memanfaatkan momentum untuk kesejahteraan rakyat di seluruh Indonesia. Inilah tugas utama dan mulia. Angka pertumbuhan tinggi, sumber keharuman Indonesia di mata dunia, tidak menjamin kesejahteraan yang merata.
”Kita menikmati gambaran besar Indonesia, penduduk banyak, demografi sangat mendukung, tumbuh tinggi, dan pertumbuhan kelas menengah tumbuh pesat,” kata Monem Salam, pengelola perdagangan saham di Saturna Capital (AS), yang juga berbisnis di Asia Tenggara. Indonesia membangun infrastruktur, mulai dari jalan, jembatan, pembangkit tenaga listrik, pelabuhan, hingga bandara. Konsumsi warga bertumbuh pesat, mulai dari makanan hingga jasa-jasa lainnya.
Rajiv Biswas, ekonom senior dari IHS Markit (Singapura), memuji kepemimpinan Presiden Jokowi. Akan tetapi, Indonesia dalam pandangannya tetap memiliki kerawanan politik. Inilah tugas Indonesia, bukan hanya Presiden Jokowi. Suprastruktur politik yang mantap menjadi keharusan demi kelanggengan pembangunan. Demokrasi dan persaingan politik tidak salah dan terjadi di mana-mana. Namun, jika sudah bicara kepentingan jangka panjang, Indonesia yang harus harum di antara bangsa-bangsa wajib tertanam di otak para politisi.
Ini saja belum cukup. Masih ada puluhan juta warga yang hidup miskin. Masih terlalu luas daerah yang tidak tersentuh pembangunan. Jakarta atau kata-kota besar di Indonesia bukan gambaran umum tentang kesejahteraan Indonesia. Negara ini sarat dengan dualisme ekonomi, sosial, dan berbagai dualisme lainnya. Ketimpangan sosial, pendapatan, dan ketimpangan daerah juga menjadi ciri khas Indonesia. Hal ini jarang dipotret dengan baik.
Oleh sebab itu, berbagai program pembangunan oleh pemerintah pusat menjadi keharusan. Langkah ini wajib memiliki sinergi dengan pemerintah daerah. Ada potensi kejatuhan negara jika rakyatnya tidak makmur relatif merata. Maka, bagaimana agar warga bisa meraih akses pendidikan, kesehatan, dan kesempatan berbisnis merupakan masalah-masalah yang wajib dipikirkan.
Hal ini tetap menjadi pendalaman Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Dunia, yakni bagaimana agar pembangunan itu partisipatif. Tidak pernah ada kerugian dengan memikirkan kepentingan semua lapisan masyarakat. Rakyat yang maju, pembangunan yang merata, dan akses ke segala bidang akan mengukuhkan negara.
Eropa dan AS kini menjadi kawasan yang tidak percaya lagi dengan politik dan politisinya. Ada isu kesejangan, ketimpangan, pelarian pajak oleh warga kaya yang mencuat ke permukaan di tengah kelesuan ekonomi. Indonesia harus belajar untuk mencegah semua itu.
Sangat disayangkan andai Indonesia yang ada di Asia tidak bisa memanfaatkan abad Asia untuk kepentingan dirinya. Adalah sebuah berkat berada di abad Asia yang sedang menjadi buah bibir dunia. Kita tinggalkan saja politisi dan elite picik, teknokrat korup. Sebab, itulah salah satu prasyarat utama untuk memanfaatkan abad Asia demi kemakmuran bersama warga RI.