BEIJING, JUMAT — Beijing benar-benar tidak ingin ada pengaruh kekuatan besar lain di kawasan. Menyusul persetujuan Pemerintah Amerika Serikat menyetujui penjualan senjata senilai 1,3 miliar dollar AS ke Taiwan, Beijing, Jumat (30/6) mengajukan protes. Tak hanya itu, Beijing pun menuntut Washington membatalkan kesepakatan itu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mengatakan, penjualan tersebut sangat merusak kepentingan kedaulatan dan keamanan China dan bertentangan dengan komitmen Washington terhadap kebijakan Satu China. Oleh karena itu, Lu Kang meminta agar Washington menghentikan penjualan tersebut agar tidak membahayakan hubungan dengan Beijing.
"Kami menekankan bahwa tidak ada yang bisa memengaruhi tekad kami untuk menegakkan integritas teritorial dan kedaulatan kami," kata Lu dalam sebuah briefing harian reguler. "Kami menentang campur tangan eksternal dalam urusan internal kami," kata Lu menambahkan.
China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan telah lama menentang penjualan senjata ke wilayah itu. Beijing sendiri terus berkeras dengan wacana reunifikasi, bahkan jika perlu dengan menggunakan kekuatan militer.
Indikasi dukungan
Sebagaimana diberitakan, Departemen Luar Negeri AS menyetujui penjualan senjata kepada Taiwan. Kesepakatan dengan Taipei itu merupakan yang pertama sejak Presiden Donald Trump menjabat. Jika Beijing memprotesnya, Taipei justru menyambut persetujuan itu dan melihatnya sebagai indikasi dukungan AS pada Taiwan.
"Presiden Trump baru bertugas selama lima bulan dan telah menyetujui paket senjata pertama untuk Taiwan. Itu menunjukkan keamanan Taiwan merupakan prioritas," kata Kementerian Luar Negeri Taiwan.
Selain itu, meski ada kekhawatiran tentang tekanan pada keuangan dan memicu kemarahan Beijing, Departemen Pertahanan Taiwan mengatakan, penjualan tersebut juga akan meningkatkan kemampuan pertahanan Taiwan. Alutsista yang tercatat dalam daftar penjualan itu antara lain torpedo, rudal antiradiasi dan pendukungnya, dan dukungan teknis radar peringatan dini.
Pengumuman penjualan tersebut terjadi pada saat yang sensitif bagi relasi AS dan China. Saat ini, Washington sebenarnya tengah membutuhkan dukungan Beijing, tidak hanya terkait urusan perdagangan, tetapi terutama terkait penghentian program senjata nuklir Korea Utara.
Adapun bagi Beijing, sikap atas Taiwan merupakan prasyarat yang tampaknya tidak dapat ditawar untuk memelihara hubungan.
Menyikapi protes China, seorang pejabat AS menegaskan, tidak ada perubahan pada kebijakan AS tentang Satu China. Sementara itu, Kantor Kepresidenan Taiwan menyatakan, Taiwan akan terus berupaya mencari langkah untuk membangun dialog konstruktif dengan Beijing. (AP/AFP/Reuters/JOS)