Proporsi Ukuran Pinggang dan Tinggi Badan yang Sehat
Obesitas diketahui meningkatkan risiko kesehatan. Untuk mengetahui proporsi tubuh yang sehat, ukuran pinggang orang dewasa tidak boleh lebih dari setengah tinggi badan.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pedoman kesehatan terbaru di Inggris merekomendasikan tentang perlunya menjaga ukuran pinggang orang dewasa hingga maksimal setengah tinggi badan. Proporsi ini untuk mengurangi risiko kesehatan, termasuk diabetes tipe dua dan penyakit jantung.
Rekomendasi ini dikeluarkan National Institute for Health and Care Excellence (NICE) Inggris, mengacu pada studi di jurnal Plose One. Studi yang dilakukan sejak tahun 2014 itu menunjukkan bahwa rasio pinggang-ke-tinggi (waist-to-height ratio/WHtR) adalah prediktor risiko kematian yang lebih baik dibandingkan indeks massa tubuh (body mass index/BMI) yang umum digunakan.
Draf pedoman dari NICE yang dirilis pada Jumat (15/4/2022) ini telah menyatakan bahwa pinggang orang dewasa harus kurang dari setengah tinggi badan mereka untuk mengurangi risiko kesehatan, termasuk diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Pedoman itu juga mengatakan bahwa walaupun mengukur BMI berguna, itu tidak mempertimbangkan kelebihan berat badan di sekitar perut, yang secara ilmiah disebut ”adipositas sentral”.
Rekomendasi baru ini muncul setelah para peneliti di Bayes Business School dan Ashwell Associates yang melakukan studi ini menyerukan pengukuran—lingkar pinggang dibagi tinggi—untuk menggantikan BMI dalam pemeriksaan kesehatan primer masyarakat.
Profesor Ben Rickayzen, Les Mayhew, dan Margaret Ashwell, ketiganya peneliti dari Bayes Business School dan Ashwell Associates, dalam publikasinya mengemukakan, berdasarkan catatan medis 20 tahun, mereka yang lingkar pinggangnya berlebih berisiko terkena penyakit, sedangkan mereka yang mengalami obesitas bisa meninggal lebih awal.
Studi tersebut menemukan bahwa sebanyak 20 tahun kehidupan pria dapat hilang karena gagal mempertahankan lingkar pinggang. Angka tersebut kurang lebih 10 tahun untuk perempuan.
Obesitas
Perkiraan terbaru di Inggris menunjukkan bahwa 28 persen orang dewasa mengalami obesitas dan 36 persen mengalami kelebihan berat badan dalam tingkat lanjut. Masalah ini merugikan National Health Service (NHS) Inggris lebih dari 6 miliar euro. Apalagi, selama pandemi terjadi peningkatan substansial jumlah anak obesitas di Inggris, yaitu 25 persen anak-anak kelas enam mengalami obesitas pada akhir sekolah dasar.
Sebanyak 20 tahun kehidupan pria dapat hilang karena gagal mempertahankan lingkar pinggang. Angka tersebut kurang lebih 10 tahun untuk perempuan.
Rickayzen, dalam keterangan tertulis, mengatakan, ”Meskipun panduan baru ini disambut baik, sangat penting bagi kami untuk menghitung tahun-tahun kehidupan yang diperkirakan akan hilang karena obesitas, dengan mempertimbangkan rasio pinggang dan tinggi mereka, usia, dan jenis kelamin.”
Dia menambahkan, temuan penelitian menunjukkan hingga 20 tahun kehidupan dapat hilang jika tidak mempertahankan lingkar pinggang yang berkelanjutan. Sebagai contoh, rata-rata pria berusia 30 tahun dengan tinggi 165 centimeter harus memiliki pinggang tidak lebih dari 82,5 cm. Jika ukuran pinggangnya melebar hingga 60 persen lebih banyak dari tinggi badannya, dia berisiko kehilangan 1,7 tahun hidup dan demikian seterusnya.
”Meskipun temuan kami sekarang direkomendasikan oleh NICE merupakan hal yang positif, penting bahwa panduan ini menguraikan berapa tahun hidup orang akan hilang dengan tidak menjaga lingkaran pinggang mereka,” ujarnya.
Obesitas telah menjadi masalah global dengan tren yang terus meningkat, termasuk di Indonesia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF pada 2021 menyebutkan, jumlah orang dewasa dengan berat badan berlebih di Indonesia telah berlipat ganda selama dua dekade terakhir.
Selain itu, obesitas anak di Indonesia meningkat. Survei Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2018 menunjukkan, satu dari lima anak usia sekolah dasar dan satu dari tujuh remaja di Indonesia mengalami kelebihan berat badan atau obesitas. Anak dan remaja yang mengalami obesitas cenderung menderita penyakit tidak menular, seperti diabetes dan berbagai penyakit kardiovaskular, juga mengalami depresi karena stigma.