Isu Pemakzulan Trump Pelik dan Riskan

Simon Saragih, Wartawan Senior Kompas
Dalam sejarah kepresidenan Amerika Serikat, hanya dua presiden yang pernah mengalami isu pemakzulan (impeachment), Bill Clinton dan Richard Nixon. Tak satu pun nama ini mundur karena pemakzulan. Clinton selamat karena tidak cukup suara untuk proses pemakzulan periode 1998-1999. Nixon mundur pada 8 Agustus 1974 sebelum pemakzulan.
Kini, ada isu dan potensi pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump. ”Dasar untuk pemakzulan sederhana saja,” demikian tulis Jane Chong dan Benjamin Wittes di harian AS, Chicago Tribune, edisi 28 Agustus. Chong adalah Redaktur Pelaksana di majalah Lawfare serta pakar keamanan nasional dan ahli hukum di Hoover Institution. Wittes juga pimpinan redaksi di Lawfare.
Chong dan Wittes mengatakan, DPR AS (House of Representatives) tinggal memberi mandat pada Komite Hukum (Judiciary Committee) untuk memproses pemakzulan. Chong dan Wittes mengutip Artikel I, Seksi 4, Konstitusi AS yang menyatakan, ”Presiden bisa didongkel lewat pemakzulan berdasarkan bukti bahwa presiden melakukan makar, penyuapan, kejahatan kriminal tingkat tinggi, dan perbuatan salah lainnya.”

Presiden AS Richard Nixon (ketiga dari kanan) berkunjung ke Jakarta, Indonesia, 17-28 Juli 1969.

Mantan Presiden AS Jimmy Carter, Rosalynn Carter, mantan Presiden Bill Clinton, Hillary Clinton, dan mantan Presiden George W Bush (dari kiri ke kanan) sedang menunggu dimulainya acara pelantikan Presiden Donald Trump di Washington, 20 Januari 2017.
Chong dan Wittes menuliskan banyak faktor yang menguatkan pemakzulan atas Trump, termasuk perilakunya yang buruk. Dia terus membombardir para anggota Kongres AS dari Republikan seperti Ketua Senat AS Mitch McConnell karena gagal menganulir ”Affordable Care Act”. Trump bahkan mengingatkan para petinggi Republikan lain akan terus menjadi sasaran kecamannya.

Pemimpin Mayoritas Senat AS Mitch McConnell (kanan) bersama senator dari Partai Republik lainnya memberikan keterangan pers di Capitol Hill di Washington, 14 Februari 2017. Jumpa pers dilakukan terkait pengunduran penasihat Keamanan Nasional Michael Flynn.
Menurut The Washington Post edisi 26 Agustus, Trump menyerang Senator Bob Corker (Republikan), Ketua Komite Senat AS untuk urusan Relasi Internasional, atas komentarnya yang mempertanyakan kelanggengan Trump sebagai Presiden AS. Selain semakin tak disukai oleh sebagian warganya, Trump terus mengacaukan relasi internasional AS. Posisi kepresidenan Trump memang sedang tidak mudah.
Jika, misalnya, Robert Mueller, mantan Direktur FBI, memutuskan bahwa kampanye Trump berkoalisi dengan Rusia, hal ini akan memudahkan pemakzulan. Mueller sedang melakukan proses investigasi atas tuduhan koneksi kampanye Trump dengan Rusia. Jika Trump dipersepsikan mengacaukan proses penegakan hukum, apalagi muncul dukungan memadai dari Republikan, maka Demokrat dengan senang hati mendorong pemakzulan.

Dalam foto yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia ini, Presiden Donald Trump bertemu dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov di Gedung Putih, Washington, 10 Mei 2017.

Jenderal Michael Flynn, saat masih menjabat Penasihat Keamanan Nasional AS, menyampaikan keterangan pers di Gedung Putih, Washington DC, AS, 1 Februari lalu. Flynn mundur karena dinilai menutupi pertemuannya dengan pihak Rusia.
Terkait penegakan hukum ini, Senator Arizona John McCaine mengingatkan bahwa Trump melanggar pernyataannya soal hukum. McCaine menyebut pemberian maaf Trump sebagai Presiden terhadap Joe Arpaio, mantan aparat AS yang terkenal sebagai pembenci dan penyiksa imigran Latin.
Partai Republik sudah memikirkan jalan menuju pemakzulan. Seruan pemakzulan pun semakin marak dari para aktivis dan politisi, serta tidak ada tanda-tanda berhenti. Pada edisi 24 Agustus, majalah Newsweek, menyebutkan, Steve Cohen (DPR AS dari Demokrat Tennessee) sudah mengumumkan rencana pengenalan artikel untuk pemakzulan Trump.
Jackie Speier (anggota DPR AS dari Demokrat California), pertengahan Agustus lalu, lewat Twitter, menyebutkan, Trump ”memperlihatkan perilaku liar dan mental yang tidak stabil”. Speier menyerukan penjungkalan.
Anggota DPR dari Demokrat California, Brad Sherman, telah mengajukan artikel pemakzulan pada Juli lalu ketika Trump mencampuri investigasi yang dilakukan oleh mantan Direktur FBI James Comey terkait koneksi Trump dengan Rusia. Menurut Harris Insights dari Center for American Political Studies (Harvard University), sebesar 43 persen warga berdasarkan jajak pendapat menyatakan Trump layak dimakzulkan.
Demokrat diingatkan
David Axelrod, mantan penasihat Presiden Barack Obama, Rabu (23/8), memberi peringatan soal isu pemakzulan. ”Saya kira, kita harus sangat, sangat hati-hati mendiskusikan hal ini. Kita mempunyai sebuah sistem hukum untuk itu. Harus ada langkah saksama sehingga pemakzulan tidak memunculkan persepsi bahwa ini adalah kudeta tak berdarah,” kata Axelrod kepada CNN.
Axelrod menyatakan hal itu sebagai reaksi atas komentar mantan Direktur Intelijen Nasional James Clapper yang mempertanyakan kelayakan Trump sebagai Presiden AS. ”Berapa lama negara bertahan dengan mimpi buruk ini?” demikian Clapper tentang Trump.
Axelrod mengatakan sangat menghargai pandangan Clapper, tetapi dia gamang. ”Ingat, sepertiga warga AS mendukung Presiden ini,” kata Axelrod. ”Hal ini adalah jalan yang berbahaya untuk ditempuh. Jika Anda melaluinya sama dengan membuka ’kotak Pandora’ dengan efek yang tak akan pernah berakhir.”
Ketua DPR AS dari Demokrat, Nancy Pelosi, Juni lalu, juga mengatakan, pemakzulan adalah sebuah isu besar. Hal ini bukan saja terkait soal Kongres AS yang dikuasai Republikan. Partai Republik dan Demokrat juga sama-sama tidak kredibel dan dianggap tak menyentuh kepentingan rakyat.
Kubu Trump paham soal dua partai yang tidak populer di mata rakyat ini. Roger Stone, agitator dan pendukung serta sangat dekat dengan Trump, mengatakan, Presiden boleh saja tidak populer. Berdasarkan jajak pendapat dari Washington Post-ABC News pada Juni 2017, popularitas Trump hanya 38 persen. Namun, dalam jajak pendapat itu, juga terlihat Republikan lebih tidak disukai dan memiliki popularitas yang lebih rendah, yakni 32 persen. Demokrat lebih buruk lagi, hanya memiliki popularitas 28 persen.

Presiden AS Donald Trump hendak berjabat tangan dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Gedung Putih, Washington DC, AS, 3 Mei 2017.
”Kedua partai sama-sama tak disukai,” tutur Stone. Banyak pendukung Trump mengingatkan konsekuensi bagi pemakzulan. ”Coba saja lakukan, Anda akan menghadapi rangkaian kekerasan yang tak terbayangkan,” tutur Stone.
Penasihat mengingatkan Trump
Meski demikian, Trump bukan orang yang bisa bertindak seenaknya. Menurut majalah Newsweek edisi Senin (28/8), para penasihat Trump sudah mengingatkan ada potensi pemakzulan terhadap Presiden ke-45 AS yang paling kontroversial dan memiliki popularitas terendah ini.
Oleh sebab itu, para penasihat Trump mengingatkan bagaimana cara menyelamatkan diri, yakni dengan memperkuat pertemanan di kubu Republikan dan Demokrat, seperti dituliskan The Washington Post, Sabtu (26/8). Pertemanan seperti ini yang menyelamatkan mantan Presiden Bill Clinton dari proses pemakzulan.
Namun, Trump sangat berbeda dari Clinton soal pentingnya pertemanan ini. ”Sangat menyedihkan bahwa kubu Republikan, beberapa pernah saya bantu, hanya berbuat sedikit untuk melindungi Presiden mereka,” demikian ungkap Trump lewat Twitter, Juli lalu.
Ucapan Trump menunjukkan perasaan dijauhi oleh kubunya. Namun, Trump sendiri tampak semakin kalap dengan menyebutkan bahwa beberapa Republikan pernah dia bantu. Ucapan seperti ini tabu dalam dunia politik.
Mantan penasihat Trump, Sebastian Gorka, Selasa (29/8), menyatakan, Republikan ”mengisolasi” Trump. Posisi Trump semakin bahaya jika bersama kubu Republikan, dia tidak bisa menyelamatkan kursi di Kongres AS. Pada pemilu pertengahan pada November 2018, masa jabatan sebagian anggota Kongres AS berakhir dan mereka harus meraihnya lagi lewat Pemilu 2018.
Komposisi sekarang memperlihatkan, Senat AS beranggotakan 100 orang dengan 46 kursi dimiliki Demokrat. Adapun DPR AS terdiri dari 435 kursi dengan 194 kursi dimiliki Republikan.
Jika pada pemilu tahun depan kubu Republikan kalah telak, Kongres AS akan direbut Demokrat. Dalam kondisi ini, nasib Trump sangat kritis.
Dasar utama dari pemakzulan adalah porsi suara yang memadai di Kongres AS (Senat dan DPR). Dengan jalur ini, seperti kata Axelrod, langkah legal saksama terpenuhi. Oleh sebab itu, peringatan dari para penasihat Trump tentang pemakzulan sangat berdasar. Namun, menarik untuk mengetahui, apakah Trump bisa memahami situasi menjelang November 2018. (AP/AFP/REUTERS)