Kepercayaan Memengaruhi Persepsi Risiko Masyarakat Menghadapi Wabah
Media massa menjadi arus utama dalam penyajian informasi terkait pandemi Covid-19 di masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap media pun bisa menentukan persepsi risiko serta perubahan perilaku masyarakat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Di tengah gempuran informasi terkait pandemi Covid-19, media massa memiliki peran dan tanggung jawab besar untuk memberikan informasi yang aktual dan faktual bagi masyarakat. Informasi tersebut sangat penting untuk membangun persepsi risiko yang tepat dalam menghadapi pandemi.
”Jadi dalam menyajikan informasi, media jangan sekadar mengajar rating (peringkat), klik, ataupun view. Jika demikian, hal itu akan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada media. Padahal, kepercayaan ini penting untuk meningkatkan persepsi risiko menghadapi wabah yang terjadi,” kata staf pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia, Renny Yuliati, di Jakarta, Jumat (20/5/2022).
Menurut Renny, banyak media ketika memberitakan Covid-19 membuat judul yang sifatnya clickbait, namun ketika dibaca ternyata isi dari berita tersebut tidak sesuai dengan judul. Hal ini membuat masyarakat menjadi tidak lagi percaya dengan pemberitaan di media, terutama media daring. Itu ditambah dengan literasi masyarakat terhadap informasi daring yang masih minim.
Jadi dalam menyajikan informasi, media jangan hanya sekadar mengajar rating, klik, ataupun view. Jika demikian, itu akan membuat penurunan kepercayaan di masyarakat kepada media.
Menurut Renny, informasi tidak tepat juga berisiko menimbulkan kepanikan di masyarakat. Tidak sedikit informasi yang menunjukkan bahaya Covid-19 tetapi tidak disertai dengan cara pencegahan yang benar. Di tengah kondisi wabah seperti saat ini, media seharusnya turut bertanggung jawab untuk menentukan persepsi risiko dan perubahan perilaku di masyarakat.
”Untuk mengubah perilaku, kita bisa menggunakan pendekatan dengan pesan ketakutan atau fear appeal agar masyarakat tidak meremehkan Covid-19. Namun, hal itu harus disertai dengan solusinya, misalnya cara pencegahan atau edukasi yang bisa sekaligus menimbulkan rasa optimistis,” ujarnya.
Keterkaitan antara kepercayaan masyarakat dan persepsi risiko dalam penanganan wabah dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan I Gusti Lanang Agung Kharisma W. Dalam studi berjudul ”Persepsi Risiko dan Intensi Penggunaan Masker” yang dilakukan di Denpasar, Bali, itu menunjukkan, kepercayaan individu terhadap media berpengaruh pada persepsi risiko yang dimiliki. Kepercayaan dapat menjadi salah satu variabel dalam memprediksi persepsi risiko masyarakat.
Hasil penelitian itu juga menunjukkan, apabila individu merasa dirinya berada dalam risiko, ia akan melakukan berbagai upaya pencegahan, termasuk dengan menggunakan masker. Kepercayaan masyarakat akan efikasi dari penggunaan masker berperan dalam membentuk perubahan perilaku masyarakat.
”Pesan yang disampaikan ke masyarakat sebaiknya memuat dua unsur, yakni pesan yang menunjukkan kerentanan masyarakat pada penularan Covid-19 dan pesan terkait keefektifan protokol kesehatan dalam pencegahan penularan,” katanya.
Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Atwar Bajari menambahkan, penyajian berita sebaiknya menggunakan pendekatan rasional, terutama dalam pemberitaan terkait masalah berisiko tinggi seperti Covid-19. Pendekatan rasional ini artinya memuat sisi negatif dan sisi positif dari isu yang akan disampaikan.
”Ketika kasus tinggi, sebaiknya jangan hanya menyajikan berita terkait informasi kematian karena itu justru bisa menimbulkan ketakutan berlebihan yang berujung pada penolakan di masyarakat. Perlu ada informasi pendamping terkait dengan perkembangan sains yang bisa memberikan harapan di masyarakat,” tuturnya.