Kematian akibat Covid-19 Diperkirakan Hampir Tiga Kali Lebih Besar daripada yang Dilaporkan
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan jumlah kematian akibat pandemi Covid-19 tiga kali lebih besar daripada yang dilaporkan secara resmi. Setiap negara diharapkan memperkuat sistem kesehatan masyarakat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan kematian akibat pandemi Covid-19, baik yang terkait secara langsung maupun tidak, mencapai 14,9 juta kasus. Jumlah ini hampir tiga kali lipat lebih banyak daripada laporan kematian yang dilaporkan secara resmi.
Dalam laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah kematian yang terkonfirmasi akibat Covid-19 sebesar 6,2 juta orang. Sementara dari laporan terbaru yang dirilis pada Kamis (5/5/2022), jumlah kematian akibat Covid-19 diperkirakan mencapai 14,9 juta orang.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam rilis resmi yang diakses pada Jumat (6/5/2022) menyampaikan, data perkiraan terbaru ini menunjukkan pentingnya setiap negara untuk berinvestasi pada sistem kesehatan yang tangguh. Hal tersebut diperlukan agar layanan kesehatan tetap bisa bertahan sekalipun dalam kondisi krisis. Itu termasuk pada penguatan sistem informasi kesehatan.
”WHO berkomitmen bekerja sama dengan semua negara untuk memperkuat sistem informasi kesehatan guna menghasilkan data yang lebih baik sehingga keputusan yang diambil pun bisa lebih baik,” katanya.
Terkait dengan kasus kematian yang diperkirakan oleh WHO, itu dihitung termasuk pada kematian yang terkait secara langsung karena penularan Covid-19 serta kematian yang tidak terkait secara langsung. Kematian yang tidak terkait secara langsung seperti kematian yang terjadi akibat kendala akses pengobatan karena sistem kesehatan yang kewalahan selama pandemi.
Selain itu, ini juga memperhitungkan kematian yang seharusnya dapat dihindari selama pandemi, misalnya kecelakaan lalu lintas selama masa pembatasan sosial. Meski begitu, perkiraan jumlah kematian akibat pandemi Covid-19 ini bisa lebih tinggi daripada yang dilaporkan karena laporan data kematian di sebagian negara masih tidak memadai. WHO mencatat, sekitar 6 dari 10 kematian di seluruh dunia tidak terdaftar.
WHO berkomitmen untuk bekerja sama dengan semua negara untuk memperkuat sistem informasi kesehatan guna menghasilkan data yang lebih baik sehingga keputusan yang diambil pun bisa lebih baik.
Asisten Direktur Jenderal untuk Data, Analisis, dan Penyampaian Dampak WHO, Samira Asma, menuturkan, pengukuran perkiraan jumlah kematian yang tidak terlaporkan (excess deaths) ini menjadi komponen penting untuk memahami dampak dari pandemi. Dengan memperlihatkan jumlah yang lebih besar diharapkan bisa menjadi informasi bagi pemangku kebijakan untuk berupaya menekan risiko kematian dan mencegah krisis di masa depan.
”Karena investasi yang terbatas pada sistem pendataan di banyak negara, jumlah kematian ini seringkali tidak terlaporkan. Jika tidak menghitung kasus kematian, kita akan kehilangan kesempatan untuk melakukan persiapan yang lebih baik di masa depan,” ujarnya.
Sebagian besar kasus kematian yang lebih besar dari yang dilaporkan secara resmi ini ditemukan di Asia Tenggara, Eropa, dan Amerika. Sekitar 68 persen dari kematian yang tidak terlaporkan terpusat hanya di 10 negara.
Negara-negara berpenghasilan menengah menyumbang 81 persen dari 14,9 juta kematian yang diperkirakan, dengan 53 persen kematian terjadi di negara berpenghasilan menengah ke bawah dan 28 persen lainnya di negara berpenghasilan menengah ke atas.
Asisten Direktur Jenderal untuk Tanggap Darurat WHO, Ibrahima Socé Fall, menambahkan, data amat penting untuk menjadi dasar dalam promosi kesehatan dan memastikan pelayanan tetap terjamin pada masyarakat, terutama kelompok rentan. Kesenjangan data yang terjadi di beberapa negara perlu mendapatkan dukungan yang intensif.
”Dengan begitu, setiap negara memiliki kemampuan untuk melacak wabah secara real-time, memastikan pengiriman layanan kesehatan yang esensial, serta menjaga kesehatan populasi dengan baik,” ujarnya.