Tiga proposal mendapat dukungan Fasilitasi Hari Layar. Riset ini akan melakukan eksplorasi terkait studi keragaman aktinomisetes, interaksi laut-atmosfer pemicu badai ekstrem, dan pemetaan keanekaragaman hayati laut.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN mendukung riset di bidang kelautan untuk mengeksplorasi potensi, biodiversitas, hingga fenomena alam di laut Indonesia. Dukungan ini diberikan dalam bentuk pendanaan dan fasilitas armada kapal riset.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko menyampaikan, dukungan BRIN untuk ekspedisi kelautan merupakan skema pendanaan Fasilitasi Hari Layar yang ditujukan kepada periset, akademisi, dan mahasiswa. Skema tersebut dibuat karena selama ini para periset dan mahasiswa kelautan belum memiliki kesempatan terjun langsung ke laut.
”Laut yang merupakan 60 persen wilayah Indonesia belum banyak tereksplorasi. Kita belum tahu bagaimana potensi laut, sumber daya, dan biodiversitasnya. Ini suatu hal yang memprihatinkan. Padahal, laut memiliki potensi yang jauh lebih besar dibandingkan daratan dalam aspek pangan dan lingkungan,” ujarnya dalam acara Webinar Fasilitasi dan Pendanaan Riset dan Inovasi (Walidasi) edisi Hari Layar, Rabu (9/3/2022).
Akan sangat baik jika topik riset untuk kepentingan nasional ini disusun terlebih dahulu termasuk peta jalan pelaksanaannya. Periset yang ingin mengikuti program Fasilitasi Hari Layar tentu akan merujuk pada topik riset prioritas tersebut.
Peleburan unit-unit riset milik pemerintah di kementerian/lembaga membuat BRIN dapat mengintegrasikan dan mengelola sejumlah kapal riset ke dalam satu armada. Penggunaan kapal riset ini kemudian dikembalikan lagi ke para periset, akademisi, dan mahasiswa melalui skema Fasilitasi Hari Layar.
Namun, skema ini tidak memberikan pendanaan dalam bentuk uang untuk periset secara langsung. Para periset diberikan fasilitas, antara lain, penggunaan kapal sesuai jumlah hari eksplorasi tanpa dipungut biaya, akomodasi layanan teknisi atau operator peralatan teknis, dan konsumsi selama menjalankan riset di kapal.
Saat ini BRIN memiliki lima kapal riset (KR), tetapi tahun ini baru akan dikerahkan tiga kapal ke seluruh wilayah Indonesia, yakni KR Baruna Jaya I, KR Baruna Jaya III, dan KR Baruna Jaya VIII. Menurut Handoko, BRIN baru mengerahkan tiga kapal riset untuk eksplorasi laut karena hanya ada tiga proposal yang lolos dan memenuhi syarat.
Tiga proposal yang lolos dan mendapat fasilitasi Hari Layar tersebut adalah Ali Budhi Kusuma dan tim dari Universitas Teknologi Sumbawa, Erma Yulihastin dan tim dari Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, serta Hawis Madduppa dan tim dari IPB University. Mereka melakukan eksplorasi terkait studi keragaman aktinomisetes, interaksi laut-atmosfer pemicu badai ekstrem, dan pemetaan keanekaragaman hayati laut.
”Ini adalah skema baru sehingga belum semua proposal bisa memenuhi persyaratan yang diminta. Secara umum, rencana ekspedisi Hari Layar juga seharusnya direncanakan minimal satu tahun sebelumnya. Bahkan, di luar negeri bisa dua hingga tiga tahun sebelum pelaksanaan karena pengaturan ekspedisi kapal riset itu tidak mudah,” tuturnya.
Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan dan Kelautan Indonesia (FP2TPKI) La Sara menyatakan, program Fasilitasi Hari Layar sangat berguna bagi periset dan dosen yang selama ini kerap terkendala anggaran dan fasilitas dalam melakukan riset kelautan. Dosen yang melaksanakan riset melalui program ini juga dapat melibatkan mahasiswa untuk proses skripsinya.
Meski demikian, La Sara meminta agar BRIN dapat lebih menyosialisasikan program ini agar para periset mengetahui syarat-syarat yang dibutuhkan. Selain itu, perlu juga penyediaan informasi yang cukup tentang fasilitas yang tersedia, lokasi dan waktu pelayaran, pendanaan, hingga kalender kegiatan riset atau survei setiap tahun.
”BRIN perlu merumuskan riset prioritas kerja sama, baik jangka pendek maupun panjang. Akan sangat baik jika topik riset untuk kepentingan nasional ini disusun terlebih dahulu termasuk peta jalan pelaksanaannya. Periset yang ingin mengikuti program Fasilitasi Hari Layar tentu akan merujuk pada topik riset prioritas tersebut,” katanya.
Peralatan dan teknologi
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN Nugroho Dwi Hananto mengatakan, sebelum sejumlah lembaga riset melebur ke dalam BRIN, kapal riset kerap menemui kendala seperti perawatan yang kurang optimal. Kini, kendala tersebut bisa diatasi melalui pengelolaan fleet operator yang profesional sehingga pelayanan, penggunaan, hingga perawatan mengikuti standar dan norma industri.
Nugroho menjelaskan, setiap kapal riset BRIN memiliki fasilitas dan teknologi yang dapat mendukung kerja para periset. Sebagai contoh, KR Baruna Jaya I memiliki teknologi multibeam echosounder (MBES) atau alat pemancar sonar yang digunakan untuk proses pemeruman dalam survei hidrografi dengan kedalaman 10.000 meter.
Selain peralatan yang sudah terinstal secara langsung, kapal riset juga memiliki instrumen portabel. Instrumen atau peralatan itu adalah remotely operated vehicle(ROV) atau robot bawah air untuk observasi kedalaman 1.000 meter dan alat sampling pendukung lainnya.
”Perspektif ke depan setelah memiliki kapal riset yang cukup, yaitu melakukan eksplorasi sumber laut dalam, aktivasi geotermal, dan mineral bawah laut di luar zona yurisdiksi. Oleh karena itu, kami dalam proses untuk mengadakan kapal riset baru dan peningkatan kapasitas untuk para operator maupun anak buah kapal,” ucapnya.