Ibu hamil dan menyusui tetap bisa berpuasa dengan aman. Meski begitu, pemeriksaan perlu dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan kondisi ibu dan bayi dalam kondisi prima.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada dasarnya ibu hamil dan menyusui bisa menjalankan ibadah puasa. Berbagai manfaat baik justru bisa didapatkan. Meski begitu, sejumlah kondisi perlu diperhatikan agar tetap aman dalam berpuasa.
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan Bamed, Muhammad Fadli, di Jakarta, Kamis (31/3/2022), menyampaikan, sejumlah penelitian menunjukkan berbagai manfaat baik dari berpuasa pada ibu hamil. Manfaat itu, antara lain, puasa pada trimester kedua dapat menurunkan risiko diabetes gestasional dan mencegah kenaikan berat badan yang berlebihan.
”Selama ibu dan kandungannya dinyatakan sehat oleh dokter, ibu hamil diperbolehkan untuk berpuasa. Sebaiknya berkonsultasi ke dokter spesialis kandungan terlebih dahulu untuk memastikan keadaan ibu dan janin dalam keadaan yang prima,” tuturnya.
Fadli menambahkan, sejumlah penelitian juga telah menjawab kekhawatiran yang banyak dirasakan ibu hamil ketika akan berpuasa. Dari penelitian yang telah dipublikasikan, selama kondisi ibu dan janin baik, puasa tidak mengakibatkan bayi terlahir prematur atau lahir dengan berat badan lahir rendah. Selain itu, puasa juga tidak berpengaruh pada perkembangan janin.
Berbagai persiapan pun perlu dilakukan oleh ibu hamil sebelum berpuasa. Pastikan berat badan janin sesuai dengan usia kehamilan. Pastikan pula air ketuban mencukupi. Ketika berpuasa, ibu hamil juga harus memperhatikan beberapa hal yang penting, seperti mengonsumsi air putih setidaknya 2,5 liter per hari pada saat sahur dan berbuka, asupan nutrisi seimbang saat sahur yang terdiri dari karbohidrat kompleks dan protein tinggi, serta menghindari konsumsi kafein dan makanan yang terlalu manis.
Ibu hamil juga disarankan untuk menghindari stres dan tetap menjalankan aktivitas di dalam ruangan. Olahraga ringan seperti berjalan kaki bisa dilakukan setidaknya 30 menit sehari. Ibu hamil bisa melakukannya sebelum waktu berbuka. Namun, aktivitas fisik yang dilakukan harus menyesuaikan dengan kondisi ibu hamil.
Selama ibu dan kandungannya dinyatakan sehat oleh dokter, ibu hamil diperbolehkan untuk berpuasa. Sebaiknya berkonsultasi ke dokter spesialis kandungan terlebih dahulu untuk memastikan keadaan ibu dan janin dalam keadaan yang prima.
Fadli menuturkan, ibu hamil perlu mewaspadai apabila muncul tanda-tanda bahaya selama berpuasa. Pemeriksaan perlu segera dilakukan jika selama masa kehamilan mengalami pendarahan, mual dan muntah yang berlebihan, penurunan gerakan pada janin, pandangan kabur dan nyeri kepala, letih, tidak mengalami kenaikan berat badan, serta buang air kecil yang lebih sedikit dan berwarna pekat.
Ia menegaskan, puasa yang dilakukan pada saat hamil muda, terutama pada trimester pertama, dapat berisiko. Saat hamil muda, tubuh ibu hamil membutuhkan banyak nutrisi untuk mendukung perkembangan dan pertumbuhan bayi dalam kandungan. Berbagai organ penting mulai terbentuk pada trimester pertama. Jika mual dan muntah terjadi berlebihan dapat mengakibatkan dehidrasi yang bisa berdampak pada ibu dan janin.
”Selama sehat, ibu hamil diperbolehkan untuk berpuasa. Pastikan makanan yang dikonsumsi saat sahur dan berbuka memenuhi kebutuhan nutrisi. Sebelum memutuskan untuk berpuasa sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter yang selama ini memeriksa untuk memastikan puasa yang dijalankan aman,” tuturnya.
Ibu menyusui
Dokter spesialis anak Bamed, Melisa Lilisari, menyampaikan, puasa juga tetap bisa dilakukan pada ibu menyusui. Tidak berbeda dengan ibu hamil, ibu menyusui yang berpuasa juga harus memastikan asupan makanan yang dikonsumsi saat sahur dan berbuka memenuhi kecukupan nutrisi. Kebutuhan cairan harian juga harus tercukupi agar ibu tidak mengalami dehidrasi.
”Bagi ibu menyusui yang bayinya berusia di bawah enam bulan, keputusan untuk berpuasa sebaiknya dilakukan dengan konsultasi dokter. Pada usia tersebut bayi hanya mengonsumsi ASI, berbeda dengan bayi yang lebih besar yang sudah mendapatkan MPASI (makanan pendamping ASI),” katanya.
Menurut Melisa, produksi ASI pada ibu yang berpuasa seharusnya tidak berkurang selama ibu tetap menyusui dan melakukan pengosongan payudara dengan baik. Itu karena adanya rangsangan dari bayi melalui proses mengisap payudara sehingga produksi ASI tetap optimal.
Ketika berpuasa, kandungan nutrisi mikronutrien pada ASI, seperti kalium, magnesium, dan seng, bisa mengalami penurunan. Namun, pada nutrisi seperti karbohidrat, protein, dan lemak biasanya tidak mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pun tidak terlalu signifikan sehingga bisa teratasi saat ibu sudah makan kembali ketika sahur ataupun berbuka.
Melisa menyampaikan, berpuasa tidak membahayakan ibu dan bayi selama nutrisi dan hidrasi tetap diperhatikan saat sahur dan berbuka. Pertumbuhan anak juga tetap bisa optimal selama tetap disusui dengan teratur.
Waspadai jika kenaikan berat badan bayi tidak sesuai atau berat badan bayi turun. Perhatikan juga jika bayi tampak tidak puas setiap setelah menyusui. Jika buang air kecil bayi menjadi jarang dan bayi tampak lemas, sebaiknya segera periksakan kondisi bayi ke dokter.
”Ibu menyusui dapat melanjutkan berpuasa apabila bayi tidak lemas dan tetap terlihat aktif serta tidak ada keluhan buang air kecil. Keluhan yang berkaitan dengan kemungkinan dehidrasi, seperti pusing, bibir kering, lemas, pandangan berkunang-kunang, buang air kecil jarang dan berwarna kepekatan juga harus diwaspadai. Apabila hal ini terjadi, ibu dapat segera mengonsumsi cairan dan elektrolit,” kata Melisa.