Target sasaran vaksinasi Covid-19 belum bisa tercapai tepat waktu. Berbagai tantangan perlu segera diatasi, terutama pada pelaksanaan vaksinasi masyarakat lanjut usia.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
Kompas/P Raditya Mahendra Yasa
Petugas kesehatan memeriksa kesehatan salah satu warga lanjut usia yang akan mendapatkan vaksin lanjutan di Gang Pinggir, Kota Semarang, Jawa Tengah, Senin (7/3/2022).
JAKARTA, KOMPAS — Setahun lebih pelaksanaan vaksinasi Covid-19 berlangsung di Indonesia. Sasaran vaksinasi yang dicapai pun belum sesuai target. Berbagai tantangan masih ditemukan. Itu terutama dalam pelaksanaan vaksinasi pada masyarakat lanjut usia.
Vaksinasi Covid-19 di Indonesia mulai dilakukan pada 13 Januari 2021. Saat itu, Presiden Joko Widodo menjadi orang yang pertama menerima vaksinasi Covid-19 di Indonesia. Harapan pengendalian pandemi pun semakin kuat dengan adanya vaksinasi. Pemerintah bahkan menargetkan pada Maret 2022 ini, vaksinasi dosis lengkap bisa selesai diberikan pada seluruh sasaran target vaksinasi.
Namun, target tersebut meleset. Per 14 Maret 2022, total masyarakat yang mendapatkan vaksinasi dosis kedua sebagai dosis primer sebanyak 151,6 juta orang atau 72,8 persen dari target sasaran. Adapun target sasaran vaksinasi yang ditetapkan mencapai 208,2 juta penduduk yang terdiri dari tenaga kesehatan, warga lansia, petugas publik, masyarakat rentan, masyarakat umum, remaja, dan anak-anak.
Juru bicara Kementerian Kesehatan untuk Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi, di Jakarta, Senin (14/3/2022), menyampaikan, berbagai tantangan yang dihadapi saat ini membuat target sasaran vaksinasi belum bisa dicapai. Penambahan sasaran baru juga terjadi di tengah perjalanan pelaksanaan vaksinasi di Indonesia sehingga butuh pendekatan yang berbeda.
”Kemungkinan itu paling lama target vaksinasi bisa tercapai pada Juni 2022. Namun, secara umum, cakupan target yang kita harapkan sudah on the track. Proteksi juga sudah terbangun di masyarakat dengan sasaran yang sudah cukup tinggi. Kita juga tidak lagi menghadapi persoalan terkait keterbatasan stok vaksin,” tuturnya.
Meski begitu, Nadia menuturkan, pelaksanaan vaksinasi pada sasaran lanjut usia masih menjadi tantangan besar saat ini. Capaian pada kelompok tersebut masih rendah. Dari target 21,5 juta penduduk lansia, cakupan vaksinasi dosis kedua baru mencapai 57,5 persen dengan vaksinasi dosis penguat atau booster sebesar 8,1 persen.
Kemungkinan itu paling lama target vaksinasi bisa tercapai pada Juni 2022. Namun, secara umum, cakupan target yang kita harapkan sudah on the track.
Menurut dia, warga lansia membutuhkan pendekatan yang berbeda. Tidak semua warga lansia dapat dengan mudah mengakses fasilitas pelayanan kesehatan, terutama warga lansia yang berada di daerah perdesaan. Pada warga lansia yang tidak dapat melakukan mobilitas, vaksinasi pun harus dilakukan secara door-to-door.
”Lebih sulit lagi karena warga lansia merasa tidak perlu mendapatkan vaksinasi. Belum lagi karena hoaks yang membuat warga lansia yang memiliki komorbid takut untuk divaksinasi,” kata Nadia.
Percepatan pelaksanaan vaksinasi perlu lebih didorong. Inovasi dari daerah serta kolaborasi dan koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan berperan penting untuk mendukung perluasan dan percepatan vaksinasi.
Kompas/Priyombodo (PRI)
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 dosis pertama ke warga lansia di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat, Rabu (24/2/2021).
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam mengatakan, sasaran vaksinasi yang dicapai saat ini masih kurang optimal, terutama pada masyarakat kelompok rentan, seperti masyarakat dengan komorbid dan lansia. Risiko penularan Covid-19 pada kelompok tersebut cukup tinggi yang dapat menyebabkan perburukan hingga kematian.
”Pemerintah harus bekerja keras untuk bisa menyelesaikan vaksinasi, khususnya pada sasaran berusia di atas 60 tahun. Kondisi saat ini belum terkendali melihat masih ada kantong-kantong (daerah) dengan kejadian infeksi yang tinggi,” tuturnya.
Selain itu, cakupan vaksinasi di Indonesia juga belum merata. Hal ini dapat berisiko pada masyarakat yang tinggal di daerah tersebut ketika terjadi transmisi virus yang tinggi. Dari data Kementerian Kesehatan, daerah dengan cakupan vaksinasi dosis kedua terendah, yakni Papua (23,21 persen), Papua Barat (40,01 persen), Maluku (40,11 persen), Maluku Utara (44,69 persen), dan Sulawesi Barat (46,99 persen).
Secara terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, percepatan vaksinasi telah menjadi prioritas pemerintah dalam pengendalian Covid-19. Kondisi penularan Covid-19 di tingkat global menjadi peringatan untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan kasus baru dan kasus kematian.
Ia mengatakan, perkembangan kasus Covid-19 terkini menunjukkan adanya lonjakan kasus di sejumlah negara, yakni Hong Kong, Korea Selatan, dan Inggris. Lonjakan kasus tersebut dipengaruhi oleh adanya subvarian baru Omicron, yakni subvarian BA.2. Subvarian ini diketahui juga sudah mendominasi di wilayah Indonesia.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)
Vaksinator menyiapkan dosis vaksin saat vaksinasi Covid-19 di Balai Besar Pelatihan Kesehatan (BBPK) Kementerian Kesehatan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (23/3/2021). Selain melayani warga lansia ber-KTP DKI Jakarta, vaksinasi Covid-19 di BPPK juga mulai memberikan pelayanan vaksin bagi warga lansia yang memiliki KTP di luar DKI Jakarta.
Budi menyampaikan, lonjakan kasus yang terjadi di Hong Kong juga dilaporkan dengan adanya peningkatan kasus kematian. Hal ini dinilai terjadi karena cakupan vaksinasi dosis kedua yang masih rendah pada kelompok lansia.
”Kita harus terus berupaya untuk meyakinkan masyarakat, khususnya warga lansia, untuk segera divaksinasi minimal dua dosis dan idealnya sampai tiga dosis. Kasus yang meninggal dilaporkan paling banyak ditemukan pada warga lansia yang juga belum divaksinasi. Masyarakat diharapkan segera divaksinasi apa pun itu jenisnya,” ucapnya.