Keram pada Kaki Bisa Jadi Gejala Penyakit Arteri Perifer
Jika sering mengalami nyeri, kesemutan, dan keram pada bagian betis, paha, pinggul, bokong, ataupun kaki, sebaiknya waspada. Itu bisa menjadi gejala dan tanda dari penyakit arteri perifer.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rasa nyeri, tidak nyaman, ataupun kesemutan dan keram pada kaki bisa menjadi gejala penyakit arteri perifer. Jika dibiarkan, penyakit ini dapat memburuk hingga menimbulkan kematian jaringan pada kaki sehingga berisiko diamputasi.
Dokter Spesialis Bedah Konsultan Vaskular Endovaskular Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran Alexander Jayadi menyampaikan, penyakit arteri perifer terjadi karena aliran darah ke tungkai atau lengan kaki mengalami sumbatan akibat penyempitan pembuluh darah. Penyakit ini terkadang tidak menimbulkan gejala dan berjalan secara perlahan sehingga banyak kasus yang terdeteksi sudah dalam kondisi buruk.
”Hampir 80 persen kasus tidak bergejala sampai pada stadium lanjut. Kalaupun ada gejala, itu hanya seperti rasa nyeri atau keram. Meski begitu, jika gejala terus terjadi, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan,” katanya di Jakarta, Sabtu (21/5/2022).
Gejala penyakit arteri perifer, antara lain, rasa nyeri, tidak nyaman, berat, mati rasa, terasa seperti terbakar, serta kesemutan dan keram di bagian betis, paha, pinggul, bokong, ataupun kaki. Gejala itu biasanya terjadi saat berjalan atau ketika menaiki tangga.
Selain itu, pada kondisi yang lebih buruk, gejala yang muncul seperti kulit kaki menjadi pucat atau kebiruan saat diangkat, kaki terasa dingin, dan kaki berubah menjadi merah kebiruan saat berdiri atau duduk. Pada sejumlah kasus juga ditemukan tidak ada pertumbuhan pada rambut atau kuku kaki. Apabila terluka, jari kaki atau bagian kaki lainnya sulit sembuh atau bahkan tidak bisa sembuh.
Hampir 80 persen kasus tidak bergejala sampai pada stadium lanjut. Kalaupun ada gejala, itu hanya seperti rasa nyeri atau keram. Meski begitu, jika gejala terus terjadi, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan.
Alexander menyampaikan, penyakit arteri perifer sangat terkait dengan penyakit jantung koroner. Sekitar 40 persen penderita penyakit arteri perifer juga memiliki penyakit jantung koroner. Penderita penyakit arteri perifer pun memiliki risiko kematian 2-5 kali akibat kardiovaskular.
Ia mengatakan, penyakit ini bisa dicegah dengan menjauhi faktor risiko, seperti merokok, diabetes, hipertensi, dan obesitas. Perokok memiliki risiko 2,5-3 kali lipat mengalami penyakit arteri perifer. Sementara pada penderita diabetes berisiko 3-4 kali lipat mengalami penyakit tersebut. ”Jadi, jika seseorang itu perokok dan memiliki diabetes, itu akan menjadi kombinasi faktor risiko yang mematikan,” ucapnya.
Alexander menuturkan, pada orang yang memiliki faktor risiko sebaiknya lebih waspada jika mengalami gejala dari penyakit arteri perifer, apalagi jika gejala memburuk hingga berdampak pada kehidupan sehari-hari. Biasanya, tes ankle brachial akan diberikan untuk mendeteksi penyakit ini. Dengan cara ini, penyakit arteri perifer bisa terdeteksi secepat mungkin sehingga komplikasi serius bisa dicegah.
Varises
Dokter Spesialis Bedah Konsultan Vaskular Endovaskular RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Charley Simanjuntak, mengatakan, penyakit lain yang juga harus diwaspadai adalah varises. Penyakit ini jangan hanya dikaitkan dengan persoalan penampilan, melainkan perlu diwaspadai secara serius karena bisa berdampak buruk bagi kesehatan.
”Varises ini termasuk salah satu spektrum dari kondisi vena kronik. Jadi paling parah itu bisa menimbulkan luka pada varises di kaki,” katanya.
Varises perlu diwaspadai pada orang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit yang sama. Jika salah satu orangtua memiliki varises, risiko mengalami varises sebesar 20 persen. Sementara jika kedua orangtua pernah memiliki varises, risiko akan semakin besar menjadi 40 persen.
Risiko terjadinya varises juga semakin besar pada perempuan hamil, orang dengan obesitas, kurang berolahraga, terlalu banyak bekerja dalam posisi statis seperti terlalu lama duduk, serta memiliki riwayat trauma. Orang dengan obesitas berisiko mengalami varises karena lemak yang terlalu banyak di bagian perut dalam menekan pembuluh darah balik sehingga aliran darah ke jantung menjadi terhambat.
”Secara definisi, varises merupakan pembengkakan atau pelebaran pembuluh darah balik atau vena. Kondisi ini bisa terjadi di semua pembuluh darah vena di tubuh kita, tetapi paling sering terjadi di bagian kaki,” kata Charley.
Ia menuturkan, masyarakat sebaiknya tidak menyepelekan kondisi varises. Pemeriksaan dan perawatan harus segera dilakukan apabila muncul tanda dan gejala dari penyakit ini. Tanda dan gejala itu seperti munculnya serabut atau garis berwarna biru keunguan di permukaan kulit, nyeri atau kaki terasa bengkak setelah berdiri atau duduk terlalu lama, serta vena terlihat menonjol dan membengkak di sepanjang paha, mata kaki, dan lutut.
Pada kondisi yang sudah buruk, varises dapat menunjukkan gejala kulit kering dan gatal di area tungkai bawah dan pergelangan kaki. Pada kondisi tertentu, varises juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna kulit. Kulit kaki menjadi lebih tipis dan terbentuk luka atau infeksi jaringan lunak di dekat mata kaki.
”Jika terdeteksi, harus segera mendapatkan terapi. Terapi ini diperlukan supaya gejala bisa mereda dan tidak menimbulkan komplikasi. Penampilan pun dapat diperbaiki,” kata Charley.