Xi Dukung Sistem Hongkong
HONGKONG, KAMIS — Meskipun diragukan para pegiat demokrasi, Presiden China Xi Jinping, Kamis (29/6), menegaskan, Hongkong akan tetap mengadopsi formula "satu negara, dua sistem". Beijing bakal terus mendorong kemakmuran Hongkong.
Penegasan itu disampaikan Presiden Xi sesaat setelah mendarat di Bandara Chek Lap Kok, Hongkong. Xi tiba di Hongkong untuk menandai 20 tahun kembalinya wilayah itu ke dalam pangkuan China, 1 Juli mendatang.
Dalam kunjungan ini, Presiden China didampingi oleh istrinya, Peng Liyuan. Kunjungannya selama tiga hari itu menjadi kunjungan Xi yang pertama ke Hongkong sejak menduduki kursi kepresidenan pada 2013. Sebelum menjadi presiden, Xi datang ke Hongkong pada 2008.
"Setelah sembilan tahun, saya menginjak Hongkong lagi. Saya bahagia. Hongkong selalu memiliki tempat khusus di hati saya," kata Xi dalam pidato singkat di Bandara Chek Lap Kok.
Menurut dia, China akan mendukung pembangunan Hongkong dan memperbaiki penghidupan warganya. Beijing, katanya, siap bekerja sama di berbagai sektor kehidupan yang dikelola oleh warga Hongkong.
"Semua ini untuk memastikan \'satu negara, dua sistem\' tetap stabil dan memiliki masa depan yang jauh," kata Xi.
Pesan itu konsisten dengan pesan pemimpin senior China lainnya yang mengunjungi Hongkong pada masa lalu. Intinya, mereka menyampaikan, Beijing akan melindungi pengembangan Hongkong, kemakmuran dan penghidupan masyarakatnya.
Inggris mengembalikan Hongkong kepada China pada 1 Juli 1997. Pengelolaan Hongkong berada di bawah formula "satu negara, dua sistem".
Dengan formula ini, kebebasan dan independensi peradilan di Hongkong terjamin. Beijing juga berjanji, sistem kapitalisme Hongkong tidak berubah untuk setidaknya 50 tahun ke depan, atau hingga 2047. Namun hingga saat ini, belum ada klarifikasi apa pun dari China tentang apa yang terjadi setelah itu.
Sebelum Xi tiba, aparat keamanan Hongkong menutup sebagian besar wilayah kota. Ribuan polisi dikerahkan untuk mencegah unjuk rasa.
Kebijakan itu dinilai menunjukkan sikap Beijing yang tidak ingin ada sesuatu yang dapat "mencemari" kunjungan Xi. Kedatangan Presiden China ini terjadi menjelang kongres Partai Komunis, akhir tahun ini. Kongres diharapkan dapat memperkuat posisi Xi sebagai pemimpin China paling kuat.
Terkikis
Menjelang 20 tahun penyerahan kembali Hongkong kepada China, banyak pegiat demokrasi di wilayah itu meragukan janji Beijing. Di bandara, Xi disebutkan memuji pemimpin Hongkong, Leung Chun-ying, yang bersikap keras terhadap gerakan demonstrasi besar-besaran tahun 2014.
Seorang anggota penyelenggara unjuk rasa yang akan digelar Sabtu besok mengatakan, janji tersebut telah hancur. "Hongkong telah dibohongi selama 20 tahun. Mari kita merebut kembali Hongkong untuk demokrasi sejati," katanya.
Banyak aktivis prodemokrasi menilai, formula "satu negara, dua sistem" tengah terkikis. Kebebasan publik mulai terkekang, terutama saat Beijing mencampuri aneka bidang, seperti politik, pendidikan, serta media.
Pada Rabu (28/6) malam, tiga kelompok aktivis prodemokrasi mengatakan, 26 anggota mereka ditangkap dengan tuduhan mengganggu ketertiban umum. Mereka ditangkap setelah berunjuk rasa dengan duduk di sebuah patung bunga raksasa.
Para aktivis disebutkan tetap ditahan saat Xi tiba di Hongkong. Mereka antara lain Joshua Wong, pemimpin Gerakan Payung, motor demonstrasi besar pada 2014. Aktivis lain yang ditangkap adalah Nathan Law, koordinator demonstrasi mahasiswa yang tahun lalu terpilih menjadi anggota dewan legislatif. Gerakan mereka umumnya dilandasi tuntutan agar China memenuhi janji, salah satunya terkait hak pilih universal.
Meskipun unjuk rasa yang dimotori Gerakan Payung gagal mendorong reformasi demokrasi, gerakan itu ternyata memicu kemunculan aktivis-aktivis baru. Mereka mendorong gerakan yang ingin menekankan identitas Hongkong sendiri, bahkan beberapa di antaranya menginginkan pemisahan dari China.
"Kunjungan Xi adalah kesempatan besar bagi kami untuk memprotesnya," kata Sui-Yung (63), pensiunan guru sekolah dasar. Ia menyaksikan kedatangan Xi melalui layar raksasa di Causeway Bay.
(AP/AFP/Reuters/JOS)