Dalam sebulan sejak dilaporkan, Omicron telah menyebar di 108 negara. Meski tampak menimbulkan gejala ringan, tetap harus diwaspadai. Karena ada kemungkinan menimbulkan badai sitokin dan menyebabkan kematian.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·4 menit baca
Virus Covid-19 galur Omicron meluas sangat cepat. Meski disebut hanya menimbulkan gejala ringan, sejumlah negara seperti Inggris, Israel, Amerika Serikat dan Australia, melaporkan kematian akibat galur tersebut.
"Omicron menyebar dengan laju yang belum pernah kita lihat pada galur sebelumnya," kata Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, Selasa (14/12/ 2021).
Sebagai gambaran, seorang penderita campak mampu menginfeksi 15 orang lain, sedangkan orang yang tertular Omicron bisa menginfeksi 6 orang. Namun, Omicron menular lebih cepat. Kalau campak perlu waktu 12 hari bagi penderita untuk menularkan ke orang lain, Omicron hanya perlu waktu 4 hari. Jika satu kasus campak menular ke 15 orang dalam 12 hari. Maka, kasus Omicron akan menular ke 6 orang dalam 4 hari. Artinya, ada 36 kasus Omicron dalam 8 hari dan menjadi 216 kasus dalam 12 hari.
Kasus pertama Omicron dilaporkan ke WHO pada 24 November 2021 dari Afrika Selatan. Sebulan kemudian, Omicron menyebar di 108 negara dengan 151.368 kasus dan 26 kematian.
Di Indonesia, kasus pertama Omicron diumumkan pada Kamis (16/12/2021). Sampai Jumat (7/1/2022), setidaknya ada 318 kasus Omicron di Indonesia.
Omicron, yang sebelumnya disebut B.1.1.529, terkonfirmasi dari spesimen yang dikumpulkan pada 9 November 2021. Kemudian ditetapkan WHO sebagai galur yang menjadi perhatian (variant of concern) atas saran Kelompok Penasihat Teknis WHO tentang Evolusi Virus (TAG-VE) pada 26 November 2021.
Galur ini memiliki 50 mutasi genetik, 36 di antaranya di paku virus, bagian yang menempel ke sel manusia. Hal itu menyebabkan Omicron menempel lebih erat dan mampu menghindari antibodi yang terbentuk dari vaksinasi atau infeksi sebelumnya.
Cepat bereplikasi
Laporan penelitian yang belum ditinjau oleh rekan sejawat dari tim peneliti Fakultas Kedokteran Li Ka Shing, Universitas Hong Kong, dipimpin Michael Chan Chi-wai, menunjukkan, Omicron menginfeksi dan bereplikasi 70 kali lebih cepat dibanding Delta dan SARS-CoV-2 asli di bronkus (saluran udara dari trakea ke paru-paru). Sebaliknya, Omicron bereplikasi 10 kali lebih rendah di paru-paru daripada SARS-CoV-2 asli.
Omicron menginfeksi dan bereplikasi 70 kali lebih cepat dibanding Delta dan SARS-CoV-2 asli di bronkus (saluran udara dari trakea ke paru-paru). Sebaliknya, Omicron bereplikasi 10 kali lebih rendah di paru-paru daripada SARS-CoV-2 asli.
Hasil itu mendukung penelitian Wilfredo F Garcia-Beltran dari Departemen Patologi, Rumah Sakit Umum Massachusetts, Boston, Amerika Serikat, dan tim internasional yang diunggah di medRxiv, 14 Desember 2021. Menggunakan pseudovirus, didapatkan protein paku Omicron jauh lebih mudah masuk sel manusia dibanding protein paku Delta ataupun SARS-CoV-2 asli. Diketahui, Omicron 4 kali lebih menular daripada SARS-CoV-2 asli dan 2 kali lebih menular daripada Delta. Penelitian itu menekankan pentingnya suntikan penguat (booster) untuk memperluas respons antibodi terhadap virus Covid-19.
Brian J Willett dan kolega dari Universitas Glasgow, Inggris, menemukan, protein pada sel paru-paru, yakni TMPRSS2, yang biasanya memudahkan SARS-COV-2 masuk ke sel paru-paru, kurang kuat terikat pada Omicron. Akibatnya, galur baru itu sulit menginfeksi sel paru-paru.
Di sisi lain, karena terkonsentrasi dalam jumlah tinggi di saluran udara bagian atas, Omicron lebih mudah ditularkan melalui batuk, bersin, atau percikan saat penderita berbicara.
Meski sulit menginfeksi paru-paru, Chan mengingatkan, tingkat keparahan penyakit pada manusia tidak hanya ditentukan oleh replikasi virus tapi juga respon imun inang terhadap infeksi. Gangguan pada sistem imun bawaan bisa menyebabkan badai sitokin yang mematikan.
"Meski Omicron tampak tidak terlalu parah dibandingkan Delta, terutama pada mereka yang divaksinasi, tidak berarti bisa dikategorikan sebagai ringan. Sama seperti galur sebelumnya, Omicron dapat menyebabkan rawat inap dan mematikan," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers, Kamis (6/1/2022). Menurut dia, jumlah orang yang tertular Omicron dengan cepat mengungguli Delta yang sebelumnya dominan di banyak negara.
Dalam waktu hampir bersamaan dengan Omicron, terdeteksi galur baru yang dinamai B.1.640.2 atau IHU, sesuai nama tempat tim peneliti bekerja, Institut Hospitalier Universitaire (IHU)-Méditerranée Infection di Marseilles, Perancis. Laporan pra-cetak diunggah tim yang dipimpin Didier Raoult ke medRxiv, 29 Desember 2021. Disebutkan, galur ini memiliki 46 mutasi dan 37 delesi dalam kode genetik yang mempengaruhi protein paku virus.
Menurut WHO, galur ini terdeteksi pada pria yang baru kembali dari Kamerun. Kemudian menginfeksi 11 orang lain. Namun, sejauh ini belum ada laporan penyebaran di luar Perancis tenggara, sehingga belum dianggap mengkhawatirkan.
Yang pasti, selama masih menyebar dan bereplikasi, SARS-CoV-2 akan terus bermutasi. Galur baru akan terus muncul. Bisa lebih lemah atau lebih kuat dan ganas dari sebelumnya. Bagi masyarakat perlu disiplin menerapkan protokol kesehatan. Bagi pemerintah, penting melakukan pencegahan penyebaran virus lewat karantina ketat, memperluas cakupan vaksinasi, meningkatkan tes dan telusur kontak, serta menjamin kesiapan rumah sakit untuk perawatan.