AS Kucurkan Rp 103 Miliar untuk Peningkatan Keuntungan Petani Kakao Indonesia
USAID meluncurkan program untuk mendukung agar petani kecil kakao di Indonesia dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan dengan praktik pertanian yang beradaptasi dengan iklim.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hari Bumi 2022 di Indonesia diperingati Amerika Serikat dengan peluncuran program senilai Rp 103 miliar untuk petani kakao di Indonesia. Sebagai penyerap utama kakao Indonesia, Amerika Serikat berkepentingan agar pertanian kakao Indonesia menerapkan prinsip berkelanjutan.
Direktur Kantor Lingkungan Hidup Badan untuk Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) Indonesia Brian Dusza mengatakan, kakao salah satu komoditas penting di Indonesia. Fakta itu merupakan salah satu alasan USAID memilih kakao sebagai salah satu sektor untuk didampingi.
”Inisiatif ini untuk meningkatkan keuntungan dan keberlanjutan industri kakao Indonesia,” ujarnya, Jumat (22/4/2022), di Jakarta.
Bersama Mars Inc dan Institute for Development Impact, USAID mengumumkan program senilai Rp 103 miliar. Program bernama Advancing Cocoa Agroforestry towards Income, Value, and Environmental Sustainability (ACTIVE) dirancang untuk empat tahun.
Program itu untuk mendukung petani kecil meningkatkan produktivitas dan pendapatan. Caranya dengan praktik pertanian yang beradaptasi dengan iklim, meningkatkan pengelolaan, serta melindungi tanaman asli yang penting dalam upaya penyimpanan karbon.
”Kami ingin mendorong pendapatan petani meningkat tanpa harus menambah luas lahan,” kata Dusza.
Program tersebut didasari oleh keyakinan bahwa pertanian kakao bisa beriringan dengan upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Lewat penggunaan pupuk, pertanian bisa ikut meningkatkan emisi. Karena itu, ACTIVE bertujuan mendorong penggunaan pupuk yang lebih baik tanpa mengurangi produktivitas.
ACTIVE bertujuan menjadikan petani sebagai bagian solusi membangun ketangguhan Indonesia terhadap bencana yang dipicu perubahan iklim. Kebun kakao bisa terdampak banjir dan tanah longsor yang semakin kerap terjadi di tengah perubahan iklim.
”Inisiatif ini juga akan berkontribusi pada pasokan komoditas kakao dari Indonesia yang dapat diandalkan serta tangguh iklim dan Amerika Serikat merupakan pasar tujuan terbesar kedua di dunia untuk komoditas ini sehingga memungkinkan para petani kecil mendapatkan penghasilan yang berkelanjutan,” kata Dusza.
Dari keseluruhan dana ACTIVE, separuh disediakan USAID. Sisanya disediakan oleh para mitra lain. ”Dengan mempromosikan praktik wanatani kakao berkelanjutan yang memitigasi perubahan iklim yang juga memungkinkan para petani untuk beradaptasi dengan konsekuensi iklim saat ini, USAID berkontribusi pada pendapatan yang lebih tinggi dan stabil bagi petani kakao serta industri kakao Indonesia yang lebih hijau dan berkelanjutan di masa depan,” katanya.
Konsep wanatani ditekankan karena sebagian perkebunan kakao memanfaatkan lahan hutan. Lewat ACTIVE, diharapkan petani menekankan peningkatan produktivitas dibandingkan dengan luasan lahan. Dengan cara itu, pengurangan lahan hutan bisa dikurangi.
Pengurangan laju perubahan lahan hutan merupakan salah satu cara penting dalam mengendalikan perubahan iklim. Sebab, hal itu berarti lebih sedikit karbon dilepaskan dan lebih banyak lahan yang bisa menyimpan karbon.
Mitigasi perubahan iklim adalah salah satu fokus USAID. Pada Kamis (21/4/2022), USAID meluncurkan strategi baru mitigasi perubahan iklim 2022-2030. Lewat program itu, USAID berharap bisa mengurangi emisi karbon hingga 6 miliar metrik ton.
Program tersebut juga bertujuan melindungi 100 hektar hutan kritis dan membantu 500 juta orang beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim. USAID juga berharap bisa menggalang dana 150 miliar dollar AS dari sektor swasta.