365 Kabupaten/Kota Ditargetkan Mencapai Eliminasi Malaria pada 2022
Pemerintah telah menargetkan Indonesia bisa terbebas dari malaria pada 2030. Butuh upaya yang kuat untuk mencapai target tersebut, terutama di daerah endemis tinggi malaria.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kesehatan menargetkan 365 kabupaten/kota dapat mencapai eliminasi malaria pada 2022. Saat ini, baru 347 kabupaten/kota atau 68 persen daerah yang sudah mencapai eliminasi malaria.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu dalam temu media terkait Hari Malaria Sedunia, di Jakarta, Jumat (22/4/2022), menyampaikan, Indonesia telah menargetkan pada 2030 bisa terbebas dari malaria. Sejumlah strategi pun telah disiapkan untuk mencapai target tersebut.
”Untuk mencapai Indonesia bebas malaria pada 2030 perlu dilakukan intensifikasi pelaksanaan penanggulangan malaria secara terpadu, terutama pada pemerintah daerah. Itu tentu bukan hanya tugas di sektor kesehatan, melainkan tugas lintas sektor, termasuk di dalamnya PUPR (pekerjaan umum dan perumahan rakyat), Kementerian Lingkungan, dan Kementerian Dalam Negeri,” ujarnya.
Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia, terutama di kawasan timur Indonesia. Jumlah kasus malaria di Indonesia pada 2021 sebesar 304.607 kasus. Dari jumlah itu, 275.243 kasus berada di Papua.
Untuk mencapai Indonesia bebas malaria pada 2030 perlu dilakukan intensifikasi pelaksanaan penanggulangan malaria secara terpadu, terutama pada pemerintah daerah.
Lima regional
Maxi menuturkan, pemerintah telah menetapkan lima regional dalam pencapaian eliminasi malaria 2030. Pembagian regional tersebut, yakni regional satu untuk wilayah Jawa dan Bali; regional kedua terdiri dari provinsi di Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat; regional ketiga terdiri dari provinsi di Kalimantan dan Maluku Utara; regional keempat Provinsi Maluku dan Nusa Tenggara Timur; serta regional kelima yakni Provinsi Papua dan Papua Barat.
”Yang masih bermasalah dan menjadi prioritas pemerintah saat ini yakni pada regional ketiga, regional keempat, dan regional kelima. Kasus di tiga regional ini cukup tinggi,” ucapnya.
Pemerintah, ujar Maxi, telah menetapkan sejumlah strategi sebagai intervensi pencapaian eliminasi malaria di Indonesia. Dalam pelaksanaan upaya tersebut, dukungan seluruh pemangku kepentingan amat dibutuhkan, mulai dari jajaran lintas kementerian dan lembaga, swasta, hingga seluruh masyarakat.
Selain itu, upaya deteksi dini juga perlu diperkuat. Pada kader kesehatan di setiap daerah, terutama di wilayah yang sulit perlu didukung dalam deteksi dini. Pengendalian pada faktor lingkungan harus diperhatikan pula. Penularan malaria tidak terlepas dari tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles yang menjadi sumber penularan malaria.
”Perlu dipastikan tidak ada tempat perkembangbiakan nyamuk di lingkungan, seperti di tambak yang terbengkalai, persawahan yang tidak ditata dengan baik, perkebunan yang banyak genangan, sawah, lagun, dan lingkungan rumah dengan sistem pembuangan air limbah yang tidak baik,” kata Maxi.
Pelaksana Tugas Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan Tiffany Tiara Pakasi menyampaikan, di tingkat provinsi, baru empat provinsi yang telah mencapai eliminasi malaria, yakni DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, dan Banten. Di lain sisi, masih ada tiga provinsi dengan semua kabupaten/kotanya belum ada yang mencapai eliminasi malaria, yakni Maluku, Papua, dan Papua Barat.
Ia menyampaikan, sejumlah langkah yang dapat dilakukan untuk mengendalikan malaria di tengah masyarakat, yakni melalui penguatan diagnostik, pengobatan, surveilans, penanggulangan vektor, serta advokasi dan komunikasi informasi edukasi di masyarakat. Melalui upaya ini diharapkan akselerasi eliminasi malaria bisa dilakukan.
Untuk diagnosis malaria, pemeriksaan bisa dilakukan melalui pemeriksaan mikroskop ataupun tes diagnostik cepat. Para petugas di lapangan sebaiknya bisa melakukan pemeriksaan ini dengan cepat sehingga deteksi bisa segera dilakukan yang kemudian dilanjutkan dengan pengobatan.
Sementara dalam pengobatan, terapi yang digunakan yakni terapi kombinasi berbasis artemisinin. Terapi ini diberikan setelah ada konfirmasi dari hasil laboratorium.
”Namun yang paling penting yakni intervensi dalam pencegahan penularan malaria. Kemandirian masyarakat dan keterlibatan lintas sektor amat penting untuk memastikan upaya penanggulangan malaria bisa dijalankan secara optimal,” tutur Tiffany.