BRUSSELS, SENIN — Juru runding Inggris dan Uni Eropa bertemu di Brussels, Senin (17/7), untuk membahas proses Brexit. UE mendesak agar pembahasan menukik lebih rinci dengan topik utama nasib warga UE di Inggris dan warga Inggris di UE.
Michel Barnier, juru runding UE, dalam jumpa pers bersama Menteri Brexit Inggris David Davis mengatakan bahwa bulan lalu perundingan diawali dengan baik. "Kini kami akan masuk ke dalam hal yang substantif," kata Barnier.
Perundingan ini akan berlangsung selama empat hari. Pers baru akan memperoleh hasil perundingan pada Kamis depan.
Barnier bulan lalu berhasil mengarahkan struktur perundingan sesuai dengan keinginan UE, yaitu menuntaskan pembicaraan di tiga isu penting sebelum beranjak membicarakan isu perdagangan. Ia kini menginginkan setiap hasil perundingan langsung dipublikasikan.
Tim kerja masing-masing akan membahas tiga topik, yaitu hak warga negara UE dan Inggris, biaya perceraian yang harus dibayar Inggris sesuai komitmen yang berlaku bagi anggota UE, dan persoalan lain. Adapun wakil Davis, Oliver Robbins, dan wakil Barnier, Sabine Weyand, akan fokus pada persoalan perbatasan di Irlandia Utara.
Kemajuan signifikan
Setelah pertemuan ini, UE memiliki waktu sampai awal Oktober untuk mengoordinasikan hasil perundingan. Sebanyak 27 pemimpin negara UE akan menyampaikan pandangan mereka pada KTT UE, Oktober.
Barnier berharap saat itu sudah terjadi kemajuan yang signifikan. Dengan demikian, pemimpin UE bisa memberi mandat untuk mengarahkan perundingan pada soal masa depan perdagangan Inggris-UE.
Baik David Davis maupun PM Inggris Theresa May sebetulnya menginginkan masa depan perdagangan dibicarakan paralel dengan persoalan lainnya. Namun, Brussels menyatakan, pembicaraan mengenai perdagangan baru akan dilakukan setelah pembahasan soal isu-isu yang mengganjal selesai.
Ribut di Inggris
Menteri Keuangan Philip Hammond menjadi sasaran serangan Konservatif ketika ia dianggap membocorkan pertemuan internal para menteri kepada media. Hammond menyatakan, sebagian besar anggota kabinet setuju agar terjadi transisi menuju Brexit, atau kerap disebut dengan soft Brexit.
Menurut Hammond, setelah Inggris resmi berpisah pada maret 2019, perlu waktu dua tahun untuk proses transisi agar tidak terjadi keguncangan di sektor bisnis. Ia mengatakan, dirinya langsung diserang kelompok garis keras yang mendukung hard Brexit. "Mereka tak suka dengan agenda saya," kata Hammond.
Hammond, yang dianggap sebagai rival terberat May untuk menjadi perdana menteri, kemarin menyebutkan, sejumlah menteri telah terbelah dalam berbagai hal terkait Brexit. "Akan sangat membantu jika para kolega saya, kita semua, fokus menangani pekerjaan yang ada di tangan masing-masing. Pemerintahan ini menghadapi tenggat. Jam terus berdetak," katanya.
Juru bicara PM May, kemarin, mengingatkan agar para menteri tidak membocorkan pembicaraan tingkat tinggi di antara pejabat pemerintah.
"Tentulah kabinet harus mampu menyimpan rapat-rapat pembicaraan tentang kebijakan pemerintah. Perdana menteri akan mengingatkan para menteri dalam pertemuan kabinet," kata jubir May.