Kasus Covid-19 harian di Indonesia terus turun, tetapi jumlah tes juga menurun. Secara global, kasus justru naik, sekalipun tes juga mengalami penurunan.
Oleh
AHMAD ARIF
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus Covid-19 harian di Indonesia terus turun, tetapi jumlah tes juga menurun seiring dengan tidak diwajibkannya tes untuk sejumlah sektor, termasuk pelaku perjalanan. Dengan pelonggaran pembatasan menuju fase transisi, pengendalian Covid-19 sangat ditentukan oleh tanggung jawab masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, dalam keterangan pers secara daring, Kamis (17/3/2022), mengatakan, kasus positif Covid-19 secara nasional turun 64 persen dari puncak setelah terjadi penurunan tiga minggu berturut-turut. ”Saat puncak ada 390.000 kasus dan jumlah penambahan kasus mingguan 140.000. Sekarang turun 250.000 kasus dari puncak. Penurunan ini juga terjadi menyeluruh di Indonesia,” ujarnya.
Jumlah kasus aktif, menurut Wiku, juga terus menurun selama dua minggu terakhir sebesar 52 persen dari puncak. Saat puncak pada 24 Februari, jumlah kasus aktif mencapai 580.000 dan pada 16 Maret 280.000 kasus serta pada 17 Maret menjadi 262.477 kasus.
”Jumlah kasus saat ini masih 3,5 kali lipat dibandingkan dengan 1 Februari sebelum lonjakan terjadi,” katanya.
Di masa adaptasi ini, pengendalian kasus hingga produktivitas ekonomi ada di tangan masyarakat. (Wiku Adisasmito)
Sekalipun terjadi penurunan kasus, hal ini juga terjadi karena turunnya tes yang mencapai 52 persen lebih kecil dibandingkan dengan saat puncak. ”Jangan sampai penurunan tes ini menyebabkan penurunan kasus semu. Angka tes harus dipertahankan dan ditingkatkan,” katanya.
Menurut Wiku, penurunan tes terjadi karena tidak diwajibkannya lagi pemeriksaan di sejumlah sektor, termasuk di sektor transportasi. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2022, alasan masyarakat melakukan tes karena program kantor mencapai 51 persen, 38 persen syarat perjalanan,dan 23 persen dari pelacakan.
Dengan tidak diwajibkannya tes sebagai syarat perjalanan, Wiku berharap masyarakat memiliki kesadaran untuk berperan mengendalikan kasus. Mengacu survei BPS, saat ini masyarakat yang tidak lagi patuh protokol kesehatan dengan alasan jenuh 61,2 persen, 46 persen tidak nyaman, dan merasa sudah aman 32 persen. Selain itu, 24,2 persen merasa yakin tidak tertular dan 22,7 persen tidak ada sanksi.
Selain tetap menjaga protokol kesehatan, juga harus berperan agar tidak menulari orang lain. ”Ada laporan orang yang tetap bepergian sekalipun sudah tahu positif karena tidak jadi syarat lagi. Di masa adaptasi ini, pengendalian kasus hingga produktivitas ekonomi ada di tangan masyarakat,” ujarnya.
Puncak gunung es
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan, kasus Covid-19 secara global kembali naik. Infeksi baru melonjak 8 persen secara global dibandingkan dengan minggu sebelumnya, dengan 11 juta kasus baru dan lebih dari 43.000 kematian baru dilaporkan pada 7-13 Maret. Ini merupakan kenaikan pertama sejak akhir Januari.
Kenaikan kasus terbesar terjadi di wilayah Pasifik Barat, yang meliputi Korea Selatan dan China, di mana kasus meningkat 25 persen dan kematian 27 persen. Afrika juga mengalami peningkatan 12 persen dalam kasus baru dan 14 persen peningkatan kematian, sementara di Eropa ada peningkatan 2 persen dalam kasus, tetapi tidak ada lonjakan kematian.
Keberadaan varian Omicron yang sangat menular dan subvarian BA.2 serta pencabutan tindakan kesehatan masyarakat dan sosial menjadi pemicu kenaikan kasus ini.
”Peningkatan ini terjadi meski ada pengurangan pemeriksaan di beberapa negara, yang berarti kasus yang kita lihat hanyalah puncak gunung es,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Menurut dia, tingkat vaksinasi yang rendah di beberapa negara, yang sebagian dipicu oleh informasi yang salah, juga berperan meningkatkan kasus penularan Covid-19 di populasi.
Kepala Tim Teknis Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove mengatakan, BA.2 telah menjadi varian yang paling menular sejauh ini. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa itu menyebabkan penyakit yang lebih parah.