Kader berperan dalam memastikan keberhasilan pelaksanaan imunisasi rutin lengkap pada anak-anak di Indonesia. Seluruh pemangku kepentingan pun perlu mendukung upaya yang dilakukan kader.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kader memiliki andil yang besar dalam keberhasilan program imunisasi nasional. Bukan hanya sebagai penyuluh, kader juga berperan memastikan setiap anak di lingkungannya mendapatkan imunisasi lengkap. Karena itu, mereka perlu mendapat dukungan penuh, terutama ketika memberikan layanan kepada masyarakat.
Harapan untuk mendapatkan dukungan pelayanan tersebut disampaikan oleh Okta Noviana, kader posyandu di Desa Sidomakmur, Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Menurut dia, memastikan semua anak di desa mendapatkan imunisasi bukan hal mudah. ”Terkadang ada orangtua yang terkendala transportasi untuk datang ke posyandu sehingga kami harus menjemputnya. Ada pula orangtua yang terlambat membawa anaknya untuk diimunisasi sehingga kader dan petugas yang harus mendatangi untuk penyuntikan imunisasi,” tuturnya saat ditemui di Jakarta, Jumat (22/4/2022).
Okta mengatakan, ketika harus mendatangi rumah warga, kader biasanya menggunakan alat transportasi roda tiga dengan bak terbuka di belakangnya. Bak terbuka di bagian belakang digunakan untuk membawa orangtua dan bayi. Dengan medan yang berbatu, penggunaan roda dua tidak dapat digunakan karena terlalu berisiko.
Karena itu, ia berharap tersedia alat transportasi desa berupa mobil yang memadai untuk dipakai sehingga menjangkau masyarakat jadi lebih mudah serta masyarakat juga lebih nyaman untuk mendatangi posyandu.
Okta menuturkan, selain kendala akses transportasi, pengetahuan orangtua yang minim akan manfaat imunisasi juga menjadi tantangan yang dihadapi. Masih ada orangtua yang enggan membawa anaknya diimunisasi karena takut akan efek samping yang ditimbulkan.
”Orangtua yang menolak ini menilai, mengapa harus membawa anaknya untuk diimunisasi, sementara anaknya tidak sakit. Justru ketika diimunisasi, anaknya menjadi sakit, seperti demam atau lemas. Pemahaman seperti inilah yang harus diluruskan oleh kami para kader,” ujarnya.
Orangtua yang menolak ini menilai, mengapa harus membawa anaknya untuk diimunisasi, sementara anaknya tidak sakit. Justru ketika diimunisasi, anaknya menjadi sakit, seperti demam atau lemas. Pemahaman seperti inilah yang harus diluruskan oleh kami para kader.
Dalam mengedukasi masyarakat, Okta biasanya menjelaskan mulai dari dampak pada anak yang tidak diimunisasi. Beberapa gambar dan video mengenai anak yang terinfeksi polio, rubela, campak, dan difteri diperlihatkan sebagai gambaran pada orangtua yang tidak mau anaknya diimunisasi. Lewat cara ini biasanya orangtua akhirnya mau untuk membawa anaknya untuk diimunisasi.
Pelaksana Tugas Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Prima Yosephine menyampaikan, kader punya peranan penting untuk memastikan program imunisasi nasional berjalan optimal. Sebagai pihak yang paling dekat dengan masyarakat, kader amat berpengaruh untuk mengadvokasi masyarakat terkait imunisasi.
”Karena itu, kami harap setiap pemerintah daerah dapat mendukung pelaksanaan imunisasi yang diupayakan oleh para kader. Lewat kader inilah target cakupan imunisasi di daerah bisa dicapai,” ucapnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pun berharap pemerintah daerah berupaya memastikan capaian imunisasi bisa lebih optimal. Kampanye imunisasi perlu digencarkan.
Imunisasi telah terbukti dapat melindungi anak-anak dari berbagai penyakit berbahaya, seperti difteri, polio, campak, rubela, dan hepatitis. Untuk meningkatkan upaya perlindungan pada anak, pemerintah telah menambah tiga vaksin baru, yakni PCV untuk mencegah pneumonia, vaksin rotavirus untuk melindungi dari diare akibat rotavirus, dan vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks.
”Saya ingin mendorong seluruh pemerintah daerah semakin meningkatkan cakupan imunisasi di daerahnya selengkap mungkin. Selain itu, diharapkan juga semua anak bisa dibawa ke pelayanan kesehatan agar bisa segera mendapatkan imunisasi,” katanya.