BPOM Hentikan Sementara Peredaran Produk Cokelat Kinder
Produk merek Kinder yang terdaftar di BPOM berasal dari India. Masyarakat diimbau segera melaporkan ke BPOM apabila menemukan produk cokelat merek Kinder yang tidak terdaftar di BPOM.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pengawas Obat dan Makanan menghentikan peredaran produk cokelat merek Kinder untuk sementara waktu. Langkah ini merespons temuan kontaminasi produk cokelat merek Kinder Surprise di sejumlah negara di Eropa.
Pada 2 April 2022, Badan Standardisasi Pangan (Food Standard Agency/FSA) di Inggris menerbitkan peringatan publik terkait penarikan sukarela produk cokelat merek Kinder Surprise karena diduga terkontaminasi bakteri salmonela non-thypoid. Sebanyak 63 anak mengalami diare, demam, dan keram perut yang diduga terkait dengan kontaminasi bakteri salmonela pada produk cokelat Kinder yang dikonsumsi.
Penerbitan peringatan ini kemudian diikuti oleh sejumlah negara di Eropa, seperti Irlandia, Perancis, Jerman, Belanda, dan Swedia. Adapun produk yang ditarik oleh FSA Inggris, yakni produk cokelat merek Kinder Surprise dalam kemasan tunggal 20 gram, kemasan isi tiga masing-masing 20 gram, kemasan tunggal 100 gram, Kinder Mini Eggs kemasan 75 gram, Kinder Egg Hunt Kit kemasan 150 gram, dan Kinder Schoko Bons kemasan 200 gram. Semua produk cokelat tersebut diproduksi oleh Ferrero NV/SA di Belgia.
”Seluruh produk cokelat merek Kinder yang ditarik tersebut tidak terdaftar di BPOM. Produk merek Kinder yang terdaftar di BPOM berasal dari India dengan nama varian produk, antara lain, Kinder Joy, Kinder Joy for Boys, dan Kinder Joy for Girls. Produk itu diproduksi oleh Ferrero India,” kata Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Senin (11/4/2022).
Meski begitu, ia menuturkan, BPOM akan melakukan pemeriksaan acak (random sampling) dan pengujian terhadap produk merek Kinder yang terdaftar dan beredar di Indonesia. Selama pemeriksaan ini, BPOM pun akan menghentikan sementara waktu peredaran produk merek Kinder sampai produk tersebut dipastikan tidak mengandung cemaran bakteri salmonela.
Masyarakat pun diimbau untuk segera melaporkan ke BPOM apabila menemukan produk cokelat merek Kinder yang tidak terdaftar di BPOM. Pemeriksaan yang dilakukan oleh BPOM ini merupakan bentuk perlindungan terhadap masyarakat terhadap produk pangan yang beredar. Pengawasan dilakukan oleh BPOM mulai dari sebelum produk beredar hingga sudah beredar di pasaran. Hal ini diperlukan untuk memastikan keamanan, mutu, dan gizi pangan.
Semua produk cokelat merek Kinder yang ditarik tersebut tidak terdaftar di BPOM. Produk merek Kinder yang terdaftar di BPOM berasal dari India dengan nama varian produk, antara lain, Kinder Joy, Kinder Joy for Boys, dan Kinder Joy for Girls.
Dihubungi di Jakarta, Selasa (12/4/2022), Guru Besar Bidang Mikrobiologi Pangan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB University Ratih Dewanti Hariyadi menyampaikan, kontaminasi bakteri salmonela biasanya terjadi melalui tempat yang tidak bersih ataupun sanitasi yang tidak baik. Bakteri ini sebagian besar ditularkan dari hewan dan manusia.
”Dalam sejarahnya sebenarnya wabah terkait salmonela pernah terjadi terkait konsumsi produk cokelat. Itu bisa terjadi karena adanya cemaran pada biji kakao ataupun pada proses produksinya. Selain itu, sifat salmonela yang tahan di tempat kering juga bisa berpengaruh,” katanya.
Menurut Ratih, kontaminasi bakteri salmonela juga bisa dijumpai pada produk kacang dan selai kacang. Bakteri ini bisa bertahan 3-4 minggu atau bahkan sampai 6 bulan di tempat yang kering.
Oleh karena itu, setiap produsen harus bisa memastikan produknya aman dari kontaminasi bakteri salmonela sebelum diedarkan di pasaran. Masyarakat juga perlu waspada pada konsumsi produk tersebut, terutama jika mengalami gejala yang terkait dengan infeksi bakteri salmonela.
Ratih menyampaikan, umumnya tidak ada dampak serius pada orang yang terinfeksi bakteri salmonela non-thypoid. Biasanya, gejala yang dialami adalah demam, keram perut, serta mual dan muntah. Namun, perhatian yang lebih diperlukan apabila sampai menginfeksi anak-anak dan orang lansia. Daya tahan tubuh pada anak dan warga lansia biasanya tidak optimal sehingga ketika terinfeksi bisa berakibat fatal.