Karantina Perlu Diawasi Ketat
Kasus Covid-19 melonjak tajam di tingkat global. Indonesia harus semakin memperketat pengawasan pada pelaku perjalanan luar negeri untuk menekan potensi peningkatan kasus di dalam negeri.
JAKARTA, KOMPAS — Lonjakan kasus positif Covid-19 yang dipicu oleh varian Omicron telah terjadi di sejumlah negara, termasuk di beberapa negara yang berdekatan dengan Indonesia. Untuk itu, upaya pengendalian Covid-19 harus diperkuat, terutama pengawasan di pintu masuk negara dan pelaksanaan karantina bagi pelaku perjalanan luar negeri.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito di Jakarta, Selasa (11/1/2022), mengatakan, 88 persen dari 414 kasus positif Covid-19 varian Omicron di Indonesia ditemukan pada pelaku perjalanan internasional. Risiko penularan antarnegara ini perlu ditekan untuk mencegah kian luasnya penyebaran varian Omicron di Tanah Air.
”Pemerintah, ke depannya, akan membuat penanganan khusus di sembilan pintu masuk wilayah Indonesia dengan mencatat terpisah kasus positif dari pelaku perjalanan luar negeri dan kasus yang ada di wilayah sekitarnya secara keseluruhan,” ujarnya.
Hal tersebut, dinilai Wiku, penting untuk menjadi dasar pengambilan kebijakan pengendalian mobilitas masyarakat. Selain itu, pemerintah juga telah mempersiapkan rencana kontingensi apabila terjadi kenaikan kasus yang dilakukan melalui penambahan akses layanan isolasi mandiri, telemedicine, isolasi terpusat, dan layanan isolasi mandiri bagi kasus positif. Cara ini diharapkan dapat mempercepat penanganan kasus Covid-19.
Kasus positif Covid-19 di Indonesia mengalami peningkatan selama dua minggu berturut-turut. Pada minggu terakhir, penambahan kasus mencapai 3.000 kasus atau naik dari dua minggu sebelumnya yang tercatat 1.200 kasus per minggu.
Di Jakarta, kasus Covid-19 varian Omicron terus bertambah jumlahnya. Per 11 Januari 2022, kasus naik menjadi 498 orang dari sebelumnya 407 orang. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan, 82,1 persen atau sebanyak 409 dari total 498 adalah pelaku perjalanan luar negeri. Sedangkan 89 lainnya adalah transmisi lokal.
Dalam pengendalian Covid-19, menurut Wiku, peran pemerintah daerah juga perlu ditingkatkan. Pemerintah daerah dapat lebih memperkuat pemantauan dan analisis kondisi kasus di daerahnya. Dengan begitu, kasus yang terjadi dari transmisi komunitas dapat segera diidentifikasi, dicatat, dan ditangani sehingga tidak semakin meluas.
Baca juga: Waspadai Penularan Tersembunyi Omicron
Wiku pun mengimbau masyarakat untuk menunda perjalanan ke luar negeri, terutama ke negara dengan kondisi kasus Covid-19 yang sedang meningkat. Setidaknya ada 12 negara yang sedang mengalami kenaikan kasus mingguan yang sangat tinggi, antara lain Kanada, Amerika Serikat, Australia, Inggris, Perancis, Italia, Jerman, dan Belanda.
Sejumlah negara yang berada di sekitar Indonesia juga mengalami kenaikan kasus Covid-19, seperti Jepang, Vietnam, Thailand, dan Singapura. Di Vietnam bahkan kini tengah mengalami kenaikan kasus kematian.
”Kenaikan kasus global yang sangat tinggi ini tentunya perlu menjadi kewaspadaan bagi kita. Terbukti pula kenaikan juga teramati pada negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia. Indonesia telah berhasil mempertahankan kondisi (terkendali) ini, tetapi bukan berarti kita terlepas dari ancaman lonjakan ketiga,” ujar Wiku.
Episenter Omicron
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO regional Eropa memperkirakan bahwa dalam dua bulan ke depan, akan terjadi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron di Eropa. Dugaan terburuk ialah setengah dari benua berpenduduk 746 juta jiwa itu akan tertular.
“Apabila dihitung dengan menggunakan kecepatan penularan saat ini, lebih dari 50 persen warga Eropa akan terinfeksi Omicron dalam dua bulan ini,” kata Direktur WHO Eropa Hans Kluge pada Selasa (11/1/2022).
WHO Eropa memantau 53 negara di Eropa dan Asia Tengah. Sebanyak 50 negara kini memiliki kasus Omicron yang membuat Eropa saat ini menjadi episenter kasus Covid-19 global. Bahkan, di 26 negara, sebanyak 1 persen warganya tertular Covid-19 setiap pekan.
Pada pekan pertama Januari 2022, di seantero Eropa ada 7 juta kasus baru. Selama dua pekan terjadi lonjakan yang membuat jumlah kasus berlipat ganda. “Semua negara hendaknya mewajibkan pemakaian masker, terutama di dalam ruangan serta mengejar target memvaksinasi seluruh penduduk,” tutur Kluge.
Kenaikan kasus global yang sangat tinggi ini tentunya perlu menjadi kewaspadaan bagi kita. Terbukti pula kenaikan juga teramati pada negara-negara yang berbatasan dengan Indonesia.
WHO tetap mempertahankan prinsip mereka agar negara-negara kaya menunda program pemberian dosis penguat (booster). Seyogianya, vaksin yang tersisa segera dikirim ke negara-negara miskin dan berkembang agar mereka bisa mengejar target cakupan vaksinasi 70 persen.
Vaksin dinilai tetap sebagai pertahanan utama melawan keparahan penularan Covid-19. Kluge mengungkapkan, di Denrmark, tempat WHO Eropa bermarkas, angka perawatan di rumah sakit enam kali lebih tinggi di kalangan mereka yang tidak divaksin.
Sementara negara-negara Eropa sibuk berdebat menentukan langkah yang harus diambil, China mempertahankan kebijakan mereka untuk menutup setiap wilayah dengan kasus Covid-19. Langkah nihil Covid-19 ini diambil karena meskipun sudah 80 persen penduduk China divaksin lengkap, jumlah penduduk yang belum divaksin setara dengan jumlah penduduk Indonesia. Pemerintah setempat tidak mau mengambil risiko adanya penularan besar-besaran.
Dilansir dari kantor berita China, Xinhua, penutupan kota Xi’an yang berpenduduk 13 juta jiwa sudah memasuki pekan ketiga. Kota-kota lain turut menyusul dikunci begitu tes cepat reguler yang diadakan pemerintah menemukan ada kasus positif.
Kewalahan
Di Australia, kasus Covid-19 dalam dua pekan terakhir menyumbang porsi yang besar terhadap total jumlah kasus sejak pandemi dimulai pada Januari 2020. Tercatat di negara ini ada 1,1 juta kasus positif sejak tahun 2020 di mana 500.000 kasus di antaranya terjadi dalam dua pekan terakhir. Pada hari Selasa saja ada 86.000 kasus baru.
Beberapa negara bagian seperti Victoria dan New South Wales kewalahan akibat tenaga kesehatan yang diisolasi karena terpapar Covid-19. Akibatnya, layanan kesehatan berkurang drastis. Bahkan, di Victoria, layanan mobil ambulans sempat terhenti.
“Kami dalam krisis karena ada 4.000 tenaga kesehatan dan 400 pengemudi ambulans sedang menjalani isolasi mandiri,” kata Menteri Utama Negara Bagian Victoria Daniel Andrews.
Hal serupa juga dialami oleh Amerika Serikat. Penularan terus terjadi sementara pemerintah dan masyarakat masih tarik ulur terkait kebijakan wajib vaksinasi dan memakai masker. Rumah sakit kesulitan menangani banjir pasien Covid-19. Apalagi, data Kementerian Ketenagakerjaan AS mengungkapkan bahwa pada periode 2020-2021 ada 934.000 perawat yang mengundurkan diri. Penyebabnya bermacam-macam, mulai dari stres akibat tekanan kerja selama pandemi hingga menolak mengikuti instruksi untuk divaksin.
Pemerintah AS mencatat, saat ini ada 130.000 pasien positif Covid-19 yang menjalani perawatan di rumah sakit. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan pada bulan Januari 2021, yaitu 146.000. Akan tetapi, beban di sektor kesehatan jauh lebih besar.
“Krisis tenaga kesehatan ini membuat kami tidak bisa memberi pelayanan yang optimal kepada pasien,” kata Direktur Unit Perawatan Intensif RS Universitas Virginia, Taison Bell kepada CNN.
Penularan di komunitas
Secara terpisah, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Tjandra Yoga Aditama menyampaikan, transmisi komunitas yang saat ini sudah terjadi harus segera diidentifikasi, terutama sumber penularannya. Setelah itu, penanganan dengan isolasi perlu segera dilakukan pada kasus positif.
Jumlah tes Covid-19 pun harus ditingkatkan sehingga kasus tanpa gejala bisa ditemukan dan ditangani sejak dini. Selain itu, data kasus terkait Covid-19 harus selalu diperbarui disertai dengan surveilans yang ketat sehingga pengambilan keputusan publik dapat dilakukan berdasarkan data yang tepat dan cepat.
Baca juga: Menangkal Omicron Meluas
Tjandra menambahkan, cakupan vaksinasi dosis lengkap diharapkan bisa semakin diperluas. Saat ini baru 43 persen populasi di Indonesia yang mendapatkan vaksinasi dosis lengkap. Tidak hanya itu, warga lansia yang sudah mendapatkan vaksinasi dosis lengkap baru mencapai 55 persen.
”Pemberian booster tentu baik, tetapi jangan sampai mengorbankan upaya pemberian vaksin yang dua kali. Untuk mengendalikan kenaikan kasus Covid-19, termasuk pada varian Omicron, upaya komunikasi risiko yang intensif juga perlu ditingkatkan agar protokol kesehatan dapat dilakukan lebih baik lagi,” ujarnya.(TAN/DNE/DAN/HLN/VIO/AFP)