Meski Melarang Pendirian Bioskop, Arab Saudi Punya Festival Film
Oleh
MH SAMSUL HADI
·4 menit baca
RIYADH, SELASA — Sudah lama diketahui, Arab Saudi hingga kini melarang berdirinya bioskop di negeri itu. Meski demikian, dalam tiga tahun terakhir, negara itu secara rutin menggelar festival film. Tahun ini, Festival Film Arab Saudi diselenggarakan pada 23-28 Maret mendatang di kota Pantai Dhahran.
Ketua Festival Film Arab Saudi Ahmed AlMulla berharap Pemerintah Arab Saudi berinvestasi dalam sektor industri film guna menumbuhkan hiburan di negerinya. ”Hal yang menyenangkan, melihat semua jenis acara digelar di sini dan orang-orang berdatangan dari luar,” kata AlMulla dalam wawancara telepon dengan kantor berita AFP.
Namun, kata AlMulla, insan film lokal bertalenta perlu dididik melalui dukungan pemerintah. ”Saya pikir, mereka (pemerintah) harus (mendanainya) karena ini investasi, benar-benar investasi.”
Festival film tahun ini merupakan yang pertama sejak Kerajaan Arab Saudi secara hati-hati mulai memperkenalkan digelarnya beberapa panggung hiburan di tengah penentangan kelompok-kelompok agama di negeri itu. Beberapa hiburan yang telah ditampilkan, misalnya kelompok teater asal New York, iLuminate, festival budaya pop Comic-Con, dan pertunjukan gulat WWE wrestling.
AlMulla menjelaskan, di kalangan para sutradara dari 59 film Arab Saudi yang akan ditampilkan pada festival film bulan ini, beberapa di antaranya mencicipi pelatihan di luar negeri.
Arab Saudi telah membentuk badan pemerintah untuk mendukung perusahaan-perusahaan swasta menggelar acara-acara hiburan. Pembentukan badan tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan reformasi ekonomi dan sosial bertajuk ”Visi 2030”, yang diarahkan mendiversifikasi sumber pendapatan negara di luar sektor migas.
Salah satu rencana Pemerintah Arab Saudi adalah mengembangkan industri seni dan media. Namun, mengingat panggung teater umum dan bioskop-bioskop dilarang, pengembangan sektor hiburan ini harus memulai dari dasar.
Di tengah larangan berdirinya bioskop itu, warga Arab Saudi biasa menonton video secara daring. Warga negeri itu berada di peringkat atas pengguna Youtube di dunia. Penayangan film-film pribadi biasa digelar di negara itu. Namun, Januari lalu, seorang tokoh ulama terkemuka Arab Saudi mengingatkan kerusakan akhlak yang ditimbulkan akibat tayangan film dan konser-konser musik.
Menunggu perubahan
”Kami menantikan perubahan, sungguh. Kami ingin menciptakan (perubahan) itu dari dalam, tidak hanya menggelar ajang,” kata AlMulla. ”Kami mempunyai banyak talenta yang bekerja diam-diam dan tak seorang pun tahu mereka.”
Meski dalam tiga tahun terakhir festival film rutin digelar di Arab Saudi, industri film di negara itu tidak berkembang. Padahal, sebuah universitas untuk perempuan di Jeddah membuka mata kuliah pembuatan film bagi para mahasiswi.
Selain itu, beberapa film Arab Saudi juga memperoleh pengakuan dari dunia internasional. Film komedi romantis Barakah Meets Barakah karya sutradara Mahmoud Sabbagh, misalnya, ditayangkan pada Festival Berlinale tahun lalu. Pada tahun 2013, film besutan sutradara Haifaa Al-Mansour berjudul Wadjda menjadi film Arab Saudi pertama yang dinominasikan dalam daftar film berbahasa asing terbaik penghargaan Oscar.
Setelah sempat absen selama tujuh tahun, Festival Film Arab Saudi digelar setiap tahun sejak 2015. Festival film tahun lalu berhasil dihelat atas persetujuan pemerintah daerah setempat. Tahun ini, festival film itu diselenggarakan Masyarakat Budaya dan Seni Dammam.
AlMulla mengatakan, festival film tahun ini bakal menjadi yang terbesar selama ini. Ia tertawa saat ditanya soal pendanaan festival film tersebut. ”Kami akan mencarikan (dananya),” ujarnya sambil menambahkan bahwa beberapa sponsor telah didapat.
Festival Film Arab Saudi tahun ini berlangsung di gedung baru pusat kebudayaan, yang dikelola perusahaan raksasa minyak milik pemerintah, Aramco. Area tempat pemutaran layar di dalam dan luar ruangan bisa menampung hampir 2.000 penonton.
AlMulla menambahkan, selain digelar di gedung baru, Festival Film Arab Saudi tahun ini juga akan menampilkan ”pasar produksi” tempat para pembuat film bisa bertemu dan menjalin kesepakatan dengan para pengelola rumah-rumah produksi.
Festival tahun ini juga akan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan masyarakat. Siswa akan didatangkan untuk menonton film-film anak-anak. Pakar film lokal dan internasional bakal menggelar diskusi panel. Festival ini juga akan merilis buku tentang mendiang sutradara film Jepang, Akira Kurosawa.
Menurut AlMulla, jumlah film dan naskah film yang ingin diikutkan dalam lomba sebenarnya meningkat dibandingkan festival tahun lalu. Namun, hanya sedikit peserta yang diterima untuk ditayangkan guna meningkatkan kualitas festival.
Sesuai rencana, festival film tahun ini akan dibuka dengan film drama berjudul Wasati karya sutradara Ali Alkalthami. Film ini didasarkan pada kisah nyata tentang para ekstremis yang berusaha mengacaukan sebuah pertunjukan di panggung teater universitas di Riyadh, 10 tahun lalu.
(AFP)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.