BRICS sudah besar dari segi perekonomian dan akan terus membesar. Menurut laporan IMF, BRICS menghasilkan 22,53 persen dari total produk domestik bruto pada 2015, naik dari hanya 12 persen satu dekade lalu. BRICS juga berkontribusi 50 persen dari total pertumbuhan PDB dunia 10 tahun terakhir.
Dalam KTT BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) di Xiamen, China, Minggu-Selasa (3-5/9), dicanangkan berbagai rencana. Ada peningkatan kerja sama investasi, perdagangan, bantuan, dan kemudahan bisnis. Hal ini akan melejitkan aktivitas ekonomi lintas batas BRICS, yang diperluas ke negara non-anggota.
"Saya kira BRICS berperan penting di masa depan. BRICS bisa meluas dengan keanggotaan baru," kata Mohammed Saqib, Sekjen Dewan Ekonomi dan Budaya India-China, dikutip china.org.cn, 5 September.
Bahkan, BRICS melebarkan sepak terjang ke faktor non-ekonomi. BRICS ingin bermain dalam penciptaan tatanan baru, yang lama didominasi Barat. "Kepercayaan diri BRICS telah berkembang. Awalnya agak hati-hati, terutama China, dengan BRICS fokus pada pembentukan tatanan ekonomi dunia, khususnya perdagangan dan investasi. Kini, isu politik dan keamanan global dibahas BRICS," ucap Shen Yi, Wakil Direktur Center for BRICS Studies, kepada Sputnik International, media berbasis di Moskwa, 1 September.
BRICS menuntut kuota suara di Bank Dunia dan IMF. Namun, susah menunggu reaksi anggota Bank Dunia dan IMF soal tuntutan itu. Maka, dalam pertemuan di Xiamen, BRICS memikirkan penciptaan mata uang sendiri.
Kirill Dmitriev, CEO Russian Direct Investment Fund, mengatakan, "Kami fokus pada penciptaan mata uang untuk alat transaksi." Hal ini sangat didukung pelaku bisnis BRICS.
"Penggunaan mata uang sendiri akan meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan, investasi, dan mengurangi risiko fluktuasi kurs," kata anggota Dewan Direksi Vnesheconombank, Nikolay Tsekhomsky (Rusia).
Untuk menghindari dominasi Barat dalam kekayaan intelektual dan hak paten, BRICS mencanangkan kerja sama teknologi. Menurut Presiden China Xi Jinping, pengembangan teknologi diperlukan guna mencegah tuduhan pencurian teknologi Barat. Dengan penguasaan teknologi informasi, mobil, pesawat, sampai militer, BRICS akan maju tanpa perlu membayar royalti kepada Barat, yang berusaha mengunci hak paten.
Barat menuduh BRICS didominasi China. Namun, tak demikian halnya bagi BRICS sendiri. "BRICS beranggotakan negara-negara dengan posisi sebagai mitra sejajar," kata Jabin Jacob, profesor di Institute of Chinese Studies di New Delhi.
Dengan ekonomi Barat yang memudar, BRICS adalah kesempatan baru dan akan memimpin tatanan baru. BRICS tak mau eksklusif. Xi menekankan kolaborasi dengan Barat. Namun, jika Barat tak siap, BRICS siap menggantikan tatanan lama.