Antisipasi Karhutla Tetap Dilakukan meski La Nina Menguat
Fenomena La Nina yang menguat memperkecil peluang terjadinya karhutla. Namun, pemerintah tetap waspada dan terus melaksanakan berbagai upaya pengendalian karhutla di tingkat tapak, terutama terkait pencegahan.
Oleh
PRADIPTA PANDU MUSTIKA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Beberapa wilayah di Indonesia saat ini tengah mengalami peningkatan intensitas hujan dan kemungkinan mundurnya musim kemarau menyusul menguatnya fenomena La Nina. Meski demikian, kondisi ini dipastikan tidak akan menyurutkan upaya pencegahan serta antisipasi kebakaran hutan dan lahan atau karhutla yang kerap muncul pada Mei.
”Fenomena La Nina yang menguat memperkecil peluang terjadinya karhutla. Namun, KLHK tetap waspada dan terus melaksanakan upaya-upaya pengendalian karhutla di tingkat tapak, terutama pencegahan,” ungkap Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Basar Manullang, Senin (30/5/2022).
Basar menyampaikan, sebagai langkah antisipasi karhutla, pemerintah telah dan terus melaksanakan upaya-upaya pengendalian karhutla. Salah satu upaya tersebut adalah menggiatkan patroli pencegahan karhutla oleh manggala agni bersama anggota Polri, TNI, tokoh masyarakat, dan Masyarakat Peduli Api (MPA) sepanjang tahun.
Luas area karhutla di seluruh Indonesia pada April tercatat 12.900 hektar, baik di lahan mineral maupun gambut.
Sejak 2020, KLHK juga menjadikan operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) sebagai salah satu solusi permanen pencegahan karhutla. Operasi TMC bertujuan membasahi lahan gambut agar terjaga kelembabannya dan menjaga tinggi muka air tetap stabil.
Selain itu, pemerintah pusat juga mendorong pemerintah daerah, terutama di wilayah rawan karhutla, untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan mengedepankan upaya pencegahan.Di sisi lain, dilakukan juga penguatan koordinasi antar-pengampu kepentingan terkait pengendalian karhutla dari tingkat pusat, daerah, hingga ke tingkat tapak.
Sebelumnya, Basar menyebutkan, hasil prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pada 2022 secara umum akan terjadi iklim dengan pola netral. Hal ini membuat beberapa daerah mengalami curah hujan menengah-tinggi.
Berdasarkan pemantauan satelit Terra/Aqua dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dengan tingkat kepercayaan tinggi, sejak 1 Januari hingga 9 Mei 2022 terdapat 221 titik panas. Jumlah ini lebih sedikit dibanding tahun 2021 pada periode yang sama, yakni 228 titik atau terjadi penurunan 7 titik (3,07 persen) (Kompas, 11/5/2022).
Kepala Subdirektorat Penanggulangan Karhutla KLHK Israr Albar menambahkan, luas area karhutla di seluruh Indonesia pada April tercatat 12.900 hektar, baik di lahan mineral maupun gambut. Sementara pada Januari-Maret 2022, luas areal karhutla seluas 20.365 hektar sehingga total 33.265 hektar lahan telah terbakar sepanjang Januari-April 2022.
Penghitungan luas karhutla ini menggunakan data sebaran titik panas dari empat satelit resolusi menengah, yakniLandsat 8 dan 9 serta Sentinel 2A dan 2B. Penghitungan juga divalidasi melalui sebaran titik panas dari empat satelit, yakni Terra, Aqua, SNPP, dan NOAA 20, serta laporan langsung dari petugas pemadaman karhutla di lapangan.
Tahun ini, pengitungan luas karhutla mulai menggunakan citra satelit Landsat 9. Dukungan citra satelit ini sekaligus melengkapi satelit Landsat 8, Sentinel 2A, dan Sentinel 2B yang telah digunakan tahun sebelumnya. Penambahan citra satelit Landsat 9 diharapkan membuat penghitungan luas karhutla semakin akurat.
Perhitungan luas areal terbakar sangat penting, di antaranya untuk mengetahui kontribusi pengendalian karhutla dalam pencapaian target Indonesia dalam penyerapan emisi bersih sektor kehutanan dan tata guna lahan (FoLU Net Sink) 2030.
Dalam dokumen kontribusi nasional (NDC) Kesepakatan Paris, Indonesia menargetkan penurunan emisi 17,2 persen di sektor kehutanan dan tata guna lahan. Hal ini termasuk melalui upaya penurunan luas karhutla.