CARACAS, MINGGU — Majelis Konstitusi Venezuela yang baru saja dibentuk, Sabtu (6/8), langsung memecat Jaksa Agung Luisa Ortega. Perempuan yang cukup kritis terhadap pemerintah ini tak mengakui pemecatannya dan siap melawan.
Meski pemecatan sudah diramalkan, tetap saja keputusan Majelis Konstitusi yang begitu cepat sangat mengejutkan. Majelis yang beranggotakan orang-orang yang loyal terhadap Presiden Nicolas Maduro ini bahkan menegaskan, Ortega akan diadili atas penyimpangan selama menjabat. "Ini bukan personal, pembunuhan politik, ini hanya menjalankan hukum," kata Diosdado Cabello, salah satu tokoh majelis tentang pemecatan tersebut.
Ortega sebelum dipecat sudah dilarang masuk kerja. Puluhan tentara berjaga di kantornya agar Ortega tidak masuk ke kantor kendati secara resmi masih menjabat. "Saya tak menyerah. Venezuela tak menyerah dan tak akan menyerah terhadap kebiadaban, ilegalitas, kelaparan, kegelapan, dan kematian," kata Ortega.
Padahal, Ortega dulu merupakan loyalis Maduro. Dia mulai berseberangan dengan pemerintah sosialis pada April saat Maduro mencetuskan pembentukan Majelis Konstitusi.
Reaksi internasional
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat, Heather Nauert, ikut bersuara tentang pemecatan ini. "AS mengecam pemecatan ilegal Ortega," katanya lewat Twitter, Minggu. Dia berpendapat, pemecatan semata-mata bertujuan untuk mengukuhkan kediktatoran rezim Maduro.
Kecaman serupa datang dari Kolombia, Cile, Guatemala, Meksiko, Panama, dan Peru. Negara-negara blok perdagangan Amerika Selatan langsung mengumumkan pengeluaran Venezuela untuk waktu tak terbatas.
Menanggapi hal ini, Maduro menyatakan tidak akan keluar dari blok perdagangan tersebut. Dalam wawancara dengan radio Argentina, dia menyalahkan Presiden Argentina Mauricio Macri dan Presiden AS Donald Trump.
Selain dilakukan sangat cepat, pemecatan juga tanpa perlawanan dari anggota Majelis Konstitusi. Majelis beranggotakan 545 orang itu baru saja dipilih pada 31 Juli dan disumpah pada Jumat lalu. Gagasan membentuk Majelis Konstitusi berasal dari Presiden Maduro yang menginginkan perubahan konstitusi. Istri dan anak Maduro juga ikut duduk dalam majelis itu.
Sementara itu, pemimpin oposisi Leopoldo Lopez, Sabtu, dilepas setelah ditahan empat hari di penjara militer. Lopez ditahan bersama pemimpin oposisi Antonio Ledezma yang sudah lebih dulu dilepas.
Oposisi menyatakan akan terus turun ke jalan menentang Majelis Konstitusi. Aksi yang sudah berlangsung sejak April itu sering kali diwarnai kekerasan antara pelaku demonstrasi dan aparat. Setidaknya 125 orang tewas dalam empat bulan.
Dukungan terhadap Maduro makin menurun. Lembaga jajak pendapat Datanalisis dalam survei terbaru menyatakan, Maduro hanya didukung 20 persen rakyat. Kehidupan rakyat sulit dan belum ada tanda-tanda membaik. (AFP/AP/REUTERS/RET)